Aku berkenalan dengan Ridho suamiku pada saat kami kuliah di Institut
Tekstil, aku mau dinikahi oleh dia bukan karena dia anak pengusaha akan
tetapi memang didasari oleh cinta kami yang tumbuh sejak pertama kali
kita bertemu, bahkan sayapun tidak tahu kalau latar belakang keluarganya
memiliki industri batik besar di Solo. Baru setelah Ridho serius untuk
meminangku dan aku menyetujui, aku diajaknya untuk dikenalkan dengan
orang tuanya, pada saat itulah baru aku mengetahui bahwa keluarga itu
memiliki bisnis batik dan mas Rido adalah anak tunggal mereka, dimana
dia akan mewarisi bisnis tersebut kelak.
Akupun bahagia dengan keadaan itu, paling tidak masa depan rumah tanggaku kelak jelas terjamin.
Pada saat perkenalan itu ibu mas Rido dalam kondisi sakit dan aku sangat kasihan melihatnya, apalagi dia berkata
“Nak Sinta ibu dan bapak sudah menyetujui Rido untuk menikah dengan nak Sinta” akupun lega mendengarnya,
“ibu juga gak bisa menunggu terlalu lama, jadi kalian harus segera menikah yah” akupun sedih mendengarnya
“Ibu sudah gak bisa merawat Rido dan bapak dengan baik, jadi nak Sinta
segera menikah saja biar ibu bisa menyaksikan dan nak Sinta bisa posisi
ibu kelak” lanjutnya dengan memelas kepadaku
“Baik bu, ibu jangan punya fikiran macam2, kami akan menikah sesegera
mungkin dan yang terpenting bagi saya adalah kesehatan ibu” jawabku
untuk menenangkan dia
Akan tetapi dari perkenalan itu ada yang membuat diriku agak terganggu
dengan yaitu pandangan ayahnya mas Rido membuatku kadang-kadang malu
sendiri.
Mata dia melihatku seperti ingin menelanjangiku, semua lekuk tubuhku
dilihatnya tanpa terlewati, aku memang dikaruniai kemolekan tubuh yang
bisa dibilang sempurna atau bisa disebut impian tiap pria, dari tinggi
dan postur tubuhku memang proporsional untuk menggaet nafsu pria.
Inipun sering mengundang decak kagum temen-temen sekampusku, tak
dipungkiri mas Ridho pun sering mengagumi dan memuji postur tubuhku
ditambah dengan parasku yang cantik, tetapi dia tidak pernah berbuat
macam-macam dan lugu
Akhirnya pernikahan kami dilangsungkan dengan megahnya dirumah mertua
yang luas, rumah itu terdiri dari dua bangunan yang cukup besar dengan
halaman yang cukup luas sehingga dapat menampung seluruh tamu yang cukup
banyak, salah satu rumah yang ada didalam kompleks tersebut adalah
rumah yang dibangun oleh mertua untuk mas Rido, sedang sebelahnya adalah
rumah utama yang ditempati oleh mertua.
Disela-sela pesta, mertuaku sempat mendekati diriku dan berkata,”Sinta,
Rido sangat beruntung mendapatkan wanita secantik kamu...rugi dia kalo
tidak dapat membahagiakan dirimu”,katanya, aku hanya bisa tersipu malu
mendengar pujian tersebut tanpa mengartikan maksud apa dibalik itu
semua. Ayah mas Rido meskipun telah berumur akan tetapi masih memiliki
badan yang tegap dan berisi, sempat dia waktu berfoto disampingku tangan
nakalnya memeluku pinggangku, pada saat itu aku merasakan bahwa dia
memiliki postur tubuh yang kekar, akan tetapi sempat juga jari-jarinya
meraba pangkal pinggangku yang kadang membuatku ada desiran lain, tapi
perasaan itu aku tepiskan
Kami memang tidak pernah berbuat macam-macam selama berpacaran dan
sepakat untuk melakukan itu semua setelah pernikahan, jadi waktu
diperlakukan seperti itu oleh mertuaku aku tidak menaruh curiga
kepadanya.
