"Mega?", aku kaget melihat Mega berada di tempat usaha kami. Dua minggu
aku berada di Bali agar Mega bisa menjauh dariku, namun ternyata hari
ini, aku pulang dan bertemu dia di sini. Mega melihatku dengan wajah
yang sedikit kesal, lalu 'PLAK!', aku ditamparnya keras di pipi sebelah
kananku, kemudian ia pergi begitu saja.
"Gimana man liburannya?", tanya Tono yang selagi jaga tempat usaha.
"Biasa saja...", jawabku. "Lu ga bilang ke Mega kalau gue pergi
merantau?!", tanyaku ke Tono. Aku agak kesal, karena sebelumnya memang
telah menyusun rencana agar Mega tidak mencariku lagi. "Hahaha, dia
cinta mati sama lu man...", Tono tertawa terbahak-bahak. Aku bingung,
kini apa yang harus aku perbuat? Apa aku harus menerima Mega? "Sudah,
nanti gue ceritain, lu mandi saja dulu, pasti capekkan pulang dari
Bali...".
Aku pun membawa koperku naik ke lantai tiga, kembali ke kamarku untuk
mandi dan beristirahat sejenak. Saat naik, lantai dua yang merupakan
tempat pelayanan pijat-pijat, ternyata semua kamar tertutup, pasti hari
ini ramai pelanggan, pantasan saja di bawah aku hanya ketemu Tono
sendirian.
Lantai tiga cuma ada tante Yully sendiri, aku memintanya membuatkan
makanan, sambil menunggu aku pun mandi agar badanku segar. Hari sudah
mulai malam, aku mulai mengantuk, setelah mandi aku pun segera mengisi
perutku, kemudian istirahat di kamarku. Karena lelahnya aku melewati
perjalanan, aku pun terlelap sejenak hingga suara keras membangunkanku.
Sepertinya teman-teman lagi berpesta di luar sana. Suara lagu disco
sangat keras dan membuat aku tidak bisa tidur.
Terpaksa aku bangun dari tidurku, ku pandangi jam dinding, ternyata
pukul dua subuh. Ku buka pintu dan coba melihat ruangan kumpul kami.
Pemandangan yang sudah tidak asing, teman-teman sedang berpesta seks.
Namun kali ini sedikit beda, sepertinya ada tambahan anggota.
Gadis itu membelakangi, sehingga aku tidak dapat melihatnya dengan
jelas. Aku pun mendekatinya, gadis itu sedang menyepong penis Tono.
"Mega?...", betapa kagetnya aku melihat Mega sedang bergabung dalam
pesta ini. Tono lalu tersenyum, Mega tidak memperdulikanku, ia terus
menyibuki dirinya dengan melumat penis Tono. Kulihat sekitar, Andi
sedang menyedoti susu Fenny, sedangkan yang lainnya, Ayu, Widya, Lisa,
dan Iskandar sedang asyik bernyanyi sambil berjoget telanjang. Kali ini
tidak ramai, entah sibuk apa teman-teman lainnya. Kalau bos Herman sih
wajar, sejak menikah, ia sudah jarang main-main ke sini.
Yang tidak habis aku pikir adalah bagaimana Mega bisa berada dalam pesta
ini. Aku terdiam sejenak, hingga tiba-tiba Ayu menarik tanganku agar
berkumpul untuk bernyanyi bersama. Tubuh mereka yang bugil sedikit
membuat penisku mengeras, aku pun ikut dalam barisan mereka untuk
berjoget. Sambil menari menikmati lagu 'Move Like A Jagger', Ayu menarik
kaos ke atas, seolah ingin aku ikut berjoget telanjang juga. Aku
membiarkannya menelanjangiku, tubuh atas ku sudah telanjang ketika Ayu
berhasil menarik lepas kaos ku. Lalu sambil menari di depanku, ia
mencoba membuka kancing dan resleting celanaku. Celanaku pun kemudian
berhasil diplorotkannya, hingga hanya tersisa celana dalamku. Tak lama
kemudian pun, Ayu juga memplorotkan celana dalamku.
Masih sambil berjoget, kami terus berpelukan tanpa mengenakan pakaian.
Tubuh Ayu tercium sangat harum, sedangkan Iskandar sedang asyik penisnya
dikulum bergantian oleh dua gadis, Widya dan Lisa. Sesekali aku pun
meremas susu Ayu yang menggemaskan. Gaya berjogetnya yang sedikit genit,
membuat penisku mengeras. Kulihat arah Mega, ternyata dia sudah ber-WOT
dengan Tono. Tono yang duduk di sofa dipangkui oleh Mega. Mega terus
bergoyang dengan tubuh membelakangi Tono, nampak jelas dari sini Mega
yang sedang berpangku di paha Tono sedang terangsang berat. Goyangannya
indah membuat susunya bergetaran.
Sedikit iri aku melihat adegan itu, yang mana akulah yang lebih dahulu
mengenal Mega. Sedang tidak fokus karena memikirkan Mega, tiba-tiba ku
rasa penisku dipegang, kulihat ke bawah, ternyata Ayu sudah berjongkok
untuk mengocok penisku. Penisku yang sudah tegang kubiarkan Ayu
mengocoknya. Malah aku tak sabar untuk dikulum Ayu, segera aku jambak
rambut Ayu dan kutarik hingga wajahnya mengenai penisku. Ayu mengerti,
ia pun langsung membuka mulutnya untuk melumat penisku.
Posisi Andi juga sama seperti Tono, seakan tidak mau kalah, Fenny pun
ber-WOT dengan irama yang cukup cepat. Susunya yang putih bergoyang
lencang, gadis oriental ini memang seperti primadona di sini. Hanya
Iskandar saja yang sama sepertiku, hanya saja dia dilayani dua gadis
sekaligus.
Sedotan Ayu yang sudah cukup profesional memanglah sangat mengasyikkan,
Memaju-mundurkan mulutnya dipenisku sambil sesekali ia meremas buah
jakarku, membuat aku sangat menikmati sensasi sepongan yang cukup lain.
Sudah entah berapa lagu yang terlewati, hingga kuluman Ayu sudah cukup
membosankan ku, ingin sekali aku menikmati vaginanya, walaupun sudah
sering dan cukup bosan, namun nafsu birahiku tidak dapat berbohong bahwa
aku sangat membutuhkan seks. Lalu aku mendorong wajah Ayu agar menjauh
dari penisku. Ku cari kondok yang selalu aku stok dan ku pakaikan, aku
memang sangat takut kalau sampai mehamili seorag gadis di sini.
Ku tarik tubuh Ayu untuk berkumpul di sofa, segera ku ambil posisi agar
Ayu mudah berpangku di pahaku. Pelan-pelan Ayu naik ke pahaku, lalu
memegang penisku agar mudah diarahkan ke penisku saat ia akan duduk di
pangkuanku. "Ah...", desahan Ayu ketika penisku melesap ke vaginanya.
Kini ada tiga pasangan yang berlomba dengan gaya WOT. Ku lihat ke arah
Fenny dan Mega, dua gadis ini sangat menarik nafsuku, aku malah tidak
membayangkan Ayu yang WOT tetapi Fenny dan Mega. Yang membuat aku
tertarik dengan keduanya adalah, Mega adalah gadis paling muda di sini,
'barang' yang baru, sehingga nampak lebih 'fresh', sedangkan Fenny
adalah tipeku, gadis oriental, aku memang sangat suka dengan gadis
berkulit putih, nampak lebih bersih.
Ingin segera ku akhiri percintaan dengan Ayu, agar bisa antri merasakan
lagi seks dengan Mega dan Fenny. Namun Ayu terus bergoyang mengocok
penisku dengan penuh semangat. Dari belakang aku meremas-remas susunya,
rambutnya harum mengenaiku, sehingga sensasiku adalah berimajinasi
dengan menutup mataku dan membayangkan Fenny lah yany sedang berpangku
denganku. Desahan kenikmatan kudengar dari mulut Ayu, "Ah... ah...
ah...". Pesta seks seperti ini sering kami adakan hampir setiap malam,
namun kali ini sedikit berbeda, selain personil yang tidak lengkap,
namun kami dihibur pendatang baru, yaitu Mega. Aku sengaja menghemat
tenagaku, membiarkan Ayu yang lebih agresif, agar nanti aku masih bisa
mempunyai sedikit tenaga untuk bercinta dengan Mega dan Fenny.
Kulihat ke samping, Mega sudah berganti posisi, tidak membelakangi Tono
lagi, ia ber-WOT dengan berhadapan, sehingga Tono bisa sambil meremas
dan menyedoti susunya. Aku semakin terangsang melihat susu segar Mega
yang terus disedoti Tono, nampak sangat segar. Semoga saja Tono segera
mengakhiri permainannya sehingga aku bisa bergantian. Sedangkan posisi
Fenny masih sama, ia masih terus bersemangat mengoyangkan pinggulnya
mengocok penis Andi. Yang berbeda adalah Iskandar, ia sudah mendoggie
Lisa, dengan bibir yang terus bergulat dengan bibir Widya yang juga
berjongkok di sebelahnya.
Penisku hangat di dalam vagina Ayu, karena takut berejakulasi di dalam,
aku meminta Ayu menghentikan WOTnya, aku memintanya untuk mengeluarkan
di luar. Walaupun menggunakan kondom, aku masih sedikit berpikir kritis,
takut kemungkinan kecil adanya kebocoran pada kondom. Aku sangat takut
kalau harus bertanggungjawab atas wanita yang tidak benar, memang cukup
egois, itu pula alasan aku meninggalkan Mega. Kemudian Ayu pun berdiri,
dan penisku lepas dari cengkraman vaginanya, ia lalu berjongkok di
depanku, aku membuka lebar pahaku agar Ayu lebih mudah untuk blowjob.
Lalu Ayu menarik kondom yang terpasang di penisku, agar aku lebih
'merasakan' nikmatnya sepongannya.
Penisku dikocoknya, dengan tangan lalu beralih dengab mulutnya, dengan
berirama sambil memainkan buah jakarku membuat aku tidak tahan dan
merasa akan segera berejakulasi. Kuluman yang semakin cepat membuatku
tidak tahan dan akhirnya menyemprotkan spermaku di kerongkongan Ayu,
kutahan kepalanya agar penisku tetap menahan lebih dalam di sana. Ayu
terlihat tersedak dengan semprotan spermaku, cukup menarik bila penisku
berejakulasi di dalam, baik di vagina mau pun di mulut.
Aku beristirahat sejenak, sambil menunggu Tono atau Andi yang bosan,
sambil mengumpulkan tenaga aku hanya duduk saja. Ayu yang nafsu seksnya
tinggi nampak tidak puas, ia mengocok vaginanya sendiri dengan jarinya,
cewek hyperseks seperti ini sangat memuakkanku. Lalu Widya yang tadinya
hanya berciuman dengan Iskandar lalu menghampiri Ayu, ia membantunya
memainkan vaginanya, nampak adegan lesbian yang ada seperti di
film-film, bahkan mereka saling bergantian memainkan vagina mereka.
"Argh!...", teriak Mega, sontak membuatku kaget lalu memandang ke
arahnya, ternyata Tono menggigit puting susu Mega cukup kuat.
"Sorry...", kata Tono melanjutkan kulumannya. Kulihat posisi Fenny
sekarang sudah berubah, ia ditindih oleh Andi, dengan bringas Andi
memompanya dengan cepat. "Ah ah ah...", desahan Fenny diikuti getaran
tubuh akibat pompaan Andi.
Posisi Iskandar dan Lisa juga sama, Iskandar menindih Lisa walaupun
harus berada di lantai, namun semangatnya tetap berkobar, sambil melumat
bibir Lisa, Iskandar pun memompakan penisnya di dalam vagina Lisa.
Mereka juga menggunakan kondom, karena demi keamanan, kami juga menjaga
citra gadis di sini, mereka akan sedikit kehilangan langganan jika telah
melahirkan anak. Bagi kami, lebih baik para gadis ini menggunakan
kondom ketika berhubungan seks, karena cukup merepotkan bila harus
mengalami hal-hal tidak diinginkan, anggap saja bila harus mengaborsi
bayi dalam kandungan mereka.
Hampir sejam berlalu, Tono masih terlihat kuat menggenjot Mega,
kemungkinan ia mengkonsumsi obat kuat, karena selama ini kami tahu bahwa
Tono memang seorang hyperseks. Sedangkan Andi dan Iskandar sudah
beristirahat, begitu pula para gadis, mereka hanya merokok dan menikmati
bir yang ada. Aku melihat Fenny yang sedang lowong pun segera
menghampirinya. Fenny terlihat sedikit capek, rambutnya sedikit
acak-acakan, namun aku tidak mau tahu, kutarik tangannya agar ia berdiri
dan menjauhi gerombolan orang yang sedang nge-bir itu.
"Layani aku dong Fen...", pintaku, lalu sesegera mungkin aku pun
mengambil kondom baru untuk dipakai. Aku tahu Fenny sedikit capek, jadi
aku rebahkan ia di sofa, ia terduduk menyandar, aku berdiri di depannya
lalu membuka lebar selangkangannya. Ku arahkan 'rudal' ku ke target
sasaranku. 'Bleps', suara yang terdengar ketika penisku menancap hingga
ke dalam, full, di vaginanya yang sedikit basah. Fenny lalu memeramkan
matanya dan berdesah, "Ah...", ia tampak capek. Wajahnya yang cantik
membuat aku sangat terangsang, sambil menggenjotnya aku pun melumat
bibir indahnya. Kalau saja nasibnya bagus, mungkin Fenny sudah menjadi
seorang artis, wajah dan tubuhnya sangat mendukung sekali, bahkan lebih
cantik dari seorang Sandra Dewi sekali pun. Tubuhnya harum, kuciumi
pipinya yang putih namun sedikit merah merona, lalu kuciumi lehernya
yang sedikit jangkung, "Harum...", hingga sampai ke susu nya yang bukat
montok. Putingnya yang masih sedikit kecil dan merah muda itu kulumat
habis-habisan.
Masih terus menggenjotnya, terasa air berceceran, karena gadis oriental
memang memiliki sedikit ciri khas, yaitu 'becek'. "Ah... Capek....",
desahan Fenny yang sama sekali tidak kugubris. Terus ku genjot tanpa
ampun, sambil melihat ke arah Mega yang masih digenjot oleh Tono. Aku
sedikit tamak, rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan ini lalu
berpindah ke Mega.
Beberapa menit menggenjot Fenny, akhirnya ku lihat Tono bangkit, ia
sepertinya sudah menyelesaikan permainannya. Kulihat Fenny pun sudah
capek, ia tertidur dalam genjotanku, aku pun menarik keluar penisku lalu
beralih mendekati Mega. "Tamak banget kau Man...", kata Tono sambil
melepaskan kondomnya. "Hehehe, meluapkan rasa rindu...", jawabku. Lalu
Tono pun berkumpul untuk nge-bir sambil mengumpulkan tenaga kembali.
Mega nampak juga sudah tidak sadarkan diri, ia pasti juga kecapekan.
Aksi awal aku hanya menikmati susunya saja, kurang memuaskan bila Mega
dalam keadaan tertidur. Namun apa boleh buat, ia pasti sangat capek
digenjot Tono tanpa henti sedari tadi. Buah dadanya nampak segar, tidak
begitu besar sehingga membuat daya imajinasiku cukup kuat membayangkan
bahwa Mega masih duduk di bangku SMA. Ku remas-remas dadanya lalu
kusedot kuat puting susunya, kumainkan pula dengan lidahku.
