Saturday, August 2, 2014
Cerita Dewasa - Dinda sang pramugari
Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi
menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak
jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang
menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah
kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka
untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun
lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu
kamar dikost-kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan, air mata
Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh
tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam
kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan takut datang
menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya
diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya
setibanya dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat
kebelakang dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan
setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya.
Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya
akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya
sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan
tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani
adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru
menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi
dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini
sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang
pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan
penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu
sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun
karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus
maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua
lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari
orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini
dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda.
Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul adalah satu
dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan
tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena
kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja
atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu
yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia
setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering
menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan
seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun
cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada
Dinda yang tengah tergolek dikasurnya. “Aku dapatkan kau sekarang….!”,
lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang
lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan
bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam
lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4.
Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan
impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali
perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya
untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa
kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda sang
bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh
Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan
didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian
terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun
gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh
subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan
pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat
setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini
Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi
pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini
mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah
tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang
putih bersih itu. “Lihat aku, cewek *******…..!”, hardiknya seraya
memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”,
jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda
pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan
Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar
tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun
langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat
rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal
terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan
ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan
sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul. Kini dihadapan
Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya
telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun
karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang
atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi
dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda,
disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang batang
kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda.
Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul
secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi
persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu
dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh
yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena
merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak
bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus
mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar
dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang
kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik
!….sekarang sudah kenal kan dengan ****** gue ini, seberapa mahal sih
wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama ****** gue ini….”,
sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda
hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang
tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya
masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu
berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok
pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Paul,
apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu
terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu
topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin mengucapkan sesuatu kepadanya,
tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas
kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi
tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung
sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Paul itu
kini mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda
yang sekal. Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu
yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal
sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan
memijit-mijit pantat Dinda. Dinda hanya diam pasrah, sementara
tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika
tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda mulai dari
betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk kedalam
roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya dibagian
itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup
masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja
hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit
meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang
kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya mengejang
tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan
Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika
Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan
tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara
itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya
mengeluarkan rintihan-rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal
mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit
lamanya, kemaluan Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul
kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu
melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu
ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini telanjang. Terlihat oleh Paul,
kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh
mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu. Dengan
bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang setelah itu
ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada. Wajah Dinda
semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah
oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap
melakukan penetrasi ketubuh Dinda. “Hmmmmpphhh………. hhhhhmmmmppp…. ..”,
Dinda menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai
menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya
terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat
sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya.
Memang agak sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun masih tergolong
muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat
tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam
vagina Dinda. Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena dia
menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu.
Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh
Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan
perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara
guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara
rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak
tadi menyumpal mulut Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt… banngg….amp
uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak
perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang
kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….oo ohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih,
disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin
menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang
menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan begitu
otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang
kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin
nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga
Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan
karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya
seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai
setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat,
sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan
lemah, “Ahhh…..ahhhh… oouuhhhh…”. Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di
lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar
biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan
Paul melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala
menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya
berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam
seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan
Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda
menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar
bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan
hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang
bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai meluber
keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua,
mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah
puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu
jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak terguncang-guncang
sebagai akibat dari isak tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh
Paul. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam
dilobang kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh
Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang
terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit-
demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala sudah
benar-benar menegang, tangan kanan Paul sekonyong-konyong meraih kepala
Dinda. Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu,
terkejut dengan tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan
Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya.
Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki mulutnya dengan batang
kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil
menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah,
karena mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh
cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali memopakan batang kemaluannya
didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya, matanya
melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Paul dengan
santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali
juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata
Paul merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir
kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang
kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Dinndaaaa… sayanggg… ..”, Paul
mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang
kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau
sperma yang dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup
memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah
memuntahkan spermanya Paul mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda,
dan Dindapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha
untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul
tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah
acak-acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang
kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi
apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan
tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih
terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan
kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil
terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah
menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri
mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat
tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak
wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun
dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju
muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto bersama keluarganya saat
lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu
tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya
nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang
berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan
tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya,
“Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul
bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah
gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan
gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang
hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh
Paul sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul
mengagumi keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya
ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau
nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda.
Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar
menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara
itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk
kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang
kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya
memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya
kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn
bangg…udah dong….Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas
memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu
semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang
Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh
itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh
lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur,
Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda.
Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan….
“Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan
terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya
didalam lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan
didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Paul berhasil
menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu
tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara
Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda,
waktu yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata merem-melek serta tubuh
tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya
diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan
mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang
kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu
hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada
diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam
vagina Dinda. “Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul menanamkan
batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul memompakan kemaluannya
didalam liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis
Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun
terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak
meninggalkan kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus
antar kota, sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan
perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari
cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah,
yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu
bukan urusannya lagi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment