Mas, cepat pulang, papa sakit lagi, teriak istriku di ponsel ku
setengah berteriak. âoke, aku pulang..... Yantoo, kamu jagain
bengkel ya, aku mau nganter mertua ke rumah sakit, perintahku pada
keponakan sekaligus asisten ku di bengkel yang aku kelola. suruh si
ujang beli makan siang sana, perintahku lagi sembari menuju mobil. Aku
melirik jam , menunjukan pukul 11.30. Papa udah dibawa ke rumah sakit
sama pak Gondo dan Arif, mas, ujar istriku setiba di rumah kemudian
menyebutkan nama sebuah rumah sakit ternama di Jakarta langganan mertua
jika berobat. Papa, biasa aku memanggilnya, sudah 3 tahun ini terkena
gejala jantung. Umurnya sekitar 62 tahun, kesibukannya mengurus bisnis
membuatnya melupakan kesehatannya, mana orangnya bandel lagi, gak mau
pantangan. Terus aku ngapain neh?, tanyaku pada isteri yang masih
menggendong bayi mungilku yang baru berumur 4 bulan. mas jemput mama ke
bandara sana, jam setengah 3 berangkat dari surabaya, tapi mas makan
dulu deh. Usai makan siang, segera kusiapkan beberapa helai pakaian
untuk berjaga-jaga jika terpaksa menginap, jarak Tangerang-Jakarta pusat
kan cukup lumayan. aku berangkat dek, jagain rumah ya, aku munkin
nginap seperti dulu waktu Papa diopname, kalau ada apa-apa sms atau
suruh si Yanto aja,.Hati-hati mas,mmmuaah...setelah mencium anak
dan istriku aku segera berangkat.
Jam menunjukan pukul 15.15, bentar lagi ibu mertua yang biasa
kupanggil mama akan tiba. Mama seorang wanita yang enerjik dan pandai
berwira usaha, hampir setiap minggu pergi ke berbagai daerah untuk
berbisnis apa saja mulai dari garment sampai perhiasan. Usianya jauh
lebih muda dari papa, sekitar 47 tahun. Gimana papa , Den? Tanya mama
dalam perjalanan ke rumah sakit. ya..biasa ma, sesak nafas, gejala
serangan jantung, tapi udah ditungguin si Gondo & Arief, juga udah
ditangani Dokter Farid langganan papa, jawabku mencoba menenangkan
mama. Mama menarik nafas lalu berkata syukurlah..moga gak apa-apa.
Papa masih tidur ketika kami tiba di kamar rawat inapnya. Usai menjenguk
papa di rumah sakit, kami lalu beristirahat di lobi. Rumah sakit ini
bertaraf internasional, jadi kami tak perlu menunggui papa seharian,
Gondo & Arif, supir dan karyawan papa menginap di hotel kelas melati
dekat rumah sakit. Tinggal aku dan mama yang belum menentukan dimana
harus menginap, tadinya aku juga ingin menginap di hotel yang sama, tapi
untuk sekelas mama sepertinya kurang pantas, sialnya pula , kamar yang
disewa karyawan papa itu adalah kamar terakhir yang masih kosong.
Beberapa saat kemudian aku dan mama memutuskan mencari hotel yang
layak yang terdekat. Benar-benar sial, semua full booked, baru aku
sadar sekarang liburan sekolah baru saja dimulai. Lama kami
berputar-putar sampai akhirnya menjelang senja, kami mendapatkan sebuah
hotel bintang 3 yang masih punya kamar kosong. Tapi keberuntungan belum
berpihak pada kami, karena yang ada hanya tinggal satu-satunya kamar
dengan single queen bed. Gimana ma? Apa kita cari lagi? Tanyaku pada
mama. Mama yang tampak lesu menjawab pasrah,âya udah lah Den, mama
juga udah capek, kita ambil aja, mama udah gak tahan...gerahâ. oke
deh pak, kita ambil, tapi bisa ngasih kasur tambahan gak?, tanyaku
pada resepsionis hotel yang sambil tersenyum ramah menjawab sambil
menggelengkan kepala ,maaf pak, itupun udah habis, ada yang satu kamar
sampe minta 2. Kamar bapak pun kebetulan karena bookingnya dicancel,
tapi kalau ada tamu yang checkout kami usahakan pak, jawabnya sambil
menyerahkan kunci kamar. Kami bergegas menuju kamar hotel yang berada di
lantai lima, didampingi porter yang membawa koper& barang-barang
mama. wah, gimana nih ma, Deni jadi gak enak neh, ujarku setibanya di
dalam kamar hotel yang interiornya cukup mewah tesebut . Ya apa boleh
buat Den, jawab mama tak bersemangat sembari membongkar isi kopernya.
