Aku adalah seorang pria lajang 20 th dengan tinggi 175 cm berat 70 kg
yang sedang kuliah di salah satu PTN di daerahku. Aku tinggal disebuah
rumah bedeng 5 pintu dan aku berada pada pintu yang pertama. Kalau
dibandingkan dengan teman-temanku, aku termasuk anak yang pemalu alias
kuper (kurang pergaulan).
Hal ini membuatku lebih betah berada di kosanku, oh ya di bedeng
tersebut aku nge-kost, dari pada harus keluar rumah tanpa tujuan.
Sesekali aku juga sering menonton film BF untuk memuaskan hasrat
birahiku dan selalu berakhir dengan beronani. Cukup sudah pengantarnya
ok. Sekarang lanjut ke pengalaman pertamaku yang berawal dari tempat
kost dimana aku tinggal. Disebelah (pintu no2) tinggal seorang wanita
muda sekitar 25 tahun bernama Desi tinggi 160 berat 50 kg yang
bersuamikan seorang supir taxi tetapi sudah 7 tahun belum dikarunia
seorang anak. Pintu no3 ditempati oleh seorang wanita 35 tahun tinggi
165 berat 60 kg yang sudah memiliki 2 orang anak 7 dan 5 tahun yang
semuanya perempuan, ia bernama Ita. Nah, dari sinilah semuanya berawal.
Seperti biasa pada pagi hari semua penghuni bedeng sibuk dibelakang
(mandi, mencuci). Perlu diketahui bahwa kondisi di rumah ini memiliki 5
kamar mandi terpisah dari rumah dan 2 buah sumur (air harus diangkat ke
kamar mandi, maklum yang punya rumah belum punya Sanyo). Aku yang sudah
terbiasa mandi paling pagi sedang duduk santai sambil nonton TV. Lagi
asik nonton terdengar olehku gemercik air seperti orang sedang mandi.
Mulanya sih biasa saja, tapi lama kelamaan penasaran juga aku dibuatnya.
Aku mencoba melihat dari balik celah pintu belakang rumahku, dan aduh!!
betapa kagetnya aku ketika melihat Mbak Desi yang sedang mengeringkan
tubuhnya dengan handuk. Aku tidak tahu mengapa ia begitu berani untuk
membuka tubuhnya pada tempat terbuka seperti itu. Mbak desi yang sedikit
kurus ternyata memiliki payudara sekitar 32b dan sangat seksi sekali.
Dengan bentuknya yang kecil beserta puting warna merah jambu untuk orang
yang sudah menikah bentuknya masih sangat kencang.
Aku terus mengamati dari balik celah pintu, tanpa kusadari batang
kejantananku sudah mulai berdiri. Sudah tak tahan dengan pemandangan
tersebut aku langsung melakukan onani sambil membayangkan bercinta
dengan Mbak desi ditempat terbuka tersebut. Semenjak hal itu, aku jadi
ketagihan untuk selalu mengintip jika ada kesempatan. Keesokan harinya,
aku masih sangat terbayang-bayang akan bentuk tubuh Mbak desi. Hari itu
adalah hari minggu, dan aku sedikit kesiangan.
Ketika aku keluar untuk mandi, aku melihat Mbak Ita sedang mencuci
pakaian. Dengan posisinya yang menjongkok terlihat jelas olehku belahan
payudaranya yang terlihat sudah agak kendor tapi berukuran 34 b. Setiap
kali aku memperhatikan pantatnya, entah mengapa aku langsung bernafsu
dibuatnya (mungkin pengaruh film BF dengan doggy style yang kebetulan
favoritku). Kembali batang kemaluanku tegang dan seperti biasa aku
melakukan onani di kamar mandi.
Dua hari kemudian terjadi keributan di tetanggaku, yaitu Mbak ita yang
sedang bertengkar hebat dengan suaminya (seorang agen). Ia menangis dan
kulihat suaminya langsung pergi entah kemana. Aku yang kebetulan berada
disitu tidak bisa berbuat apa-apa. Yang ada dipikiranku adalah apa
sebenarnya yang sedang terjadi. Keesokan harinya Mbak Ita pergi dengan
kedua anaknya yang katanya kerumah nenek, dan kembali sorenya.
Sore itu aku baru akan mandi, begitu juga dengan Mbak ita. Setelah
selesai aku langsung buru-buru keluar dari kamar mandi karena
kedinginan. Diluar dugaanku ternyata aku menabrak sesuatu yang ternyata
adalah Mbak ita. Keadaan waktu itu sangat gelap (mati lampu) sehingga
kami saling bertubrukan. Menerima tubrukan itu, Mbak ita hampir jatuh
dibuatnya. Secara reflek aku langsung menangkap tubuhnya. AduH! Tenyata
aku tanpa sengaja telah menyentuh payudaranya. ” Maaf.. Aduh maaf mbak,
nggak sengaja” ucapku. ” Nggak, nggak pa pa kok, wong saya yang nggak
liat” balasnya.
