Namaku Hardi, usiaku 22 tahun , sudah bekerja di salah satu perusahaan
swasta.Tinggi 170. brt 65 kg, wajahku standar aja alias pasaran, tp
cewek2 bnyak yg suka dengan parasku ini. Aku akan menceritakan awal
kisah ini yang terjadi 2 tahun yang lalu(sampe sekarang masih
berlanjut), saat usiaku 20 tahun. Aku 3 bersodara..kakakku perempuan
sudah menikah dan sudah punya rumah sendiri, punya anak satu umur 5
tahun , masih TK, Kakakku umurnya selisih 3 tahun denganku, namanya mbak
Yanti. Sedangkan adikku umur 14 tahun, juga perempuan ,SMP kelas 2,
namanya Nastiti.
Adikku wajahnya lumayan manis, tinggi sekitar 155cm, berat kira2 45 kg,
pantat sudah mulai membentuk bulat indah, dan tampak kencang banget.
Buah dada sudah nampak mulai tumbuh ranum-ranumnya, sering aku jadi
curi2 pandang ke balik tanktop putihnya yang tanpa bra, saat dia mau
ganti pakaian sepulang sekolah atau saat bersantai nonton tv. Kadang
muncul dalam benakku keinginan untuk bisa meremas tetek adikku yg baru
mekar itu, sungguh menggemaskan dan amat mengundang birahiku. Apalagi
lingkaran coklat muda terlihat samar-samar dan putingnya yg menonjol
kecil, nampak indah dan menggiurkan. Ku hanya bisa menelan ludah, untuk
membasahi kerongkonganku yg mengering terbakar panas birahi yg
tersembunyi. Adikku masih lugu, ngga merasa bahwa perubahan tubuhnya
megundang birahi lelaki, walau pun itu aku, kakaknya sendiri. Aku pun
heran, kenapa aku bisa suka pada saudara kandungku sendiri ? Aku tak
mengerti kenapa ada rasa seperti ini terjadi padaku.
Kadang ku bertanya dalam hati, " Kapan ya ada kesempatan aku bisa menikmati tubuh adikku ?"
"Pasti ada cara untuk itu, kamu pasti bisa! Kamu punya akal." bisik setan dalam otakku.
"Jangan kau lakukan itu. Itu dosa besar. Apalagi itu kan adik kandungmu
sendiri!", sisi baikku mengingatkanku. Bisikan itu selalu datang silih
berganti, tapi si otong kecilku ini tak bisa di ajak kompromi, dia
begitu kelojotan ingin keluar dari persembunyiannya manakala pemandangan
yg syur tampak lagi di depan mataku.
Kala itu,aku tengah menikmati kopi panas sambil nonton film remaja pada
sebuah stasiun tv swasta. Adikku yg baru datang sekolah langsung
menyimpan tas di meja belajarnya dan terus membuka baju seragam SMP nya
tanpa malu-malu di depanku, karena memang sudah terbiasa seperti itu.
Mungkin juga karena tidak ada orang lain, selain keluarganya sendiri.
Setelah menggantungkan bajunya, Titi ( begitu kami memanggilnya), dan
atasannya hanya mengenakan tanktop, langsung rebahan di atas karpet
merah jambu, sambil nonton tv.
"Judulnya apa, mas ?" tanya adikku tanpa melirik ke arahku, sambil membetulkan bantal untuk alas tidurnya.
"Gak tahu, mas aja baru nyetel." jawabku. Sambil mataku tak terlepas
dari tonjolan dada adiku yg aduhai, terpampang depan mataku. Gundukan
gunung kembarnya tampak naik turun, seiring tarikan nafasnya, makin
membuat " otong " ku perlahan-lahan berdiri di balik celana dalamku.
Kalau sudah begitu, hanya sabun mandi yg sering nuntasin permasalahan
seperti ini. Rok Smp yg masih dikenakannya tersingkap menampakkan putih
pahanya yg mulus dan berisi. Ingin sekali ku merabanya." asem juga ni
anak, bikin aku konak." gerutuku dlm hati.
"Gak makan dulu Ti ?", tanyaku sambil mata tak lepas dari bukit kembarnya.
"Nanti aja lah belum lapar.", balasnya.
"Nanti masuk angin lho, jangan dibiasakan telat makan gitu."
"Yang masuk angin tuh mas Har. Ngopi mulu tiap hari, bikin perut kembung tuh?", ledeknya sambil nyengir.
"Ehhh, ni anak sok tahu nih. Kucubit ntar baru nyaho luh."
"Cubit aja, tapi jangan keras-keras.", jawabnya makin ngeledek.
"Gini!"sambil kucubit pipinya yg mulus tanpa bintik jerawat satupun tumbuh di pipinya.
"Aaooww! sakit tahu." katanya sambil bibirnya agak di manyunin berlagak marah.
"Habis mas gemes sama kamu, adik kakak yg paling imut-imut."
"Yeyy, imut-imut apa amit-amit." katanya sambil tersipu.
"Imut, tahu arti imut ?"
"Apa ?" tanyanya sambil menengadahkan kepalanya melirikku.
"Imut itu .... artinya Ingin ngemut." Jawabku sambil tertawa.
"Ihh! jorse.....mas Har nih." kata Titi sambil ninjuk ke arahku.
"Apa tuh jorse ?"
"Jorok sekali tahu !"
"Ah masa gitu aja jorok, yg jorok tuh yg belum mandi, kaya yg lagi tiduran, bau."
"Biarin, yang penting kan manis. Wek!" cibir adikku ngeledek
"Yang manis apanya ?"balasku sambil kudekatkan wajahku ku ke wajahnya sambil ku balas mencibir.
"Ya wajahnya dong, sama senyumnya."
"Mana ?" sambil kucium pipinya gregetan. " ah...bau....." ledekku.
"ih, mas Har genit deh." cemberut adikku sambil ngusap pipinya dengan telapak tangannya.
"Biarin, sama adiknya ini. Mau di cium lagi.....?'
"Gak mau !!" spontan kedua tangannya menutup wajahnya yang memerah.
Aku iseng, kukelitik pinggangnya yang terbuka karena tanktop yg dikenakannya agak terangkat ke atas.
"Aahhh....massss.....geli !!"tangannya menepis tanganku dari pinggangnya sambil terus bangkit lantas mencubit tanganku.
"Aduuhh! Nyubitnya beneran, sakit nih. Tuh kan lecet deh, Ti."
"Biarin! Lagian ngeledek aja." sambil berbalik mau tiduran lagi.
Saat dia membelakangiku,kuraih pinggangnya dan kududukkan di pangkuanku.
"Kubalas kamu, nih!" sambil kucubit pahanya yg putih mulus,kiri dan kanan. Titi meronta -ronta sambil cekikikan karena geli.
"Gak mau gak mau, mass! Udah udah ! geli!" sambil tangannya mencubit lenganku.
Ada rasa nikmat menjalari tubuhku, saat senjataku ditekan-tekan
pantatnya yg kenyal karena meronta-ronta. Sesekali telapak tanganku
menyentuh setumpuk daging empuk di dadanya, saat tubuh Titi
menggelinjang kegelian. Tak ingin rasanya kulepaskan dekapan ini, tapi
ku takut nanti adikku malah jadi marah dan menganggap kakaknya cabul.
Perlahan kulepaskan dekapanku di pinggangnya tapi anehnya Titi tak
segera menjauh dari dekapanku, seolah pantatnya malh agak menekan ke Mr.
P ku yang tegang sedari tadi.