Atau Deni pulang aja ma, besok pagi datang lagi, ujarku lagi. jangan
Den, entar kalau ada apa-apa terus gimana, ya udah kamu tidur di sini
aja, kamu malu tidur sama mama?..ujar mama. ya udah deh, Deni tidur di
sofa aja ma,Ngapain? Kamu gak lihat ukuran sofanya segede apa? Udah
kamu tidur di ranjang sama mama, kamu kan udah mama anggap anak mama
sendiri, ngapain malu sih?, jawab mama mencoba meyakinkanku. Apa boleh
buat, pikirku. Aku cuma gak ingin mengganggu kenyamanan mama, dan
rasanya risih juga tidur bareng ibu mertua. Bukan karena aku punya
pikiran ngeres , walau harus diakui mama masih sangat menarik di usianya
yang menjelang setengah abad, kulitnya kuning langsat dengan potongan
tubuh masih ideal sebab mama rajin merawat diri dan olah raga, bisnis
yang ia jalankan menuntutnya untuk tetap fit dan berpenampilan menarik.
Jika disandingkan dengan istriku, lebih mirip adik dan kakak dibanding
ibu dan anak. mama mandi dulu Den, ujarnya. Beberapa menit kemudian
Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.Baru kusadari
pintu kamar mandi ini adalah kaca dof yang tembus pandang , di dalamnya
ada shower dan bath tub. Dengan sedikit iseng aku mendekat, dan dari
balik pintu kaca itu tampak bayangan wanita bugil walau tak begitu
jelas. Sesuatu sempat bergerak di antara selangkanganku, namun hati
nurani menyuruhku untuk kembali ke sofa. Kunyalakan TV,dan rasa lelah
akibat seharian mengemudi membuatku mengantuk dan tertidur di atas sofa.
Den..bangun Den, sana mandi!, aku terbangun gelagapan, mama
berada dihadapanku masih mendorong-dorong pelan bahuku. Rambutnya
terlilit handuk dan tubuhnya terbalut kimono tidur, namun karena
posisinya setengah menunduk menampakan pemandangan belahan dadanya yang
indah. eh...iya ma, sorry ma, ketiduran,ujarku seraya bangkit menuju
kamar mandi. Usai mandi kami lalu memesan makan malam melalui room
service, rasanya masih malas untuk cari makan di luar meskipun sempat
aku tawarkan pada mama. Setelah bercakap-cakap beberapa saat lalu kami
tidur.
Rasa letih membuat kami segera terlelap. Jam menunjukan pukul 1 dinihari
ketika aku terbangun karena rasa kebelet. Keadaan kamar gelap kecuali
sedikit cahaya lampu tidur. Aku bergegas ke kamar mandi dan usai
menuntaskan hajat kembali ke tempat tidur, namun lampu kamar mandi yang
kunyalakan membuat suasana kamar menjadi lebih terang,selagi aku
mengesetkan kaki di depan pintu kamar mandi mataku tertuju pada suatu
pemandangan, mama yang tengah tertidur dalam posisi menyamping
membelakangiku. Suatu hal yang biasa, namun menjadi luar biasa ketika di
bagian bawah pinggangnya kimono mama tersingkap hingga menampakan
celana dalam putih yang dipakainya, membuaku terpaku sejenak
menyaksikannya. Pahanya yang mulus, dan gundukan pantatnya yang tak
tertutup sempurna , serta bayangan garis belahan pantat mama, membuat
sesuatu bergerak di antara selangkanganku dan mendesak celana pendek
yang kupakai. Pikiran kotor mulai menguasai diriku. Perlahan aku
berjalan menuju ranjang, kubiarkan lampu kamar mandi tetap menyala.
Kuamati dari dekat pemandangan indah malam itu, dengan gemetar tanganku
terjulur mencoba meraba paha mama. Lalu mengelu-elusnya pelan. Kemudian
merayap di atas gunungan indah bokong mama, sangat kenyal dan lembut.
Batang penisku sudah tak punya toleransi lagi, mengeras tegang menuntut
pelampiasan. Sejak dikaruniai anak pertama 4 bulan lalu, aku memang
sangat jarang menyalurkan hasrat seksual pada isteri, karena merasa
kasihan mengingat lelahnya mengurus buah hati tercinta yang kerap bangun
tengah malam, meskipun kami mengupah babysitter, tapi berhubung masih
minum ASI mau tak mau isteriku ikut terbangun.
Aku berbaring menyamping di belakang mama yang nampak tertidur
pulas. Sedikit demi sedikit ku geser tubuhku makin merapat ke tubuh mama
hingga kepala penisku yang masih terbungkus celana menempel di pantat
mama. Nafasku tertahan menahan suasana tegang malam itu, tapi nafsu
terlanjur menguasaiku, dan aku tak aka mundur. Maka ku turunkan celana
pendekku hingga separuh paha, dengan leluasa kini batang kontolku
mengusap-usap belahan pantat mama yang masih terbungkus celana dalam
itu. Rasa nikmat menjalari setiap centi batang kemaluanku, sampai
akhirnya kuputuskan berbuat nekat lebih jauh, ku angkat sedikit tepi
bawah celana dalam mama, lalu kuselipkan batang penisku dibaliknya
hingga merasakan langsung kulit pantat mama, membuat rasa nikmat itu
semakin menguat, apalagi ditambah lendir pelumas yang keluar dari lubang
kencing ku. Ku ayunkan pelan-pelan pinggulku sampai akhirnya aku tak
mampu menahan lagi dan terlalu terlambat untuk menarik
kemaluankuku...aku mengejang lalu ejakulasi dan dengan pasrah permukaan
pantat mama menampung tumpahan spermaku , segera aku mencabut kemaluanku
dari balik celana dalam mama yang segera basah kuyub oleh air mani ku
yang cukup banyak tertumpah. Sedikit rasa panik muncul dalam hatiku
namun ketika memperhatikan mama yang masih nyenyak dengan nafasnya yang
teratur membuatku sedikit lega. Lalu tertidur puas setelah merapikan
celana.