Aku mengingat kembali masa pertama aku mengenalnya, awalnya kukira Mega
adalah cewek baik-baik, setelah mengenalnya di Facebook, kami pun
semakin dekat, dan melakukan hubungan seksual. Awalnya aku hanya
mengetest, ternyata Mega serius untuk melayaniku, karena itu lah aku
mengubur perasaanku agar tidak jatuh cinta. Aku tidak mau mempunyai
pasangan yang berkecimpung di dunia seperti ini, aku pun kabur beberapa
minggu ke Bali, entah bagaimana Mega malah bisa bergabung di sini,
berpesta seks seperti sekarang ini.
Nanti sajalah kalau sempat barulah tanya ke Tono, malam ini biar aku
menikmatinya dulu. Lagian karena Mega sudah disetubuhi Tono, setidaknya
aku punya alasan untuk tidak membina hubungan lebih lanjut.
Setelah puas menyedoti susu nya yang segar, aku mulai mengarahkan
penisku ke vagina Mega. Ia masih terlelap karena kecapekan, tak
sedikitpun bergerak untuk menolak, sehingga dengan mudah aku menjebol
vaginanya yang basah dengan sisa-sisa air kenikmatan vagina Mega yang
bahkan bercucuran keluar membasahi sekitar pahanya. Selangkangannya
kubuka, kakinya ku angkat ke atas sehingga aku mudah menggenjotnya.
Masih sempit dan legit seperti sebelumnya bertemu, Mega yang masih hijau
ini cukup memberikan sensasi untuk meningkatkan nafsu birahiku.
Tono sudah kembali segar, ia kini sedang menggenjot Fenny yang juga
sedang terlelap, sedangkan Iskandar sedang menggenjot Ayu dengan gaya
doggie. Hmm, sepertinya itu style favoritnya Iskandar, hahaha. Andi,
Lisa dan Widya menari-nari di depan televisi, kali ini lagu Melinda
"Cinta Satu Malam" yang sedang mempengaruhi pikiran mereka untuk
berjoget. Jogetan mereka terlihat lain, sepertinya mereka mabuk karena
minuman keras yang mereka minum.
Ku goyangkan pantatku maju mundur sehingga penisku keluar masuk di
vagina Mega. Sambil meremas-remas payudaranya, aku juga menciumi
bibirnya. Mega masih belum sadarkan diri, tubuhnya tak berdaya, hanya
bergoyang mengikuti pompaan ku yang semakin lama semakin cepat.
Ku tampar-tampar pipinya agar Mega bisa sadar, namun lelah telah
merasukinya, matanya terbuka sebentar saja, lalu kembali menutup.
Pipinya memerah akibat tamparanku, sebentar-bentar hanya mendengar suara
desahan kecil, "Ah...", dari mulutnya. Bahkan aku menarik-narik
putingnya agar Mega bisa terbangun, namun juga sia-sia usahaku. Sehingga
aku menyerah untuk menyetubuhinya dalam keadaan sadar, aku
menggenjotnya dengan keadaan Mega yang setengah sadar.
Hingga beberapa jam berlalu sejak mulai pesta, aku pun sedikit capek.
Ketika puas menyetubuhi Mega, kutarik penisku, ku buka kondom yang
melindungi penisku, dan ku kocokkan penisku hingga spermaku muncrat di
wajah Mega. Setelah itu aku pun kembali ke kamar untuk beristirahat,
namun Tono, Andi dan Iskandar belum puas sama sekali menikmati kelima
gadis itu. Mereka masih menggenjot gadis-gadis yang sudah tidak sadarkan
diri itu.
Aku kembali beristirahat untuk memulihkan stamina, besok aku harus
kembali bekerja seperti sebelumnya. Usahanya ini hanya aku dan Tono saja
yang lebih banyak berkecimpung, sedangkan yang lainnya sudah sibuk
dengan aktivitas mereka sendiri. Apalagi sejak Herman menikah, ia juga
jarang ke sini untuk bantu menjaga usaha ini, sehingga aku dan Tono yang
lebih harus bekerja keras agar usaha ini tidak gulung tikar.
TAMAT
No comments:
Post a Comment