"Sudah ah, mau mandi dulu ntar diledek lagi sama masku yg ganteng tapi cerewet."kata Titi sambil bangkit dari dekapanku.
"Eh....malah ngeledek lagi ni anak." kataku sambil bangkit dari dudukku seolah hendak menangkapnya. Titi langsung lari menjauh.
"Ti, mas mandiin nggak ?" candaku.
"Emang balita, gak bisa mandi sendiri."jawabnya dari dalam kamar, saat ambil handuk.
"Alah, dulu aja mas Har sering mandiin kamu. Malu ya sekarang sudah punya pacar ?"
"What !?? pacar ? sekolah dulu kaleeeee." teriak adikku sambil mencibir, terus berlalu ke kamar mandi.
Tak lama kudengar guyuran air dari kamar mandi, sementara anganku
melayang membayangkan betapa nikmatnya jika ku bisa leluasa mencium
bibir adikku yg merah alami, laksana mawar nan merekah dan kubelai
lembut tetek ranum yg mengkel serta kukulum puting mungilnya yg coklat
kemerahan itu.
"Ah!!! gila! Kenapa pikiran seperti itu selalu timbul ?! bener2 kakak tidak waras aku ini!" batin ku menghardik diriku sendiri.
Aku beranjak dari kursiku dan ngeloyar ke dapur sambil membawa gelas,
setelah kopi nya kutenggak habis membasahi kerongkongan yg terasa kering
karena panas birahi atas adikku barusan.
"Mandinya sudah belum ,Ti?" teriakku saat sudah tak terdengar suara guyuran air dari gayung bak mandi.
"Sudah, lagi handukan.Mas mau mandi juga ?"
"Iya."
"Kenapa nggak bareng Titi barusan? Sambil mandiin Titi." katanya setelah berada di luar kamar mandi.
"Ya udah sini, mas pangku lagi ke kamar mandi." kataku seolah hendak
membopongnya. Titi lari sambil cekikikan, hanya berbalut handuk
bergambar "Snoopy" ,sangat menggairahkan.
Ku buru-buru ke kamar mandi, sebenarnya ingin cepat menuntaskan
permainan rahasiaku selama ini. Saati birahi tengah memuncak, dengan
onani lah kuselesaikan hasrat dan libidoku.
Jam 5 sore, ibuku pulang dari pasar,semenjak ayahku tiada, ibulah yang
selama ini menafkahi keluarga yang kini ku bantu juga dari gaji yang
kuperoleh tiap bulan dari hasil kerjaku. Kebetulan ibu memiliki kios
pakaian di pasar, walau tidak besar tapi cukuplah untuk biaya hidup kami
sehari-hari.
"Kok sore pulangnya ,bu, rame ya kiosnya ?"
"Ya lumayan rame juga ,Har. Ini kan tanggal muda. Mana adikmu, Har?
"Tidur Bu."
"Oh iya! Har, lusa kan budhemu mau hajatan, nikahin sepupumu, si Reni.
Jadi besok ibu mau ke Wonogiri, paling dua hari. Kamu kan masih cuti,
jadi tolong jagain dulu kios. Sayang kalau tutup, siangnya biar Titi
bantuin kamu sepulang sekolah. Nggak enak kalau ibu nggak ke sana."
"Emang berangkat jam berapa, bu?"tanyaku
"Sekitar jam 7 pagi, biar sampai sana tidak terlalu sore. Soalnya angkutan ke dusunnya agak susah kalau sore."
"Iya bu, biar besok Hardi yg jagain kiosnya."
Ibu terus ngeloyor ke kamarnya, ambil handuk terus mandi.
Besoknya sekitar jam 7 pagi, aku mengantarkan ibuku ke terminal. Setelah
ibu mendapatkan bisnya, aku langsung cabut menuju pasar untuk menunggui
kios pakaian untuk dua hari ke depan.
Sambil menunggu pembeli datang, iseng ku buka internet dan mencari-cari situs porno dan cerita2 dewasa.
Terbersit di anganku, "indah juga kayaknya bila aku bisa bercinta dengan adikku yg masih polos."
Begitu pikirku setelah tadi sempat membaca cerita incest yg sangat
membangkitkan nafsuku dan rasanya aku ingin mencoba bercinta dengan
Titi, adik kandungku sendiri, yg sering membuatku jadi bernafsu.
Lama ku berangan dan mencari cara, agar bisa lebih dekat dan bisa
mencumbunya." Kalau dia tidak mau ? Ahh..peduli amat, si amat aja gak
peduli sama gue, yg penting aku berusaha",pikirku dalam hati.
Akhirnya, di saat ibuku tak ada di rumah, aku temukan cara agar aku bisa
bercumbu dengannya, paling nggak ku bisa merasakan hangat bibirnya atau
merasakan empuk kedua tetek mungilnya yg selalu menggoda hati. Berhasil
atau tidak terserah nanti, ku jalankan rencananya dulu aja.
Sekitar jam 1 siang ,saat aku tengah terhanyut dalam khayalan. Tiba-tiba........
"Hayoooo...siang bolong gini menghayal. Lagi ngayalin apa tuh ?"
Adikku mengagetkan dan membuyarkan lamunanku.
"Eeehhhh...ni anak ganggu orang lagi asyik aja."
"Siapa yg main selonong. Mas aja terlalu asik bengong gitu. Ayam tetangga aja kebanyakan bengong gitu langsung tewas lho mas."
"Eh, songong ya, Doain cepet mati ya ?"
"Hehe.."adikku cuma nyengir, sambil terus meletakkan tas sekolahnya dalam kios.
"Sudah makan belum mas ?" Tanya Titi setelah berada di sampingku.
"Belum, emang kamu mau makan apa ,Ti ?"
"Beli nasi soto aja mas, di tempat bude Ginah. Enak sotonya."
"Ya udah, sana beli dua, mas juga belum makan." kataku sambil ngodok
dompet dan memberikan beberapa lembar uang pada adikku, yg terus berlalu
setelah menerima uang dariku.
Selesai makan,aku bilang hendak keluar sebentar mencari sesuatu pada
adikku dan terus ngeloyor mencari toko kaset, dan membeli kaset DVD,
untuk ku stel nanti di rumah,sebagai awal rencanaku.
Malam minggu yg biasanya jam 7 aku sudah pergi ke rumah pacarku,Mira.
Namun karena di luar hujan dan karena di rumah tak ada ibuku, jadi tak
ada yg nemenin adikku yg penakut itu, akhirnya aku malam Mingguan di
rumah. Ditambah lagi aku punya satu rencana kotor sama adikku, jadi klop
lah situasinya dan sangat mendukung.
Setelah kami selesai makan malam, aku ngeloyor ke ruang tengah untuk
sekedar menikmati sebatang rokok kretek kesukaanku, sambil nonton acara
televisi. Titi, adikku, masih di dapur membereskan piring kotor bekas
kami makan. Tak berapa lama nongol dan duduk disampingku, sambil nonton
tv. Hujan masih deras, terkadang diiringi guntur yg bergemuruh di
angkasa. Remot tv kuraih, dan kumatiin tvnya.
"Kok dimatiin sih mas ?" protes adikku yg tengah asyik nonton acara di stasiun tv swasta, tiba2 tv nya ku off.
"Takut ada petir, Ti. Bahaya atau mending kita nyetel kaset film aja di dvd ya, mas punya film baru nih."
"Film apaan,mas ?"tanyanya sambil menoleh ke arahku.