Sejenak kami terdiam dikeheningan yang pada saat itu sama-sama merasakan
dinginnya angin malam. Tanpa dikomando, tubuh kami kembali saling
berdekatan setelah tadi sempat malu karena kecerobohan kami berdua. Aku
sangat degdegan dibuatnya dan tidak tahu harus berbuat apa pada posisi
seperti ini. Sepertinya Mbak ita mengetahui bahwa aku belum pengalaman
sama sekali. Ia kemudian mengambil inisiatif dan langsung memegang
kemaluanku yang berada dibalik handuk.
Est ..est.. auw ..aku mengerang keenakan. Belum selesai aku merasakan
belaian tangannya, tiba-tiba ujung kemaluanku terasa disentuh oleh benda
lembut dan hangat. Mbak ita sudah berada dibawahku denagn posisi
jongkok sambil mengulum kemaluanku. Aduuhh .. nikmatt.. terus .. Akh
..est .. Sekarang aku sudah telanjang bulat dibuatnya.
10 menit sudah kemaluanku dikulum oleh Mbak ita. Aku yang tadi pemalu
sekarang mulai mengambil tindakan. Mbak ita kusuruh berdiri dihadapanku
dan langsung kulumat bibinya dengan lembut. Est .. Ah ..uh ouw .. Ia
mendesah ketika bibir kami saling berpagutan satu sama lain. Ciumanku
sekarang telah berada pada lehernya. Bau sabun mandi yang masih melekat
pada tubuhnya menambah gairahku. Est .. Ah .. teruss.. kepalanya
tengadah keatas menahan nikmat. Kini tiba saat yang kutunggu. Handuk
yang masih menutupi tubuhnya langsung kubuka tanpa hambatan. Secara
samar-samar dapat kulihat bentuk payudaranya. Kuremas dan kukecup dengan
lembut dan au ..est..nikmaat..teruss ..aow .., Mbak ita menahan nikmat.
Sambil terus mencicipi bagian tubuhnya akhirnya aku sampai juga didaerah
kemaluannya. Aku sedikit ragu untuk memcicipi kemaluanya yang sudah
sedikit basah itu. Seperti difilm BF aku mencoba mempraktekkan gaya
melumat kemaluan wanita. Kucoba sedikit dengan ujung lidahku, rasanya
ternyata sedikit asin dan berbau amis. Tetapi itu tidak menghentikanku
untuk terus menjilatinya. Semakin lama rasa jijik yang ada berubah
menjadi rasa ninkmat yang tiada tara.
Est ..est ..teruuss ..tee..russ..auw ..nik, mat..mbak ita tak mampu
menahan nikmat yang diterimanya dari jilatan mautku yang sesekali
kuiringi dengan memasukkan jariku ke liang senggamanya. “Mbak mau ..
kelu..ar ahh” racaunya. Tanpa kusadari tiba-tiba keluar cairan kental
dari vagina nya yang belakangan kutau bahwa itu adalah cairan wanita.
Aku belum berhenti dan terus menjilati kemaluanya sampai bersih.
Puas aku menjilati kemaluannya kemudian langsung aku angkat ia kedalam
rumahnya menuju kamar tidurnya. Aduh .. benar-benar tak habis pikir
olehku, wanita segede ini bisa kuangkat dengan mudah. Sesampai
dikamarnya aku langsung terbaring dengan posisi terlentang. Mbak ita
tanpa diperintah sudah tahu apa yang kumau dan langsung mengambil posisi
berada diatasku. Oh ..ya pembaca, bahwa batang kemaluanku
standar-standar saja untuk orang Indonesia. Aku yang berada dibawah saat
itu sengaja tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Mbak Ita mengambil
inisiatif untuk memuaskanku.
Mbak Ita langsung memegang kemaluanku dan mencoba memasukkannya kedalam
liang senggamanya. Blues..bleb.. tanpa hambatan batang kejantananku
tenggelam seluruhnya kedalam liang kenikmatan Mbak Ita.
Est..es..auw..oh..ah..aku hanya terpejam merasakan kemaluanku seperti
diperas-peras dan hangat sekali rasanya. Aku tak menyangka bahwa
kenikmatan bersenggama dengan wanita lebih nikmat dibanding dengan aku
beronani. Mbak Ita mulai menggenjot pantatnya secara perlahan tapi
pasti.