"Den...Deni..bangun Den", perlahan mataku membuka dan melihat
mama dengan kimono mandinya di hadapanku, mengguncang-guncangkan
pundakku. “heh..iya ma..emmhâ€, aku
bangkit dan menuju kamar mandi. Masih belum hilang kantukku ketika
menghidupkan shower untuk mandi. Usai mengeringkan tubuh aku mencoba
mencukur dagu dan kumis di depan wastafel, tiba-tiba mataku tertuju ke
rak handuk, dan melihat celana dalam putih mama dilampirkan di situ,
dalam keadaan basah. Nampaknya mama baru mencucinya. Selintas timbul
kekhawatiran jika mama tahu apa yang kulakukan tadi malam, namun kucoba
untuk menepisnya. Usai sarapan kami menuju ke rumah sakit, dan kembali
pada sore harinya. Sepanjang perjalanan, pikiranku terpaku pada
peristiwa tadi malam dan menyusun rencana untuk mengulanginya malam ini.
Sesampainya di hotel, mama segera mandi. Aku membayangkan bagaimana
kira-kira tubuh telanjang mama sehingga membuat si junior kembali
tegang. Tak berapa lama, mama keluar, dan cukup mengejutkan, mama keluar
hanya dengan lilitan handuk, menampakan bahu & pahanya yang putih
mulus membuat aku menelan air liur. Tangannya membawa pakaian yang
dikenakannya tadi . "Udah sana, mandi Den, kok ngelamun begitu", ujar
mama menyadarkanku, andai dia tahu justeru aku seperti terhipnotis
melihat sebagian tubuhnya. Aku beranjak menuju kamar mandi, hmm...celana
dalam putih tadi pagi sudah tidak ada di rak handuk, berganti celana
dalam berwarna pink yang sepertinya tadi dipakai mama, masih basah bekas
dicuci.
Malam itu kembali kami tidur bersama, walau aku tak sepenuhnya
tidur, tegang menanti situasi yang tepat. Mama tertidur menyamping
membelakangiku, ku coba menyingkapkan gaun tidurnya ke atas , inchi demi
inchi, centi demi centi sampai pantat bahenolnya kembali tersingkap.
Kembali ku pepetkan tubuhku ke tubuh mama, sampai hidungku menyentuh
rambutnya yang hitam terawat dan harum itu. Ku lekatkan batang penisku
ke pantat mama, namun tiba-tiba mama berbalik dan berbaring telentang,
membuat nafasku seolah terhenti karena terkejut. Tetapi hal itu justeru
menghasilkan pemandangan indah lainnya. Gundukan vagina mama dibalut
celana dalam krem yang tipis itu, dan yang membuat nafsu berahiku makin
terbakar ketika melihat beberapa helai rambut kemaluan mama keluar di
tepi bawah celana dalam mama. Di tambah lagi wajahnya yang ayu tengah
terpejam tidur dengan mulut setengah terbuka, ayunan nafasnya membuat
dadanya yang berisi naik turun, ingin rasanya kulumat bibir mama, namun
aku tak segegabah itu. Ku singkapkan lagi gaun tidur mama sehingga
menampakan perutnya yang masih lumayan rata dan putih mulus itu. Ku
usap-usap perutnya pelan dengan tangan gemetar, lalu dengan mengumpulkan
segenap keberanian mengusap-usap gundukan vagina mama. Nafsuku seolah
melewati ubun-ubun, hingga kemudian kuselipkan penisku dibalik celana
dalam mama di sisi pinggulnya, gesekan dengan kulit putih mama yang
mulus itu membuatku kembali ejakulasi dan membasahi celana dalam mama.
Lalu kembali tertidur dengan rasa puas setelah merapikan pakaian mama.
Pagi itu rak handuk itu kembali bertambah penghuni, celana dalam krem
mama.