"Kayaknya seru sih, film laga indonesia" jawabku sambil terus bangkit
dari kursi dan mengambil casset yang tadi kubeli di pasar di rak kaset.
Kupasang kabel penghubung dari dvd ke tv, lantas kunyalakan lg tv untuk
memutar filmnya, setelah program kupindah ke Vhf. Di awal film, tampak
adegannya biasa saja, namun lama kelamaan jadi sedikit mencekam, apalagi
setelah terjadinya pembunuhan terhadap kekasih peran utama oleh
sekumpulan genk, disitu adegannya mulai menakutkan. Yang mana, wanita
korban pembunuhan itu menjadi hantu menyeramkan, karena arwahnya
penasaran.
Adikku tampak tegang menyaksikan film yg ternyata sebuah film horor,
kadang kedua telapak tangannya digunakan untuk menutupi matanya, saat
hantu menyeramkan muncul hendak menuntut balas pada orang2 yg
mencelakainya. Terkadang juga Titi teriak kaget dengan kemunculan hantu
seram itu yg tiba-tiba dan diiringi dentuman keras dari instrumen horor
yg mengejutkan. Lama kelamaan Titi merasa takut dan nggak nyaman
menonton filh horor ini.
"Sudah lah mas, jangan nyetel film itu. Ngeri ih.." katanya sambil nyengir seraya mengangkat bahunya.
"Ntar dulu Ti, seru nih." jawabku , padahal sengaja agar dia semakin
merasa takut dan selanjutnya tentu agar apa yg kuharapkan dan
kurencanakan bisa sukses total.
"Ahh...masss. tak matiin nih." katanya hendak beranjak dari duduknya.
"Nanti dulu Ti." seraya tanganku meraih tangan adikku, mencegah agar jangan mematikan tv nya.
"Kalau kamu takut, tidur aja sana, biar nanti di kamar ditemenin hantu seram itu." kataku menakut-nakuti
"Tuhhh kaann, malah nakut-nakutin lagi. Iihh !!!"sungut adikku sewot kayak mau nangis.
"Sorry canda. Masa gitu aja takut, udah perawan gitu masih penakut aja
kayak dulu sih, Sini kalau takut tiduran sini aja, jangan nonton."
"Sama aja! Nggak lihat tapi denger. hhuuhhh...." rutuk adikku lagi
"Yaudah volumenya mas kecilin. Tiduran aja sini."kataku agar adikku tiduran di sampingku.
Walau masih cemberut, akhirnya adikku tiduran di sofa di
sampingku.Setelah selang beberapa lama, kuraih remot dan meng-off tv dan
dvd nya walau film horor yg kuputar belum usai tapi itu cukup untuk
membangkitkan rasa takut pada diri adikku.
"Mas ngantuk mau tidur. Udah.. tidur di kamar sana atau mau tiduran di
situ, ntar ada yg keluar dari kaset itu tuh." kataku sambil nunjuk ke
dvd.
"Maaassss!!!" bentak adikku seraya cemberut.
"Hiii...takuuutttt...." kataku terus lari kecil ke arah kamar sambil ngeledek adikku.
"Mass!!!" jeritnya sambil sontak bangkit dari tidurnya.
"Maksud mas takut sama kamu, abiss cemberut gitu. Udah, kalau takut tidur sini aja sama mas, atau berani sendiri ?"
Tanpa menjawab masih sambil merengut Titi ngeloyor ke kamarku terus duduk di tepi ranjang.
"Lho kok malah bengong gitu. Ayam tetangga aja mati karena sering
bengong gitu lhoo." kataku membalas ledekan adikku tadi siang di pasar.
Titi jadi tersenyum mendengar ledekanku, tapi sejenak terus bibirnya dimanyunin lagi seolah bener2 jengkel.
"Sudah naik sana, mas yg sebelah pinggir sini. Gak ambil selimut dulu, Ti ?"
"Gak..." jawabnya ketus.
"Ya udah. kalau dingin pake selimut mas aja. Tidur sana.."
Akhirnya Titi naik juga terus tidur miring menghadap tembok,
memunggungiku. Akupun nyusul merebahkan tubuhku, di sebelah kanan
adikku, yg diam membisu, mungkin merasa jengkel dengan ulahku.
Masih menatap langit kamar, kubuka pembicaraan untuk mencairkan suasana.
"Mas jadi ingat waktu kecil dulu Ti." sebentar hening menunggu reaksinya.
"Dulu saat kamu masih umur 3 tahunan sampai masuk TK suka minta tidur
bareng dengan mas, padahal dulu sering mas isengin ya. Eee....kini tidur
bareng lagi ya. Waktu itu mas Hardi sudah sekolah dan masih kelas 3 SD
kalau gak salah, sampai mas Har kelas 5 SD masih suka tidur bareng
kamu. Kamu masih ingat nggak Ti...?" Tanyaku mencoba membuat jalan
komunikasi dengan adikku yg masih terdiam. Hening sejenak, kulihat
adikku merubah posisi tidurnya, menjadi telentang.
Sekilas kulihat dari sudut mataku. dia tersenyum kecil,kemudian.....
"Iyaa, Titi jadi ingat. Sebelum tidur suka minta naik ke punggung mas
Hardi, main kuda-kudaan." katanya sambil sunggingkan senyum, mengenang
masa kecilnya.
"Sippp!!" teriakku dalam hati, adikku sudah mulai cerah dan tak diam lagi.
"Lhooo, masih ingat to ?"kataku senyum seraya kumiringkan tubuhku ,menghadap adikku.
"Ingat sebagian, tapi banyak lupanya, bahkan saat mandi bareng nyemplung
bak mandi pun Titi masih inget. Waktu itu mas dimarahin ibu karena bak
mandinya jadi kotor." katanya diiringi tawa.
"Iya iya, mas juga ingat. Kalau gitu mandi bareng lagi yuk sekarang,
kayak dulu." candaku makin mencerahkan suasana kamar tempat kami
berbaring bersama, agar adikku tak kaku dan tak canggung lagi.
"Ihhh!! malam-malam gini. Dingiiin!" Katanya sambil menggerakkan bahunya seolah kedinginan.
Di luar hujan masih mengguyur menghadirkan malam yang berudara dingin,
terasa sunyi dan senyap, orang-orang tak lagi keluar rumah, mereka
memilih diam di rumahnya masing-masing. Malam makin merangkak jauh,
kulihat Titi, adikku sudah berkali-kali menguap, tanda kantuknya mulai
datang. Tapi aku yg tengah diganggu oleh pikiranku sendiri sulit untuk
merasakan ngantuk. Karena walau bagaimanapun, tidur seranjang dengan
gadis abg yg baru mekar dan sering menjadi bahan imajinasiku saat
beronani ria sungguh membuat jiwaku bergetar, walau dia adikku sendiri.
Apalagi, di depan mataku tercetak jelas di balik piyama tipisnya,
sepasang bukit kembar tanpa bra ataupun tanktop, tersembul membangkitkan
gairahku. Dari awal dia terlentang, aku berkali-kali menelan
ludah,karena terangsang menyaksikan indahnya tonjolan di dadanya
itu. Masih mungil, namun sudah berbentuk, tampak putingnya yg masih
kecil, mencetak di balik baju tidurnya. Tak sabar rasanya ingin segera
membelai dan meremas tetek mungil itu.Namun aku tak berani ambil resiko,
bisa-bisa malah jadi hancur rencanaku.
"Ti....." dia tak menjawab, hanya menoleh menatapku.
"Boleh gak mas peluk kamu, kayak dulu waktu kecil?" tanyaku agak berat,
dan kurang yakin adikku yg sudah abg ini mau kupeluk kaya dulu.