Ah..ah..ah..oh..oh..nik..maatt..ahh.. Mbak Ita terus melakukan gerakan
yang sangat erotis. Desahan Mbak Ita membuatku semakin bernafsu ditambah
dengan payudaranya bergoyang kesana-kemari. Rupanya aku tak bisa lagi
tinggal diam. Aku berusaha mengimbangi genjotan Mbak Ita sehingga irama
genjotan itu sangat merdu dan konstan. Tangankupun tidak mau kalah
dengan pantatku.
Aku berusaha mencapai kedua payudara yang ada didepan mataku itu. “Wah
..indahnya pemandangan ini” ucapku dalam hati. Tidak puas dengan hanya
menyentuh payudara Mbak Ita, aku langsung mengambil posisi duduk
sehingga payudara Mbak ita tepat berada didepan wajahku. Kembali aku
melumat putingnya dengan lembut kiri dan kanan bergantian. Ahh..ah
..ah..oh.. Est..ss Mbak ita kelihatannya tak tahan menahan nikmat dengan
perlakuanku ini.
Lama kelamaan genjotan Mbak Ita semakin cepat dan aku..a..ku..
kee..luuarr..ahh..ohh..nikmaatt Mbak ita akhirnya mencapai klimaks yang
kedua kalinya. Aku yang belum apa-apa merasa kesal tidak bisa klimaks
secara bersamaan. Akhirnya aku meminta Mbak Ita untuk kembali mengulum
kemaluanku. Mbak Ita yang sudah mendapat kepuasan dengan semangat
mengulum dan menjilati kemaluanku. Est..est..ahh..oh ucapku ketika Mbak
Ita semakin mempercepat kuluman dan kocokannya pada kemaluanku.
Sepertinya ia ingin segera memuaskanku dan menikmati air kejantananku.
Selang 10 menit ah..auw..oh..nik..maatt..oh.. crot..crot..crot..semua
air maniku tertumpah diwajah Mbak Ita dan diseluruh tubuhnya. Saat itu
Mbak Ita tidak berhenti kulumannya dan menjilati seluruh air jantan
tersebut. Aku sangat ngilu dibuatnya tapi sungguh masih sangat nikmat
sekali.
Setelah merasakan kepuasan yag tiada tara kami langsung jatuh terkulai
diatas kasur. Mbak Ita tampaknya sangat kelelahan dan langsung tertidur
pulas dengan keadaan telanjang bulat. Aku yang takut nanti ketahuan
orang lain langsung keluar dari kamar tersebut dan mengambil handukku
menuju rumahku.
Ketika aku baru akan keluar dari rumah Mbak Ita, alangkah terkejutnya
aku ketika dihadapanku ada seorang wanita yang kuduga sudah berdiri
disitu dari tadi dan menyaksikan semua perbuatan kami.
Eh..mm..mbak..mbak ..Desi..ternyata ia tidak lain adalah Mbak Desi.
“Permisi mbak, aku mau masuk dulu” ucapku pura-pura tidak ada yang
terjadi. Sambil berjalan tergesa-gesa aku langsung menuju rumahku untuk
menghindari introgasi dari Mbak Desi. Tiba-tiba “tunggu!!” teriak Mbak
Desi.
Aku langsung panas dingin dibuatnya. “Jangan jangan ia akan melaporkanku
ke Kepala Desa lagi” ucapku dalam hati.” Aduuhh gawat nih, bisa-bisa
cuci kampung” pikirku. ” A..a..ada apa ya mbak” balasku. Mbak Desi
langsung mendekatku dan berkata ” kamu akan aku laporkan kesuami Mbak
Ita dan kepala desa atas apa yang telah kamu lakukan” ucap Mbak Desi. ”
Ta..tapi kami melakukannya atas dasar suka sama suka Mbak ” balasku
dengan perasaan sedikit cemas. Tiba-tiba ” ha..ha..ha..ha.. ” Mbak desi
tertawa.
Aku semakin bingung dibuatnya karena mungkin Mbak desi punya dendam dan
sekarang berhasil membalaskannya. ” Nggak usah takut, pokoknya sekarang
kamu tetap berdiri disitu dan jangan sekali-kali bergerak ok!” usulnya.
“Mbak mau melaporkan saya atau takut saya lari” ucapku semakin bingung.
Tanpa bicara lagi Mbak Desi semakin mendekatiku. Setelah tidak ada lagi
jarak diantara kami tangan Mbak Desi langsung melepas handuk yang
kugunakan tadi sehingga aku kembali telanjang bulat.”Mbak jangan
dikebiri ya..” ucapku.”Nnggak..nggak pa pa kok” balasnya. Mbak Desi
ternyata langsung berjongkok dan mulai mengocok kemaluanku.