Malam ketiga, tindakanku semakin nekat. Mama sendiri juga
membuat sedikit kejutan, kali ini ia memakai gaun tidur tanpa lengan
yang cukup sexy, menampakan bahunya yang putih dan sedikit belahan
dadanya yang montok itu, apalagi panjangnya sedikit di atas lutut
membuat aku semakib berliur. Kutunggu hingga lewat tengah malam, sampai
aku yakin bahwa mama benarâ€"benar terlelap. Kini ia tertidur
terlentang, sekali lagi inci demi inci kusingkapkan gaun tidurnya ke
atas, terus berlanjut secara perlahan hingga kutemukan kejutan
berikutnya...mama memakai celana dalam yang cukup mini dan transparan
karena dari bahan semacam jaring, tentu saja bayangan hitam bulu-bulu
pubisnya nampak jelas, pengikatnya pun tak lebih lebar dari tali sepatu,
membuat aku makin senewen, kali in terlintas pikiran jangan-jangan mama
memang ingin memancingku, jangan-jangan ia tahu apa yang kulakukan 2
hari terakhir. Tapi rasa takut itu dikalahkan oleh berahi, kali ini
secara perlahan kupelorotkan celana dalam itu, masih dengan tangan
gemetar hingga melewati ujung jari kakinya. Sungguh pemandangan luar
biasa yang bisa membuat gila lelaki manapun. Lalu ku lebarkan kedua kaki
mama, selebar munkin, hingga menampakan belahan rongga vaginanya . Ku
putuskan untuk mencicipi aroma dan rasanya, dengan sangat hati-hati aku
merangkak hingga wajahku cukup dekat dengan organ kewanitaan mama. Aroma
khas wanita bercampur aroma harum sabun mandi segera memenuhi rongga
hidungku, dan segera lidahku beraksi mengecap-menjilat-menghisap sampai
lambat laun pinggul mama bergerak-gerak ke kanan ke kiri, dan mulutnya
mulai bergumam. Ku hentikan sejenak, mama masih nampak terpejam dan
tertidur. Kembali kulanjutkan aksiku dan kembali pula pinggul mama
bergerak-gerak ke samping dan ...ke atas, seolah-olah menyambut lidahku.
Batang penisku kian mendesak celana yang kupakai. Sambil terus
menjilati vagina mama, kulepaskan celana pendekku, lalu setengah
membungkuk ku arahkan ke mulut liang senggama mama, sempat terjadi
peperangan bathin sejenak, antara perasaan bersalah karena menodai
mertua sendiri, ibu dari istriku, dan nafsu yang susah diajak kompromi.
Antara opsi hanya menggesek-gesekan kontolku di permukaan vaginanya atau
benar-benar memasukinya. Akhirnya kupilih opsi pertama, mula-mula ku
gesek-gesekan batang penisku di antara belahan vagina mama, namun
melihat reaksi mama yang menggumam dan pinggulnya bergerak-gerak membuat
aku mengambil opsi terakhir. Ku arahkan kepala jamur penisku tepat di
mulut vagina mama, lalu mendorong pantat ke bawah, senti demi senti
mulai memasukinya, agak sedikit heran mendapati memek mama masih cukup
sempit, sehingga upaya senjata biologisku untuk memasukinya agak
tersendat, namun perlahan tapi pasti penetrasi itu tejadi sampai
akhirnya batang penisku amblas .
Kunikmati beberapa saat hangat,sempit dan basah liang vagina
mama yang kulihat wajahnya mengernyit, lalu kutarik kebelakang, tetapi
memek mama seolah-olah menghisapnya kembali. Terus kulakukan gerakan
maju mundur hingga kurasakan liang senggama mama mulai memproduksi
cairan pelumas, membuat tusukan-tusukan batang kemaluanku kian lancar.
Suara gesekan dua organ kelamin kian terdengar dipadu rintihan lirih
mama yang seperti tengah mengalami mimpi. Ku singkapkan gaun tidur mama
hingga melewati behanya , lalu tanganku segera menyibakan mangkuk bra
mama hingga payudaranya terbebas dan kini ikut berguncang pelan akibat
gerakanku. Mataku berpesta pora menikmati pemandangan indah dua gunung
kembar putih mulus dan cukup besar itu dan segera pula tanganku
meraupnya dan meremas-remasnya. Aku yang telah berada pada titik tak
munkin kembali siap menghadapi apapun reaksi mama. Kepala ibu kandung
istriku itu terlempar ke kanan ke kiri dan rintihannya pun kian
meninggi, namun kali ini diwarnai isak tangis dan lelehan air mata. Kali
ini aku yakin, mama telah tersadar, munkin sedari tadi. "Mama.."
panggilku ditengah deru nafas karena mengeluarkan energi menikmati tubuh
sintalnya. Dan sungguh diluar dugaan, mama bukannya marah, namun dengan
mata masih tertutup dan berlinangan air mata justru melepaskan sisa
pakaian yang masih melekat di tubuhnya, gaun tidur dan BH nya. Lalu
kembali merintih-rintih sambil menggigit pelan jari tangannya. Melihat
hal itu segera kutindihkan tubuhku di atas tubuh mama, dan memegang
wajahnya ku arahkan ke wajahku, matanya membuka sedikit menatapku dengan
pandangan misterius, lalu kulumat bibirnya yang merekah.....dan ia
membalasnya sehingga lidah kami saling mengecap dan
membelit,"mama...", panggilku, dan mama hanya mengangguk. Membuat ku
menambah kecepatan gerakku mengobrak abrik liang vagina tempat asal mula
istriku dilahirkan sehingga suara becek dua organ kelamin kian emmenuhi
ruangan kamar, tentu saja diiringi melodi rintihan mama dan lenguhanku.
AC kamar hotel itu tak mampu lagi menahan panas tubuh kami berdua,
peluh kami saling menyatu dari pergumulan tubuh telanjang aku dan mama.
Ku lipat kedua paha mama ke atas hingga lututnya nyaris menyentuh
payudaranya, menyebabkan tusukan kontolku kian dalam menghujam liang
senggama mama dan membuat mama kian
histeris,"ooouh...Deni...nngnnnh...ennng",geraka nku kian ganas dan
liar mengobok-obok rongga kemaluan mama sampai kemudia tiba-tiba betis
mama memeluk pinggangku dan menarik serta menahannya ke bawah sementara
lengannya memeluk punggungku erat-erat,"ooooohh...Deniiii,,aahhhh",
rintihnya setengah memekik melepaskan emosi dari orgasme yang ia alami.
Aku terus bergerak pelan di antara kuncian mama yang beberapa saat
kemudian kian mengendur, membuatku kembali liar menikmati setiap senti
organ kewanitaanya sampai akhirnya biji pelirku mengerut kaku
lalu....satu tusukan terakhir kemaluanku mengantar semburan demi
semburan spermaku membanjiri liang senggama mama. Aku lalu rebah di atas
tubuh sensual mama mencoba mengatur nafas, mama mengelus-elus
punggungku yang bermandikan keringat membisikan kata-kata sayang, bagai
gadis muda kepada kekasihnya. Kembali ku lumat bibir mama, sampai
krasakan penisku mulai mengecil. Lalu aku beranjak meninggalkan tubuh
mama, menyaksikan hasil produksiku segera mengalir keluar dari liang
merah merekah di selimuti bulu-bulu jembut itu, menciptakan danau kecil
di atas sprei, kemudian berbaring di samping mama. Kami saling memeluk
dan memagut bibir masing-masing bak sepasang kekasih yang lama tak
bertemu, bukan sebagai menantu dan mertua. "Maafkan saya, ma", ujarku
membuka percakapan."ngga Den....maafkan mama juga, mama juga membiarkan
hal ini terjadi, jawabnya.
Lalu mama menceritakan segalanya, bahwa selama beberapa hari ini
sebenarnya ia tahu apa yang kulakukan, tapi sengaja membiarkannya,
karena...mama pun sudah sangat lama tak lagi mendapatkan kepuasan
biologis dan bathin, karena papa mertua lebih sibuk dengan usahanya dan
tertimpa penyakit pula. Oleh karena itu mama pun menyibukan diri dengan
berbisnis. Mama pun bercerita bahwa kerap rekanan bisnisnya yang
kebanyakan juga wanita seusiannya kerap memanfaatkan jasa pria-pria muda
untuk memuaskan nafsu masing-masing, bahkan mama juga pernah
ditawarkan, namun berhasil menahan diri walau dalam satu kesempatan
nyaris terjadi, sempat bercumbu dan nyaris disetubuhi ketika tiba-tiba
telpon berdering memberi kabar bahwa papa mertua masuk rumah sakit
sebelum yang terjadi sekarang. Dan sungguh tak menyangka justru
disetubuhi menantunya sendiri, itulah yang membuatnya menangis karena di
satu sisi merasa berdosa dengan anak dan suaminya namun di sisi lain
hasratnya yang lama terpendam tak bisa ditahan lagi, dan yang ia
dapatkan adalah orgasme pertama setelah belasan tahun tak pernah
merasakan lagi. Mama sendiri tersipu-sipu ketika ku sanjung-sanjung
kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya meski di usianya yang kepala
empat dan telah punya cucu. Kami saling memeluk ,membelai dan saling
melumat bibir. Hingga kemudian tanganku mengusap-usap vaginanya dan
tangan mama meremas-remas pelan biji pelir dan batang kemaluanku,
membuatnya lambat laun kembali tegak perkasa. Dan ronde kedua pun
dimulai, kembali spring bed itu berderit-derit dan kamar itu diramaikan
suara rintihan mama dan suara kecipak dua organ dibalut lendir saling
merasakan kenikmatan masing-masing. Bermacam-macam gaya kami lakukan,
mama di atas, aku di bawah, menyamping, doggie style sampai akhirnya
mereguk orgasme bersama. Dan kami baru benar-benar kelelahan sampai
keempat kalinya melakukan persetubuhan terlarang itu. Aroma sex tercium
santer di dalam kamar itu, lalu kami tertidur saling berpelukan dengan
kelamin tetap menyatu. Malam itu hubungan kami telah berubah drastis,
dari menantu & mertua menjadi sepasang kekasih. Sinar matahari pagi
menyilaukan mataku, dengan setengah mengantuk kucoba mengembalikan
memoriku, satu tangan mama masih memeluk dadaku sementara kepalanya
bersandar di pangkal lenganku, sebelah kakinya juga masih menimpa
sebelah pahaku. Wajahnya nampak cantik sekali dan menunjukan kepuasan,
nafasnya teratur menghembuskan hawa hangat di wajahku. Menyadari dipeluk
wanita setengah baya yang cantik , dalam keadaan telanjang pula,
membuat perabotanku kembali menegang keras. Aku beranjak dengan
hati-hati untuk duduk, lalu menyingkirkan selimut sehingga sehingga
menampakan tubuh bugil mama yang molek itu. Ku remas-remas pelan
payudaranya dan ku betot pelan putingnya, membuat senjata biologis ku
kian tak bisa diajak kompromi, lalu aku merangkak ke atas tubuh mama,
melebarkan kedua paha mulusnya, dengan perlahan kudorong kepala penisku
di antara dua bibir vagina mama. Agak susah karena cairan pelumas mama
belum keluar namun tetap kupaksakan sedikit demi sedikit, wajahnya
nampak meringis, lalu perlahan matanya membuka kemudian tersenyum ke
arahku, membuatku langsung melumat kembali bibirnya. Mama membalasnya
dengan liar, sementara aku terus berupaya menggali kembali lubang
kenikmatan itu yang kini mulai memproduksi lendir pelumas sehingga
penetrasi penisku kian dalam sampai akhirnya tinggal dua biji pelir yang
tertinggal di luar mulut vagina mama. "...Deni...kamu belum puas juga
sayang? Unnnghhh"...rintih mama ketika aku mulai bergerak maju mundur.