Diam sejenak, lantas
"Boleh. Tapi.....ada tapinya lho mas." katanya bikin penasaran
"Tapi apa ,Ti?"
"Tapi......jangan diitik-itik kaya dulu, dulu kalo meluk suka gelitikin pinggang Titi."
"Oh itu....ya nggak lah....." kataku serasa mendapat angin segar.
"Titi masih ingat ya." Kataku sambil melingkarkan tanganku di atas perutnya.
Titi lantas miringkan tubuhnya lagi seperti semula, membelakangiku yang
tengah memeluknya. Ada rasa yg indah menyelimuti jiwaku. Ada suka,
deg-degan dan gairah yg menggebu jadi satu, anganku yang selama ini
kuhayalkan telah membuka pintunya untuk hal-hal selanjutnya.
"Pake selimut gak Ti ?"
"Nggak ah."
"Gak dingin apa ?"
"Nggak, kan dipeluk mas. Jadi anget."
Ku tak banyak bertanya lagi, biar dia cepat tidur. Tubuhku makin
kurapatkan lagi memeluk Titi, kebetulan udaranya makin terasa dingin,
namun kini mendapatkan penawarnya, yg kini tengah dalam pelukanku.Titi
entah sadar atau tidak,bahwa penisku yang sejak tadi mengeras ,
kutempelkan di pantatnya yang bulat dan padat menggoda.Sesekali kubelai
rambutnya yang hitam perlahan,tercium wangi aroma sampo semakin
membuatku bergairah untuk mencium rambutnya.Akhirnya rambutnya kucium
mesra sambil kuresapi , kian menambah bergolak birahiku.
Adikku memejamkan matanya,entah ngantuk atau apa, namun tak ada reaksi
untuk melakukan penolakan, mungkin dianggapnya sebagai rasa sayang abang
terhadap adiknya saja. Padahal diriku merasakan hal yang lain, sesuatu
yg kotor, menginginkan adikku untuk menuntaskan birahi yg kian
menggebu-gebu. Kuusap lgi rambutnya sejenak, lalu kulingkarkan lagi
tanganku di tubuhnya yg masih menempel erat ditubuhku, kali ini tanganku
agak melingkar ke atas lagi hingga lenganku terasa menyentuh penggiran
teteknya yg menonjol,terasa di kenyal di lenganku.Penisku semakin
bekedut-kedut. Ada rasa khawatir juga dengan hal ini, takut kalau adikku
merasa tengah jadi korban nafsu kakaknya, tapi lama tak ada reaksi dari
adikku, membuatku makin ingin meningkatkan aksiku lebih jauh lagi.
Tangan kiriku yg sedari tadi diam, kini ikut membelai-belai lembut
rambutnya,dan tangan kananku kini tak mau beranjak dari segumpal daging
tumbuh di dada adikku, aku agak beringsut lebih ke atas lagi dan sedikit
kugeser tanganku makin menekan teteknya, dengan nafasku yg tak
beraturan dan jantungku berdegup kencang menahan gejolak nafsu. Titi
masih terdiam tak ada reaksi, tapi kuyakin dia belum tertidur, bahkan
kurasakan ada sedikit gerakan tangannya seakan menekan lenganku makin
merapat ke dadanya, seiring dengan pantatnya yg agak menekan kontolku yg
kian tegang dan makin kaku di pantatnya.
Aku makin blingsatan menahan gejolak birahi yg kian membara dan dengan
makin berani kukecup rambutnya. Kini kubiarkan bibirku lebih lama
menempel dikepalanya sambil kuhembuskan nafasku yang pasti kian panas
menyentuh rambut dan kulit kepalanya. Dia masih diam, seolah membiarkan
aku untuk melakukan hal yg lebih jauh lagi.
Perlahan kugerakkan tangan kananku, kini ku tekan bukit kembar yang
masih sebesar cangkir kopi itu, bukan dengan lenganku lagi tapi
kugunakan telapak tanganku untuk menekannya dengan hati-hati. Karena ku
yakin Titi adikku ini belum pernah terjamah tangan laki-laki manapun,
jadi ku khawatir bila ku tergesa-gesa akn menimbulkan rasa geli yang
akhirnya bisa merusak aksiku. Lantas kutelungkupkan telapak tanganku,
kutekem tetek kirinya yg pas dengan ukuran telapak tanganku. Ku belum
berani meremasnya, walau nafsuku hampir meledakkan kepalaku. Ku biarkan
dia menikmati dulu sensasi yg kuberikan dan agar bisa merasakan gelora
birahi yg datang perlahan, untuk menumbuhkan nafsu seksnya, sebagai
gadis yg sudah menginjak akil baligh. Ku yakin di usianya yg ke 14, dia
sudah merasakan nikmatnya orgasme, walau lewat mimpinya.
Kemudian perlahan telapak tangan kuremaskan di tetek kirinya, pelan dan
pelan, namun semekin lama remasanku makin mengeras lagi,
hingga..........
"EEhhh......sshh...."lenguhan adikku terdengar pelan sekali,tanda terhanyut oleh buaian birahi.
Mendengar itu hatiku berteriak.."YES!" Berarti usahaku tak
sia-sia,adikku terhanyut dan tak ragu lagi aku untuk mencumbu adik
kandungku ini.
Lantas remasan tanganku berpindah ke tetek kananya,sambil aku agak
mengangkat tubhku, dengan bertumpu pada sikutku. Kucium pipi kananya yg
tepat di bawah wajahku,
kuremas lagi teteknya dengan makin berani,gantian kuremas kiri kanan,
tak tahan dengan gejolak nafsuku, sambil terus kuciumi pipinya,
kumasukkan tanganku ke balik baju tidurnya yg longgar. Tanpa susah
payah, langsung jari-jariku dapat menyentuh bukitnya yg kenyal tanpa
penghalang. Kuremas gemas kedua teteknya silih berganti, terasa halus
halus dan lembut kulit payudaranya di telapak tanganku. Kupilin-pilin
dan kusentil-sntil puting mungilnya yg sudah mengeras itu.
Kini Titi tak malu lagi mendesah dan mengerang karena nikmat yg menjalarinya.
"Eehhhhmmm sshhhh......maasss...aaahhhh....ggeeellliii.....mm aassss......"
Erangannya makin membuat gairahku membara, tak sabar lagi lantas kutarik
tubuh adikku agar terlentang,kusingkap baju tidurnya yang longgar
dengan mudahnya, blaarrr... Tersembul sepasang bukit indah nan bulat,
putih bersih dihiasi lingkaran coklat muda kemerahan mengelilingi puting
mungil yg imut menawan dan telah tegak berdiri. Tetek yg masih
orisinil,bulat menentang, masih padat dan kenyal......terhampar jelas
depan mataku.Sesaat ku terpesona dan terus kutatap bukit indah milik
adikku ,yg selama ini hanya kulihat dibalik tanktopnya. kini betul-betul
bebas terbuka dihadapanku.Lantas dengan penuh nafsu, kuhisap puting
susu kiri yg sudah mengeras itu dengan lahapnya, tangan kiriku meremas
teteknya yg kanan dengan agak keras karena dorongan nafsuku yg
menggelegak.
"Aooowww....maassss eeehhmmm ssaaakkiitt...." rintih adikku disela
gelinjang tubuhnya menahan geli dan rangsangan yg membakar jiwanya. Aku
jd tersadar, kalau remasan ku terlalu keras, sementara payudaranya
masih peka menerima sentuhan tangan lelaki dengan teteknya yg baru
tumbuh itu. Remasan kukendorkan dan putingnya kupermainkan, tanganku yg
kanan kucoba mengelus -elus pahanya yg masih terbungkus celananya,
merambat naik kedaerah sensitifnya, kuelus-elus permukaan memeknya yang
terasa keras menggembung di telapak tanganku.
"Ahh...maasss....jjaaanngaannn......ituu...mmasss. ...."seraya
tangannya menarik tanganku. Namun telapak tanganku tak mau beranjak dari
permukaan memeknya yg kian lembab,tangannya yg lemah akhirnya
membiarkan tanganku tetap mengelus-elus lembut memeknya.Pantatnya
sedikit diangkat menerima elusanku di memeknya, kenikmatan menjalarinya
seiring serangan bibir dan tanganku mengelitik nafsunya.
Sudah tak tahan lagi ku menahan birahiku, lantas kubuka celana kolor dan
cd ku, dengan tangan kananku,. Titi masih memejamkan matanya menerima
ciuman dan jilatan lidahku di mulutnya,sesekali terdengar erangannya yg
tertahan oleh lumatan bibirku.
Kini rudalku telah berdiri tegak dengan bebasnya,lantas kini kaosku
kulepas dan kulemparkan ke lantai, kubuka kedua kaki Titi agak melebar
dan kualih posisi merangkak diantara kedua kakinya. Kutindih tubuh
mulusnya, sambil kutekan batang penisku kepermukaan memeknya yg masih
terbungkus celananya. Tanganku kiri kanan terus meremas gemas di kedua
teteknya, sambil kugesek-gesekan Mr. P ku dibelahan vaginanya.
"Massss....aahhhh.......masss......." rintih nya
" Yaaa...sayaangg...ooohhhh.....eenaaakkk ..Tiiii........?"
"Eeehhhmmm......geelii....eennnnaakkk...mmasssss.. .." racaunya terbata-bata.
Kugesekan terus penisku yang makin berkedut, sudah tak kuat lagi menahan
dorongan sperma dari dalam kontolku. "Ahhh...Tiii....mas mau keluar
...Sayaannggg.....?" sambil terus kupercepat gesekan penisku yang makin
terasa panas bergesekan dengan celana adikku.
"Titi juga ppenngginn ..pipiiiss...masss.....aahhhhh....."Titi
mengejang, tubuhnya seketika meliuk-liuk, bibir bawah digigitnya
menerima gejolak nikmat yg hampir mencapai puncak, Pantatnya diangkat
semakin menekan penisku yg maju mundur di atas vaginanya...selang berapa
lama tubuhnya ambruk tergeletak lemas tak berdaya..disela nafasnya yg
memburu. Dua bukit kembarnya turun nauk dengan cepatnya...seiring
tarikan nafasnya yg ngos-ngosan.Keringat buah nikmat mengucur di dahi
dan lehernya yg jenjang.
Saat itu pula pertahananku sudah tak kuat lagi ,sambil kudekap erat
tubuh Titi,dan kubenamkan mukaku di lehernya yg basah oleh peluh
kenikmatan,kutekan keras penisku ke memeknya dan.....
"Croooottt....ccrrrooottt.....ccrrooottt...."berka li -kali kusemburkan
spermaku diatas memeknya hingga membasahi celana yg dikenakan
adikku.Lendir kental bau amis..begitu banyak keluar dari penisku yang
juga membasahi perut mulus Titi,adikku. Hampir bersamaan kami mencapai
puncak terindah. Terasa nikmat namun amat melelahkan, tubuhku terasa
lemas masih menindih tubuh adikku yg juga nampak lemas dan loyo. Matanya
masih terpejam, seakan berat untuk membuka kedua kelopak matanya.
Setelah didera pergumulan birahi yg membawanya melayang ke alam yg indah.
Diluar hujan mulai reda, hanya sisakan udara malam yg kian dingin
mnembus kulit, tapi bagi kami yang habis bertempur dalam birahi,tak
merasakan dingin itu, bahkan bulir-bulir keringat pun masih belum
mengering.
Kumiringkan tidurku menghadap adikku, kubelai rambutnya yg acak-acakan
dan basah oleh keringatnya,seketika matanya terbuka menatapku sayu
,seraya tangannya menurunkan baju tidurnya yg masih tersingkap, menutupi
kedua buah dada ranumnya.
"Cape..sayang.....kok loyo gitu.....?"
"Mas Har ssiihh...nakal.."katanya sambil mendelik manja dan malu-malu.
"Tapi ...nikmat kann...ayoo.ngaku.ayo..ngaku...."ejekku sambil menjawil hidung mungilnya.
"Iiihhhhh....."katanya sambil tersenyum malu sambil memiringkan tubuhnya menghadapku dan membenamkan wajahnya di dadaku.
"Mas Har...sayang kamu Ti....sayaaangg banget...."sambil kukecup keningnya yg masih lembab oleh keringat.
"Titi sayang mas nggak ?" Dia diam saja dalam dekapanku.
"Jawab dong Ti. Sayang gak ?" tanya sekedar menguji perasaannya.
Titi hanya menganggukan kepalanya.
"Kok cuma ngangguk, artinya apa tuh ?" tanyaku menggoda"Sayangg gakk ?"
"Sayang..!" jawabnya singkat..
Aku tersenyum simpul,mendengar pengakuannya, ku maklum anak abg seumuran dia belum bisa mengukir kata puitis nan merayu.
"Syukur deh kalau Titi sayang juga sama mas Har, tapi ini rahasia
berdua, jangan sampai ada yg tahu, termasuk mama. Kalau mama sampai tahu
bisa2 kita diusirnya dari rumah..."
"Iya mas ..Titi juga malu..kita kan sodara..."
"Baguslah kalau begitu, mas jadi tenang sekarang." Kataku sambil kupererat pelukanku ditubuhnya,sambil kuelus elus punggungnya.
Gak begitu lama kehangatan tubuh Titi membakar lagi birahiku, dengan
ditandai mulai berkedutnya batang penisku yg kubiarkan bebas terbuka,dan
menempel di perut adikku.
Perlahan tapi pasti,dongkrakannya semakin terasa di perutnya, dan....
"Mas, ada yg bangun tuh.."ucap adikku sambil mendongakkan kepalanya menatapku seraya tersenyum manis..
"Iya nih, kagak tahan kayaknya kalau terus-terus deket gini. Bikin mas
nafsu teruuuss dehh. Kayaknya burung mas minta dielus-elus sama
cayangku. Nih, Elusin dong.."
"Gak mauu...."jawabnya manja,sambil tersenyum melirik ke arah penisku yg makin tegang saja.
Kuraih tangannya dan kugenggamkan ke batang kontolku, mulanya diam aja
agak malu-malu, namun setelah kusuruh terus akhirnya jari jemarinya
mulai menggenggam batangku dan meremas-remasnya.
"Aduh enak sayaang...sambil dikocok naik turun dong, biar tambah nikmat...." pintaku
"Gini ?"katanya sambil menaik-turunkan genggamannya di batang kontolku.
"Nah ...begitu Ti...tapi jangan keras-keras sayang genggamnya. Nah
gitu....uuuhhhh....nikmat banget....Tii....pinter kamu sekarang
Ti....."Titi kini semakin asyik mengocok mainan barunya, sementara
sambil merasakan nikmatnya kocokan tangan Titi di penisku, kusingkap
baju yg menghalangi dadanya, lantas kuraih dua gundukan yg ranum itu dan
kuremas dengan tangan kananku silih berganti.
Namun posisi itu tak berlangsung lama, ku bangun dari tidurku, dengan
bertumpu pd kedua lututku dengan posisi merangkak, kini kedua tanganku
meraih satu-satu buah dadanya. Tangan kiri meremas tetek kanannya dan yg
kanan kupakai memilin puting kirinya. Kusosor bibirnya yg tengah
mendesah lirih dengan bibirku, kugigit bibir bawahnya perlahan .
"Ssssshhhhhh......uuuhhhh.... " desahannya mengiringi tangannya yg terus
bermain dengan penisku,sesekali kepalanya didongakkan ke atas menerima
rasa nikmat yg menggelitik birahinya.
Aku yang makin terbakar nafsu, kubuka dua kancing baju tidurnya dan
kutarik ke atas.Titi seakan ngerti maksudku, lantas membantunya dengan
menaikkan kedua tangannya dan sedikit mengangkat kepalanya guna
mempermudah tanganku melepas bajunya. Tubuh atasnya kini terbuka bebas,
semakin terpesona aku melihat kemolekan tubuh adikku, leher yg jenjang ,
kulit putih mulus dihiasi bukit kembar yg ranum, membuat ku langsung
menyambar lagi bukit kembar itu dengan mulutku.puting kiri kuhisap yg
kanan kuremas, yang kanan kuhisap yg kiri kuremas, begitu berulang
seakan tak ada jemunya ku melakukan serangan pada kedua buah dadanya.
Sambil mendesah dan menggelinjang, titi mencari dan meraih lagi batang
penisku yg tegak menggantung dengan gagahnya, lantas seperti tadi
dikocoknya dan terkadang diremasnya dengan keras, hingga kurasakan
sakit-sakit nikmat yg kuterima di batang kontolku. Kini tangan kananku
beralih ke bawah meraba selangkangannya, yg masih tertutup celana pendek
dan cd nya. Kuusap lembut permukaan memeknya yang sesekali jari-jariku
menekan lobang kewanitaannya, diiringi dengan gelinjang tubuhnya yg
kegelian tapi nikmat.Tak puas hanya sampai disitu, kususupkan tanganku
kedalam cd nya dan mencari lobang vaginanya yg sudah lembab karena
rangsangan yg bertubi-tubi datang menyerang.
"Aaaaooooww...mass geliii..jannggaaannnn...mass..." rintih adikku
sambil menggerakan pinggulnya menghindari sodokan jari tanganku yg
bermain di belahan memeknya.
"Mass....aahhh...jangan......geeelliii.......maaaa sss....."
Rengeknya tak kuhiraukan lagi,malah telunjukku kutekan dan kusentuh
sentuh di daging kecil yg sebiji kacang pada bagian atas memeknya.
Mulutku kini beralih ke puting kirinya,tangan kiriku meremas makin keras
di susu kanannya. Kurasakan di jemari tanganku, memek Titi kini makin
licin oleh pelumas yg keluar dari lubang vaginanya. Namun aku tak
berhenti sampai di situ, kini kutarik celan kolor dan cd nya ke bawah,
menuruni kedua kakinya, Titi seakan protes, namun ku tak hiraukan lagi.
Terpampanglah kini segunuk daging belah, berhiaskan bulu-bulu halus yg
masih jarang-jarang ,dihapit oleh kedua pangkal pahanya yg mulus tak
bercela.Ooohhh, sungguh indah lembah kenikmatan adikku ini yg sekian
tahun tak pernah kulihat, semenjak tak pernah mandi bersama lagi seperti
masa kecil dulu. Bentuknya sangat membangkitkan rasa penasaran untuk
segera mencicipi nya. Sudah gak sabar lagi,terus aku merangkak diantara
kedua kakinya yg kukangkangkan, mulutku kini beralih ke
kemaluannya,mengubek-ngubek memeknya yg makin licin,dan
menyentuh-nyentuh klitorisnya, yg merah jambu berkedut kedut tiap kali
kusentuh dengan ujung lidahku.
"Maaassssss....eehhhmmm....ooohhhhh.......mmmaasss
......ggeeellliii.....oohhhh....." erangannya makin membuat ku terhanyut
oleh bahtera nafsunya yg disertai dengan gelinjang tubuhnya yg tak
terhalang sehelai benang pun, kekiri dan ke kanan, kadang membuat
lidahku terlepas dari klitorisnya dan kedua tanganku tak henti-hentinya
menyerang sekwilda(sekitar wilayah dada) yg makin memerah karena
remasanku yg tak henti-hentinya. Terkadang juga hidungku tak dapat
bernafas, saat pinggulnya diangkat ke atas menekan mukaku yg tenggelam
di dalam jepitan kedua pahanya, saat kuhisap dan kusedot dengan keras
biji kacangnya. Aroma khas kewanitaannya, makin membuatku tak tahan lagi
untuk segera menuntaskan hasratku yg menggelegak. Kubergerak naik lagi,
bibirku mencari landasan pada sepasang bibirnya yg merah merekah,
setengah terbuka keluarkan desahan desahan nikmat, sementara kedua
matanya nyaris tak pernah terbuka meresapi buaian angin surgawi yg
tengah menyejukan jiwa pubernya. Kulumat lagi bibirnya, kuremas lagi
kedua toketnya, saat terlena oleh cumbuanku, penisku kuarahkan ke lobang
memeknya yg sedikit menganga karena posisinya yg mengangkang, terhalang
kedua kakiku.Kutekan perlahan kepala kontolku ke lubang memeknya dengan
perlahan, dan...
"Slleeeepp...." Kepala penisku masuk ke dalam lobang memeknya....walau
hanya kepalanya saja, namun sudah menimbulkan sejuta nikmat dari
sentuhan dua kelamin berlainan jenis itu.
Titi agak tersentak saat ada benda keras menerobos tanpa permisi,
memasuki kelaminnya, dan hendak beringsut menghindari tusukan senjata
tumpulku, namun segera kuraih kedua pundaknya, untuk menahan
pergerakannya tubuhnya yg tiba-tiba. Sambil terus kutekan kepala penisku
makin ke dalam lagi yang dibantu dengan pelicin yg berkali-kali keluar
dari dalam vaginanya. Kepala penisku kini makin ke dalam lagi, namun
perjalanannya terhambat oleh dinding penyekat keperawanannya.
"Aaaaahhhhh....mmaasssss....sakkiiiitttt......mass ss....." erang
adikku seraya tangannya mendorong tubuhku ke atas. Namun aku yg tengah
dibuai dengan nyanyian2 setan, tak menghiraukan lagi rintihannya.
Kutekan lagi lebih ke dalam, masih terasa mentok pada penghalang yg agak sulit ditembus.
"Maasss....ssakiittt massss...pellann.pelaannn...mass....." Lagi-lagi
rintihannya keluar dari bibir adikku, malah kini disertai dengan
linangan air mata yg perlahan meleleh menuruni pipinya. Aku jadi iba
melihat adikku meneteskan air matanya,dan mengendurkan seranganku yg
terlalu dikuasai nafsu.
"Maafkan mas..ya..sayaang....habis mas gak tahan .....sekarang
....pelan-pelan ya...biar gak sakit...." Kataku menenangkan hatinya....
Titi diam saja ,wajahnya dimiringkan ke kiri,matanya terpejam namun masih meneteskan butiran air mata.