Ah..ah..oh..oh.. aku yang tadi lemas kembali bergairah dibuatnya. Belum
lagi aku selesai merasakan nikmatnya kocokan lembut dari tangan Mbak
Desi, aku kembali merasakan ada benda lembut, hangat dan basah menyentuh
kepala kemaluanku. Aku langsung tahu bahwa itu adalah kuluman dan
jilatan dari mulut Mbak Desi setelah tadi aku merasakannya dengan Mbak
Ita. Kuluman dan jilatan Mbak Desi ternyata lebih nikmat dari Mbak Ita.
Aku bertaruh bahwa Mbak Desi telah melakukan berbagai macam gaya dan
variasi dengan suaminya untuk memperoleh keturunan.
Estt..ah..oh..oh..aduhh..auw.. desahku menahan hebatnya kuluman Mbak
Desi. 15 menit sudah acara kulum-kuluman itu dan sekarang Mbak Desi
telah berganti posisi dengan menungging. Pantatnya yang kecil namun
berisi itu sekarang menantangku untuk ditusuk segera dengan rudalku.
“Ayo..cepetan..kamu sudah lama menginginkan ini kan..Mbak tau kamu
sering ngintip dari celah pintu itu..ayoo masukkan dong” ucapnya dengan
mesra.
Aku jadi malu dibuatnya bahwa selama ini ia tahu akan perbuatanku. Tanpa
pikir panjang aku langsung mencoba memasukkan batang kemaluanku ke
liang kenikmatan Mbak Desi. “Aduh!!” meleset pada tusukanku yang
pertama. Aku kembali mecoba dan bluess..akhirnya aku berhasil juga.
“Gila nih perempuan “pikirku, “ternyata lubang kemaluannya masih sempit
sekali” ucapku. Perlahan aku coba menggoyangkan pantatku mau-mundur.
Ah.ah..ahh..oh..oh..oh..ah.. Mbah Desi mulai mendesah menahan nikmat.
Aku semakin mempercepat goyanganku karena memang ini adalah gaya
favoritku. “Ayo..teruuss..ayo..” teriakku memberi semangat”.
Ah..ah..ah..oh..desah Mbak Desi semakin terdengar kencang. Melihat
payudaranya yang bergelantung dan bergoyang-goyang membuatku ingin
mewujudkan impianku selama ini. Sambil terus menggenjot Mbak Desi aku
berusaha mencapai payudaranya. Kuremas-remas dengan garangnya seolah
meremas santan kelapa. Aw..sakiitt..adu..hh..ah..ah.. Mbak Ita tak tahan
akan perlakuanku. Aku tidak memperdulikannya dan tetap menggenjot
dengan cepat.
Kemudian aku mengganti posisi dengan menggendong Mbak Desi didepanku.
Bluess.. Kembali batang kejantananku kumasukkan kedalam liang
senggamanya. Ahh..ah..ah..ah..desah Mbak Desi menahan nikmat. Kulumat
bibir dan kuciumi seluruh leher dan kukecup kedua puting susunya yang
merah itu. Adu..nikkmatt sekaalii ah..ah..ah..oh..oh.. Mendapat
perlakuan demikian bertubi-tubi akhirnya Mbak Desi tak sanggup lagi
menahan klimaksnya “Keeluuarr ..mau..ke..lua..rr akhirnya Mbak Desi
mencapai klimaksnya.
Aku yang sedikit lagi juga hampil finish semakin menggenjot dengan
cepat.”Blep..blep..blep..bunyi hentakan sodokan antara kemaluanku dan
kemaluan Mbak Desi yang sudah sangat basah tersebut. Tidak lama kemudian
aku merasakan ada denyut-denyut di ujung batang kemaluanku
dan:”Crot..crot..crot..tumpahlah seluruh iir maniku kedalam liang
senggamanya.
Setelah itu kami berciuman sambil merasakan sisa-sisa nikmat yang ada
dan kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya ketika bertemu, kami
seolah-olah tidak merasakan sesuatu terjadi. Pembaca sekalian rupanya
Mbak Ita tidak mau lagi berbicara denganku semenjak kejadian itu tapi
aku terkadang masih melakukan hubungan sex ini hanya dengan Mbak Desi
saja ketika saya sedang ingin atau ia sedang sangat ingin melakukannya.
Sekarang saya sudah selesai kuliah dan tidak lagi tinggal dibedengan
itu. Saya masih sangat merindukan untuk kembali berhubunagn sex dengan
Mbak Desi atau Mbak Ita karena mereka telah membuat saya tidak virgin
lagi.
No comments:
Post a Comment