“belum, mama,,,aku ingin setubuhi mama setiap
menit...ahhhss", jawabku diantara nafas menderu penuh
nafsu."sshh...Den...puaskan mama, unghh..cumbui mama..sayang..oohh"
Pagi itu kembali ranjang kami berderit-derit akibat gerakan terlarang
sepasang manusia terbakar nafsu. Suasana dingin pagi itu tak mampu
mencegah keluarnya keringat dari tubuh-tubuh aku dan mama mertua. Aroma
sex santer tercium sebelum digantikan hawa pagi. Beberapa saat kemudian
ku putar tubuh mama hingga membelakangiku, kuambil sepasang bantal lalu
kuletakan di bawah dadanya, dalam posisi menungging, kembali kusetubuhi
ibu mertuaku yang cantik itu dari belakang, kembali ia merintih-rintih
dengan ributnya sehingga terkadang kuberikan jemariku untuk dihisapnya
biar tak terlalu ribut. Pantatnya yang bahenol itu bergetar akibat
tusukan-tusukan kontolku tanpa ampun ke liang senggamanya. " Ohh
Deni...oh Den...ooh..ooh..ahhhhhhhhss", rintihan panjangnya setengah
berteriak dan tubuh sexynya yang tiba-tiba mengejang menandakan mama
tengah dilanda orgasme. Sampai belasan detik kemudian kembali melemas
dan terguncang-guncang oleh hentakan-hentakanku.
Dan semenit kemudian akhirnya kantung pelirku mengeras dan rasa sedikit
geli di seputaran leher penisku menghantar datangnya orgasme &
ejakulasi spermaku di dalam liang vagina
mama."ooohhhhs.....mamaaa....oooohhhh", lalu aku jatuh menimpa punggung
mama sambil mencoba mengembalikan irama nafas kembali normal. Kami lalu
saling memeluk dan berpagutan cukup lama, sampai kemudian mama
berkata," mandi yuk Den, kita siap-siap berangkat", "he-eh ma, yuk"..
jawabku sambil beranjak, lalu menggendong mama, mama tersenyum tersipu
malu,"ah Deni...kamu romantis sekali sayang" lalu mengecup bibir dan
wajahku. Lalu kuturunkan tubuh mama di depan bath tub, dengan tanpa
sunkan ia jongkok dihadapanku, lelehan spermaku berjatuhan keluar dari
vaginanya sebelum diikuti cairan bening kekuningan air seninya yang
mengalir deras. Sungguh suatu pemandangan menakjubkan, lalu aku pun ikut
berjongkok dan buang air kecil di hadapan mama yang tertawa kecil
melihat ulahku. Lalu kami berdiri dan mulai mandi, saling menyabuni
tubuh masing-masing,mengusap-usap dan meremas-remas,,,dan sekali lagi
kembali batang kemaluanku menegang ketika digenggam pelan mama dan
dikocoknya pelan dengan tangan berlumuran busa sabun. Mama tersenyum dan
berkata lirih," Deni...kamu nafsuan banget sih, kok udah berdiri
lagi", "salah mama sih," jawabku,"salah mama apa?", tanyanya."salah
mama karena terlalu sexy dan nafsuin, mama harus tanggung jawab nih",
ujarku. Mama tertawa kecil, menyiram tubuhku dengan handy shower
sehingga busa-busa sabun luruh, lalu berlutut di hadapanku dengan tetap
menggenggam batang penisku,,,dan hap...mama mengulum dan menghisapnya,
dipadu kocokan tangan dan jilatan lidahnya. Membuatku menahan nafas
menikmati tindakan mama. Mama terus mengoralku dengan rakus, wajahnya
yang cantik penuh nafsu, dan goyangan payudaranya dari sudut pandangku
membuatku tak tahan lagi, kuraih tubuhnya, lalu kulumat bibirnya sambil
kudorong ke arah shower, kuangkat satu kakinya oleh sebelah tanganku,
dan dengan hentakan keras kuhujamkan batang kemaluanku ke dalam liang
vaginanya, membuat mama menahan nafas kemudian diikuti oleh rintihannya.