Kupacu lagi nafsunya sebelum mereda,dengan sentuhan lembut bibirku di
sepasang bibirnya yg terkatup, lantas berpindah pada kelopak matanya yg
masih rapat kiri dan kanan, terus ke keningnya,merambat ke pelipis
kirinya, kupingnya dan kuhembuskan nafasku di kuping kirinya, tubuhnya
yg barusan terbujur kaku kini menggelinjang terhanyut oleh rangsangan yg
kuberikan dengan perlahan, kuping kanan dan pelipis kanannya kusentuh
lembut dengan tangan kiriku, sedangkan penisku yang masih tertancap
setengahnya mulai mendorong lagi dengan perlahan dan hati-hati. K
utarik keatas dan kutekan lagi ke bawah..seirama dengan gelinjang nikmat adikku tercinta. Desahan nikmatnya kini terdengar lagi,
"aahhhhhh..........mmmmmmmm.....ssshhhhhhhhhh..... ......."
Memeknya terasa makin licin oleh lendirnya yg bercampur dengan lendir
beningku, makin mempermudah ayunan kontolku. Sambil terus kuremas kedua
payudaranya dan kususuri lehernya dengan lidahku, kini kutambah lagi
tekanan penisku lebih keras lagi dengan mengeden agar ereksi kontolku
lebih maksimal lagi.
"Aaaa....uuuuuuhhhh.....ssssssshhhhh........mmaaas sssshhhhhh........"
terdengar lagi jerit tertahan dari bibir adikku yg tengah dijebol
dinding kehormatannya oleh tusukan senjata pamungkasku.
Kutarik lagi penisku untuk mengurangi rasa sakitnya. Kini ku tak mau
tergesa-gesa, kupilin putingnya yg kiri dan yg kanan kuhisap dan
kugigit-gigit perlahan sambil kukocok lagi penis ini dengan lembut.
Setelah nampak tenang, kutekan agak ke dalam lagi, mengerang lagi,
kutekan lebih kuat lagi, merintih lagi
"Tahan sebentar ya sayaang,,,, sakitnya sebentar kok.....ya...nanti juga .pasti nggak sakit.... tahan ya,......"
kataku sambil terus menambah kekuatan sodokan batangku yg sudah
maksimal.Memang ukuran penisku agak lumayan besar sih, ditambah kemaluan
Titi masih asli perawan jadi agak kesulitan adikku menerima sodokan
batang kejantananku.
Kutekan lagi kepala kontolku untuk segera menguak pintu keperawanan adikku yg sulit untuk ditembus.
Dia mengerang lagi dengan kedua alis tampak mengerut dan bibir bawah digitnya pertanda menahan sakit.
"Badannya agak lemesin Ti...biar gak terlalu menjepit ....lemesin ya
..sayaangg.....tahan ya " kataku mengingatkan agar lebih rileks lagi
dan kutekan lagi kontolku.
Kini makin terasa lebih kedalam lagi. Titi masih terpejam menahan sakit,
namun pantatnya mengangkat saat kutekan penisku kedalam memeknya.
Kutekan lebih keras lagi, dia angkat lagi pantatnya menerima sodokanku
di liangnya sambil meringis menahan sakit. Terasa kontolku lebih masuk
lagi. Ku ngeden lebih kuat lagi dan mendorong pantatku sekuat mungkin
dan Titi ikut menekan lagi dengan mengangkat pantatnya lagi dann
....ppppprrrreeeeetttttt........terasa ada yg terkoyak kurasakan ..yg
membuat kepala penisku terasa sakit dan ngilu, serta perih pada lubang
kemihku diiringi dengan jerit adikku menahan sakit.
"Aaaaaaoooowww........................maaassss.... ........uuuuhhhh............ssssaaaaaa....kkkiiiii iiiiiiiittttt...."
Masih kutekan penisku dengan sisa tenagaku dan....
"Bbbbbbeellllllllleeeeeesssss........" akhirnya kepala penisku seperti
merasakan ruangan kosong , tanpa ada lagi yg menghalangi perjalanannya
diiringi dengan edenan adikku seraya kakinya langsung melingkar kuat di
pinggangku dengan mata mendelik dan kepala yg tengadah mengantarkan
kepergian sang "PERAWAN" dari dalam dirinya.
Kuhentikan sejenak kocokan penisku di memeknya , untuk mengatur nafas yg
terengah-engah, laksana berlari menaiki bukit terjal yg teramat
melelahkan, namun membawa nikmat. Sejenak kurasakan cairan hangat
merendam kepala dan batang kontolku. Setelah mengatur nafas, kulanjutkan
kocokan penisku yg mulai agak mudah keluar masuknya, walau masih seret
dan sempit. Liang memeknya laksana memilin-milin penisku, ternyata memek
itu begitu nikmat dan menghanyutkan,seperti halnya adikku, akupun baru
kali ini merasakan seks yg sesungguhnya karena dengan mira pacarku, aku
hanya melakukannya sebatas anal dan oral seks saja, sedangkan dengan
adik kandungku, justru perbuatanku lebih bejat lagi, mungkin karena aku
terlalu mencintainya dan terobsesi untuk memiliki seutuhnya, walau hal
ini sangatlah terlarang untuk kulakukan.
Dalam rengkuhanku, Titi .adikku tengah mendesah saat merasakan liang
vaginanya mulai digesek-gesek oleh senjataku lagi, tangannya kini tak
ragu lagi membelai lembut punggungku, terkadang menekan-nekan pantatku
seirama dengan pinggulnya yg naik turun mulai teratur mengimbangi
hentakanku.
"Masih sakit nggak sayang...."tanyaku sambil mulutku menyusuri lehernya
yg basah oleh keringat, sesekali kujilati yg terasa agak asin terus
kugigit pelan dagunya yg lancip sambil tetap kusodok-sodokan penisku di
memeknya.
"Ehhhmmm....nggak begitu sakit lagi mass...malah tambahhh....eehhmmmm....."
"Tambah enek kan Ti...?"
"Heee....eehh.....mmaasss
......aahhhh....ssssshhhh.......koookk....eennaakk
k...yyaa..mmass....tapi masih perih dikiitt.."Jawabnya sambil merem
melek kenikmatan.
"Goyangan pantatnya kini makin liar.....tangannya yg kiri melingkar di
leherku sambil menekannya saat mulutku mulai menggerayangi dadanya. Dan
tangan yg kanan menggapai selangkanganku dan meremas lembut buah zakarku
yg tergantung bergoyang goyang seiring keluar masuk penisku di lubang
sempit Titi.
Tampaknya Titi juga mulai merasakan lebih nikmat lagi saat penisku mulai
lancar keluar masuk mengobok-obok dalam bagian dalam memeknya,setelah
selaput penghalangnya terkoyak, ditambah dengan lendir yg senantiasa
terus melumasi lubang nya...ditambah lagi klitorisnya yg tersentuh bulu
bulu kemaluanku seakan menggelitiknya makin menghantarkannya ke alam
nirwana.
Aku yang merasakan dorongan spermaku makin mendekati pintu keluarnya,
segera kuhentikan sejenak sodokan penisku di lubang memeknya, namun
adikku yg tengah merasakan hampir mencapai puncaknya, terus
menggoyangkan pinggulnya memelintir batang penisku, terlihat dari
nafasnya yg makin memburu dan kedua tangannya menekan keras kepalaku dan
membenamkan mulutku dalam mulutnya. Melihat gelagat seperti itu, akupun
mulai mengocok lagi dengan lebih cepat agar dapat mencapai puncak
bersamaan dan merasakan sensasi muncrat bersama , menumpahkan spermaku
ke dalam rahimnya. Suara keciprak beradunya dua kemaluan yg memanas dan
beradunya selangkanganku di selangkangannya, bak alat musik yg
mengiringi lantunanan merdu, nyanyian2 setan pengiring birahi kami yg
mengalir deras.
Tak lama kemudian, adikku mengejang dengan mendekapku sejadi-jadinya,
dan memeknya terasa sangat menjepit dan menyedot kepala penisku, membuat
air maniku tertarik keluar dari kantongnya, dan.....
"Eeehhhhh...mmaasssss.....Ttiiitiiiii
sudaahhhhhh..........gak.....tttaaahhhaaaannn.....
..eehhhhmmmmm.......Suuurrr....jrreeettt...jrreeet
ttt.....jjrreeettt....
beradu dengan spermaku yg tak terbendung lagi.........
"Bareeennnggg Tttiiii.......mmass jugaaa ......ooohhhhh.......
Creeett...ccrreeeeeetttt......crot..crot...crot... ."begitu banyak
maniku keluar dari penisku hingga berkali kali hingga membanjiri liang
kemaluan adiku yg memerah.
Titi masih mendekap erat tubuhku dengan mata terpejam ,merasakan sisa
desir-desir kenikmatan yg baru saja membawanya melayang tinggi mencapai
awan yg penuh dengan keindahan.Nafasnya memburu seperti habis berlari,
begitu juga aku tak kuasa untuk menggerakkan tubuhku lagi barang sesaat
tubuhku masih tergolek di atas tubuh adikku, dengan senjata yg masih
menghujam di selangkangan adikku, berkedut-kedut makin melemah dan mulai
menyusut. Setelah melakukan serangan gencar menjebol benteng pertahanan
sang perawan.
Setelah agak teratur lagi nafasku, kucabut penisku dari liang
memeknya,ada rasa ngilu di kepala penisku saat terjadi gesekan dengan
bibir vaginanya. Setelah terlepas dari kuluman memeknya, tampak
mengalir cairan kental bercampur darah segar, darah keprawanan Titi,
adik kandungku yg sangat kucintai walau tak seharusnya. Namun cinta dan
nafsuku tak mempedulikan norma dan etika lagi, hingga saat ini semuanya
terjadi. Aroma amis perzinahan menghiasi kamarku, seirama desahan
-desahan kenikmatan dari hubungan incest kakak beradik yg saling
mencintai.
Titi masih terlentang dengan tubuh telanjang,rasa lelah sudah tak
menghiraukan lagi dengan keadaan tubuhnya. Nafasnya berangsur teratur
lagi, kelopak matanya mengatup seakan tak kuasa untuk membukanya atau
mungkin tengah mengingat kembali kronologi persetubuhannya yg baru saj
berlalu. Lama kami termenung dalam diam, hanya nafas-nafas kami yg
terdengar mengusik malam yg kian sunyi.
Ku miringkan tubuhku menghadap adikku yg masih terlentang dalam diam,
kupeluk tubuhnya dan kutumpangkan paha kananku menutupi goa mungilnya yg
baru ditumbuhi rambut-rambut halus ruwun-ruwun.
Kukecup mesra keningnya, kutangkupkan telapak tanganku di susu kirinya,
dia masih terdiam. Dadanya turun naik dengan teratur, lama-kelamaan
kulihat ada linangan air mata yg perlahan menuruni pelipisnya.
"Tii...kamu kok nangis sayaang ? masih terasa sakit ?" tanyaku penasaran
Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tangan kirinya menggenggam tanganku yg tengah mencengkram buah dadanya.
"Lantas kenapa ? nyesel ya ? maafin mas Har ya kalau Titi punya
perasaan menyesal. Mas memang tak seharusnya melakukan ini padamu, tapi
sungguh Ti, mas Har sayang banget ama kamu."
"Bukan itu..mas..Titi gak nyesel kok mas...tapi...." ucapnya tak
berlanjut, seperti ragu2 untuk mengungkapkan isi hatinya.Aku bertanya
lagi penasaran.
"Tapi kenapa sayangg ? mas jadi penasaran nih, ada apa sih ?"
"Mas Har bener2 sayang ama Titi...kan..?"
"Mas Har kan udah bilang sama kamu sayaang, mas bener-bener sayang Titi."
"Gak akan ninggalin Titi,....kan ?"
" Titi gak percaya sama mas ?" ku balik bertanya.
"Tapi...mas Har sudah punya mbak Mira, Paling besok saat bareng mbak Mira mas Har sudah gak inget Titi lagi...ya kan ?"
" Mira itu gak ada apa-apanya di banding kamu ,Ti, adikku sayaangg.
Gini aja deh, demi cinta dan sayang mas sama kamu, mas rela melepaskan
Mira.....asal Titi juga sayang dan tak menduakan mas, kita saling
mencintai walau sulit untuk bersatu dalam sebuah pernikahan tapi paling
tidak kita bisa tetap saling menyayangi dan saling memiliki. Gimana ?
bersedia nggak, sayang ?"seraya kukecup lembut bibirnya.
"Bener mas mau mutusin mbak Mira...? Emang ...mas gak sayang sama dia...?"
"Beneerrr....masih gak percaya ?"
Dia tersenyum memandangku lantas memeluk tubuhku dan mencium
bibirku...tubuh bugil kami makin menyatu dalam satu ikatan cinta
terlarang.
"Titi juga sayang banget sama mas Har dan tak akan pacaran dengan cowok
lain lagi."katanya terus tangannya melingkar erat di tubuhku.
"Janji.....?" tanyaku.
"Janji..!" jawabnya tegas.
Entah mengapa, saat ini hatiku teramat bahagia. Ternyata adikku yg masih
abg, masih di bawah umur telah mengerti perasaanku dan hayalku selama
ini jadd kenyataan. Tanpa ada paksaan dan tanpa rasa penyesalan dari
dirinya. Libidoku yg sering datang menggoda rasa kini telah menemukan
pelampiasannya yang justru dengan gadis abg yang sangat kusayangi sejak
dulu, bedanya kini rasa sayang yg tumbuh diantara kami bukan hanya
sebagai saudara sekandung, tapi juga sayang sebagai seorang kekasih,
kasih yg tersembunyi
Warna-warni bunga cinta, harum semerbak memenuhi kamar tempat kami
memadu kasih. Tubuh kami yg masih erat saling mendekap perlahan
membangkitkan gairah dalam jiwa kami hingga terulang lagi persetubuhan
terlarang diantara kami sepanjang malam.
Sampai saat ini, Titi telah menginjakkan kakinya di bangku SMU kelas X,
masih pegang komitmen. Tak pernah memiliki pacar walaupun banyak teman
prianya yg naksir sama dia, begitu juga aku masih setia mendampinginya
tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk ibuku sendiri.
Untuk mencegah terbongkarnya rahasia ini, Titi telah kusarankan utk
menggunakan kontrasepsi yg mudah didapatkan agar perjalanan cinta
terlarang ini, tetap berjalan sempurna. Kadang timbul perasaan berdosa
atas apa yg kuperbuat selama ini dan sering bertanya dalam hatiku
"Sampai kapan perbuatan nista ini akan terjadi?"
Aku tak pernah temukan jawabannya.
Jawabnya ya menikah mas, kasiham keperawanan adik kandung kau renggut hancur sdh masa depannya, hanya menuruti nafsu setan. Kalau belum siap menikah pergi sj cari kegiatan di luar rumah agar birahi mr. P nya itu terlupakan
ReplyDelete