Setelah acara resepsi kami lewati malam pengantin, kami langsung
menempati rumah baru yang berada disamping rumah mertua, dengan rasa
canggung serta malu-malu kami berdua yang belum berpengalaman saling
menunggu untuk memulai, awalnya kami lepas baju kami masing2 tapi tidak
semuanya untuk berganti baju tidur, kemudian di atas kasur kita
berciuman, sepertinya suamiku belum pengalaman juga untuk hal itu
“Gimana kalau lampunya dimatikan sayang” kata suamiku
“Gak usahlah mas...aku takut!” jawabku, karena rumah itu memang lingkungan baru buatku “Kamu gak malu Sinta?” tanya dia
“Tapi aku takut massh! Biarin deh lampunya nyala...entar kalo ada apa2
gimana?” tanpa menjawab kita lanjutkan lagi permainan baru itu, sambil
kita lepaskan baju kita masing2, kulihat penis suamiku sudah tegang
ketika kulucuti seluruh pakaian yang menutup tubuhku, sepertinya dia
sudah horny duluan saat melihatku melepas pakaian.
“Kamu cantik Sinta...tubuhmu sempurna sayang...” rayu dia, sambil
langsung mendekap tubuh polosku “Ah mas Rido bisa ajaaaahh...ehmmaass”
jawabku, kembali kia berciuman, akan tetapi tiba2 penis suamiku yang
udah tegang duluan itu, langsung ditancapkan ke lubang vaginaku yang
masih belum mendapatkan rangsangan, otomatis aku kesakitan dan suamiku
dengan pela-pelan dan hati-hati menerobos keperawananku...”Ooh masss
sakiiit...pelaaaan maaass” “Iya Sin ini juga sudah pelan sayaaangh”
jawab suamiku, setelah beberapa kali mencoba baru bisa tembus dan
suamiku mengeluarkan sperma dalam hitungan detik “Ahhh aaahku mauu
keluaaarr sayaaanghh!!” erangnya “Lho kok udahan??” dalam hatiku,
padahal aku sudah mulai terbiasa dengan , rasa sakit itu dan sama sekali
belum menikmatinya, setelah itu suamiku telah menyudahi dan tanpa
bicara kemudian tertidur pulas, aku masih membersihkan sisa darah
keperawananku dengan tysu dan bertanya2 tentang kejadian itu sambil
melamun penasaran, tiba2 aku lihat sosok seseorang dari jendela kecil di
bagian atas dinding kamar, segera aku tutup tubuhku dengan selimut dan
berlari ke arah saklar lampu untuk kumatikan, tetapi bayangan itu sudah
lari dan entah siapa gerangan? Inikah yang dicari orang pada saat malam
pertama aku menjadi heran dan bertanda tanya besar...dimana letak
nikmatnya?
Hari2 berikutnya kita lakukan aktivitas sexual kami, maklum pengantin
muda, tetapi tetap saja aku tidak tahu dimana kenikmatan dalam
berhubungan sex, karena setiap berhubungan yang kudapat tidak ada
bedanya dengan malam pertama, akupun tidak mengerti dimana letak nikmat
itu harus kuraih, mas Ridho selalu cepat selesai dan sama sekali tidak
pakai foreplay, jadi aku merasa sangat tidak nyaman tapi dia nggak
peduli in perasaanku itu.
Semua itu akhirnya ku lewati begitu saja, tanpa pernah protes atau
mempermasalahkan apa yang aku rasa selama itu, seminggu setelah menikah
mas Ridho memulai bekerja untuk menghidupi keluarga, dan yang paling
mengagetkan dia harus berangkat selama dua minggu di luar kota untuk
mendatangi kolega2 ayahnya yang menjadi pelanggan batik, akupun kaget
kenapa harus selama itu, tetapi ayahnya bilang
“Sintia, Ridho harus melakukannya...dan dia harus menggantikan tugas
papa...dulu inilah yang harus papa kerjakan untuk meraih sukses selama
ini, sekarang harus berpindah ke Ridho sebagai penerusku” terang dia
untuk membuatku mengerti dan memahami
“Berat memang harus berpisah dengan suami dalam waktu yang lama, apalagi kalian baru menikah” kata dia untuk menenangkan diriku
“Tapi disini kan ada Ibu yang bisa menemanimu...” lanjutnya lagi
“Papa juga harus menemani Ridho untuk mengenalkan dia kepada semua
kolega papa” dan pada saat itu tanganya membelai pundaku dan tangan
satunya memegang tanganku “Ah kenapa mas Ridho diam saja sih???istrinya
dipegang2 begitu,” umpatku waktu itu
“kamu yang sabar yah?...udah gak usah takut dirumah sendirian, nanti
papa nemenin Ridho paling cuman seminggu saja...” lanjutnya dan tiba2
matanya mengerling kepadaku, akupun tidak tahu maksud dari kerlingan
matanya, aku hanya merasa sedih kenapa mas Rido tidak pernah menjelaskan
ini semua kepadaku sebelumnya, sehingga aku siap dan bisa menerima
semua ini...