Di bawah siraman shower dan dalam posisi berdiri kembali kureguk
kenikmatan dari tubuh wanita setengah baya yang telah melahirkan istriku
itu, dan sekian menit kemudian ku cabut batang penisku lalu memutar
tubuh mama hingga membelakangiku, untuk kembali kusetubuhi dari
belakang. "ooh...Den..mama udah gak tahan...oooooohhh", demikian
rintihnya sebelum tiba-tiba tubuhnya mengejang dan kurasakan vaginanya
berdenyut-denyut, membuatku terpacu untuk segera menuntaskan permainan
terlarang di kamar mandi itu. Hentakanku kian cepat, membuat payudara
mama yang menggiurkan itu berguncang-guncang dahsyat, sangat mubazir
jika tak segera kuraup dengan kedua tanganku. Dan akhirnya...hentakan
terakhirku menjadi penghantar semburan-semburan spermaku menyiram mulut
rahim mama. Lututku melemas serasa tak mampu menopang tubuhku yang
bersandar di atas punggung mama yang setengah membungkuk itu, sampai
semenit kemudian kucabut senjata biologisku dari liang senggama mama,
menimbulkan suara angin mirip kentut diikuti lelehan cairan putih kental
yang terjun bebas ke lantai kamar mandi . Kami melanjutkan mandi,
saling menyabuni dan mengusap-usap, sebelum berpakaian dan kembali
berangkat ke rumah sakit.
Siang itu kami mendapat kabar bahwa kondisi ayah mertua sudah
membaik dan bisa pulang besok, suatu kabar gembira sekaligus kabar
buruk...karena affairku dengan mama akan berakhir. Di satu sisi aku
sedikit lega bahwa petualangan terlarang ini usai, sebagai manusia
normal sedikit banyaknya aku merasa bersalah dan tentu saja menjadi
beban psikologis tersendiri, namun ibarat koin...di sisi lain aku merasa
kehilangan momen-momen indah bersama ibu kandung istriku itu, yang kini
terlanjur ku cintai sebagai kekasih. Mama pun aku yakin merasakan hal
yang sama, sepanjang perjalanan ia tampak terdiam dan tak bergairah.
"Ma..., mikirin apa sih?,tanyaku memancing."Kamu tahu apa yang mama
pikirkan Denâ€, jawabnya. "Ya mau bagaimana lagi ma, apapun
alasannya apa yang kita lakukan ini salah, kita telah menusuk papa dari
belakang ma," jawabku. "iya...mama juga tahu itu, tapi mama terlanjur
cinta sama kamu Den, mama tahu ini perbuatan paling hina di mata orang,
tapi perasaan gak bisa bohong," jawab mama...kali ini dengan terisak
dan berlinangan air mata. "sssshh....sudah lha ma, kita masih punya
waktu sehari kan, tokh kita masih bisa ketemuan di rumah", jawabku.
Mama hanya terdiam dan terisak. Setibanya di hotel menjelang senja, kami
memasuki kamar dengan lesu. Aku duduk di sofa melepaskan sepatu. Mama
sendiri berdiri di depan meja rias melepaskan satu per satu kancing
blousenya dengan pelan. Wajahnya tertunduk lemah, kilasan payudaranya
yang tertutup BH, membuat hasratku bangkit. Aku beranjak mendekati mama,
membantu melepaskan bajunya, kini ia berdiri di hadapanku hanya dengan
BH dan celana dalam. Wajahnya masih tertunduk, segera kuraih pipinya,
kudongakan wajahnya dan dengan segera melumat bibirnya. Mama yang semula
tidak bergairah mulai membalasnya, sehingga lidah kami saling membelit.
Segera tanganku melepaskan pengait BH nya dan meloloskannya dari kedua
tangannya, payudara yang masih padat berisi itu segera menjadi sasaran
dua tanganku. "ohh...Deni...sayang...ohhh", rintih mama di antara nafas
yang tak teratur akibat beradunya dua bibir. Tiba-tiba ia mendorongku,
"Den..nanti malam aja ya, mama masih keringetan neh..mandi dulu", namun
aku segera merengkuh kembali tubuh sensualnya, "aku suka keringat
mamaâ€, ujarku lalu menciumi celah di antara payudaranya yang
ditumbuhi bulu-bulu halus, menggigiti pelan putingnya, membuat kepala
mama terdongak ke atas sambil terus merintih. Kemudian bangkit
mengangkat kedua lengannya ke atas kepala, sehingga menanpakan ketiaknya
yang putih bersih, lalu kuhirup aroma keringat bercampur parfum di situ
yang kian membakar gairahku, mama makin menggelinjang dan
merengek-rengek. Bulu-bulu romanya bermunculan. Ku putar tubuh mama ke
arah meja rias, setengah membungkuk tangannya bersandar di atas meja,
aku berlutut, menggigiti ringan pantat bahenolnya meninggalkan prasasti
gigi geligiku, mama sesekali menjerit ringan dan berganti menjadi
rengekan ribut ketika lidahku menjilati permukaan vagina dan anusnya,
tubuhnya sesekali mengejang. "Den....mama udah gak tahan...ooohh",
rintihnya ketika dua jemariku mulai mengorek-ngorek liang kewanitaannya
ditemani lidahku yang terus mengecap dan menjilati dua rongga tubuh
sebelah bawah mama. Aku bangkit berdiri, tampak bayangan wajah mama yang
memerah d icermin, mata menyipit dan mulut setengah terbuka menyiratkan
dirinya berada di puncak nafsu. Ku gosokan perlahan batang penisku di
antara belahan pantatnya sebelum ku arahkan ke gerbang kenikmatan lubang
senggamanya. "oooohhh....nnngg...Deni....ooohh", mama mulai
merintih-rintih ribut mengiringi suara becek dua kelamin beradu. Wajah
mama tampak sayu penuh nafsu dengan jatuhan rambut di sebagian wajahnya,
cantik dan sexy sekali ditambah gempa bumi kecil payudaranya yang
mengundang tanganku untuk meremasnya. Keringat mulai membanjiri tubuh
kami, apalagi ditambah hawa panas kamar karena aku belum sempat
menyalakan AC. Meja rias itu turut bergoyang membuat beberapa benda di
atasnya terjatuh, berupa beberapa perlengkapan perawatan kulit mama dari
merk ternama, salah satunya lotion pelembab yang menggelinding di dekat
kaki ku, menimbulkan ide untuk mencoba sesuatu yang baru. Sekian menit
berlalu sampai akhirnya tubuh mama mengejang lalu berteriak memanggil
namaku diikuti denyutan-denyutan dahsyat rongga vaginanya yang
mencengkeram batang kemaluanku.
Mama sudah tiba pada puncak orgasmenya, sementara aku terus mengayunkan
pinggulku menggetarkan pantatnya. Ku dekap mama dari belakang lalu ku
bisikan kata-kata, "ma...aku mau nyobain anus mama", ujarku, mama yang
masih mabuk dengan orgasmenya mengangguk lemah dan menjawab di antara
sengal-sengal nafasnya,"pelan-pelan sayang, pake lotion mama,
seumur-umur mama belum pernah di anal", jawabnya. Ku pungut botol
lotion itu, ku tuangkan isinya lalu kubalurkan di sepanjang batang
penisku, juga di permukaan anus mama, kutusukan jari telunjukku ke
dalamnya, mama terdorong ke depan dan mengejang,"ohhs...pelan-pelan
Deni", ujarnya. Ku tambahkan lotion ke anus mama. "ma...tahan ya, aku
masukin nih.", ujarku di tengah dengusan nafas , mama mengangguk.
Dengan perlahan kepala jamur penisku memasuki lubang anus yang masih
perawan itu, mama menahan nafas dan merintih. Namun se senti demi se
senti terus penetrasi, dan tiap tahap menghasilkan jeritan mama,"
oouuh...pelan-pelan Den...uhhh...sakiit...ahhh", tapi akhirnya seluruh
batang kemaluanku ambles ditelan lubang anus mama, kunikmati sensasi
cengkeraman sempit rongga belakang mama beberapa saat. Wajah mama tampak
meringis dan menggigiti jemarinya. Ku tarik penisku keluar dengan
pelan, mama kembali setengah berteriak. Dengan menyisakan kepala
kontolku di dalam kembali kubaluri lotion di sekujur batangnya. Lalu
kembali ku tusukan ke saluran pembuangan mama. Mama kembali berteriak
kesakitan dan gemetar. Ku tarik kembali keluar batang
kelaminku,kutusukan lagi, terus dengan eskalasi makin lama makin cepat
temponya, reaksi mama mulai relax tak lagi berteriak kesakitan selain
mengeluh dan merintih setengah menangis. Cengkeraman anus mama jauh
lebih ketat dibanding vaginanya. Aku terus mendesak-desakan penisku ke
saluran anal mama, keringat kami kian membanjiri tubuh, punggung mama
berkilauan tertimpa cahaya lampu. Ku pegang pangkal lengannya, lalu
kudorong mama berjalan ke arah kamar mandi tanpa penisku meninggalkan
anusnya, sesekali berhenti untuk ku ayun-ayunkan pinggulku menyetubuhi
mama yang pasrah menuruti hasratku. Tepat di dalam kamar mandi, setelah
beberapa kali hentakan menjelang tibanya klimaks, kucabut batang
penisku, ku putar tubuh mama hingga menghadapku lalu kupaksa
berlutut...dan srrt...srttt..srrtt..srrt, cairan spermaku menyembur
hinggap di wajah mama dan payudaranya, mama tampak gelagapan menerima
kejutan malam itu, munkin ini adalah pengalaman pertama juga sepanjang
kehidupan seksualnya. "mmmhhh...Deni...kamu nakal banget sih...abis dah
badan dan muka mama kamu kerjain", jawabnya setelah habis orgasme ku.
Ku papah ia untuk bangkit, lalu ku nyalakan shower untuk membasuh
wajahnya. Setelah itu kami kembali mandi bersama sambil bercumbu. Usai
makan malam, selanjutnya bisa ditebak....kami menghabiskan waktu yang
tersisa bagai pengantin baru...bersetubuh, istirahat sebentar dengan
bercakap-cakap, lalu bercumbu, kembali saling menggapai kenikmatan
seksual, seterusnya hingga lewat tengah malam baru tertidur. Apakah
hubungan terlarang ini akan berakhir esok?
No comments:
Post a Comment