Aku relakan mas Rido pergi dengan bapaknya meskipun hatiku teramat
berat, sementara aku melanjutkan kehidupan baru yang bersahabat dengan
kesepian dan kesendirianku, memang terkadang aku juga mengajak bicara
dengan ibu mertuaku, tetapi karena kondisinya yang kurang sehat atau
sakit2an jadi beliau lebih banyak dikamar, kalau pagi memang ada
beberapa pembantu yang mengerjakan memasak dan mencuci untuk kedua
mertuaku tetapi kalau sore mereka pulang ke rumah masing2, tapi mereka
bukan untuku jadi aku harus memasak dan mencuci sendiri pakaian kami.
Selama seminggu aku biasakan kondisi ini berjalan tanpa ada kendala,
suatu saat siang hari setelah menemani dan menyuapi ibu mertua, aku
merasa kegerahan...badanku terasa berkeringat dan apalagi sejak pagi
telah kuselesaikan seluruh cucianku, jadi aku putuskan untuk mandi
dirumah biar segar.
Karena kupikir dirumah gak ada orang, maka saat mandi aku biarkan pintu
kamar mandi terbuka biar udara segar bisa masuk, saat aku bersihkan
tubuhku dengan sabun, aku rasakan ada rasa menggetarkan pada rabaanku
sendiri di daerah bukit kembarku yang montok dan kenyal. Ah mungkin ini
dikarenakan aku yang jarang dibelai, jadi rasa itu muncul tiba2 pikirku.
Ku ulangi lagi rabaanku dengan menggosokan sabun ke daerah sensitifku,
ternyata kutemukan juga rasa itu dan lebih nikmat! aku terasa agak
terbawa oleh rasa nikmat yang menggodaku untuk terus melakukan gosokan2
tersebut sehingga aku melenguh kenikmatan “mmhh...sssts...ahhh...” terus
aku menggosok daerah kemaluan dan payudaraku “Ooohhh sssst...mmhhaaahh”
tiba2 selang beberapa saat aku mendengar suatu berbunyi “kreek!!” aku
langsung menyudahi permainan itu dan kututup pintu kamar mandi serta
segera menyelesaikan mandiku cepat2 karena aku ingat pintu belakang
nggak terkunci dan ingin memastikan sumber bunyi tadi.
Dengan tergesa-gesa aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang
menutup kurang sempurna aku lilitkan ke tubuhku dan. Ketika keluar
kamar mandi aku cek pintu belakang rumah yang tembus ke rumah mertuaku,
ternyata tidak kutemukan seseorang atau apa2, aku lega dan merasa aman
akhirnya setelah kututup pintu tersebut dan kukunci dari dalam, karena
merasa aman aku gunakan handuk yang terlilit pada tubuh polosku untuk
mengeringkan badan serta rambutku sambil berjalan menuju kamarku...
Hanya dengan handuk dikepala dengan tubuh telanjang tanpa sehelai
benangpun aku berjalan tanpa rasa was2...akan tetapi begitu aku masuk ke
ruang tengah aku dikagetkan dengan suara ayah mertuaku
“Habis mandi Sinta...??” aku yang masih mengeringkan rambut kaget karena
tubuhku yang polos tidak tertutup apapun, aku cepat2 berusaha menutup
tubuhku dengan handuk
“Oh pak?! Ma’af pak...!” aku malu dan lari ke kamar dan hampir
menabraknya, didalam kamar aku bingung kapan dia datang dan masuk ke
rumahku, kalau sejak aku mandi pasti sudah melihat tubuh telanjangku
sejak dari tadi “Ooh harus bagaimana ini?” dalam kondisi bingung aku
masih belum berpakaian dan lupa mengunci pintu kamar, tiba2 pintu
kamarku dibuka oleh mertuaku
“Lho kok belum berpakaian Sin? Kenapa hah? Mau dipakai in bajunya nih ?
hahaha...” aku tekaget lagi dan dia masuk ke dalam kamarku dengan tanpa
permisi dulu serta tanganya menutup pintu
“Aku mau memberikan oleh2 dari luar kota...nih” sambil dia mendekatiku,
aku menyambar handuk dan hendak menutup tubuhku tetapi tanganya yang
kekar menahannya dan merayuku
“Kamu cantik sekali Sinta...hehehe” ujarnya, karena dia masuk hanya
mengenakan sarung saja dan aku nggak tahu dia lepaskan dimana pakaiannya
dan mengapa dilepas, aku langsung berpikir ini tidak wajar dan kucoba
memperingatkannya
“Pak ma’af pak!...bapak harus keluar dari sini!! Atau aku berteriak?!” ancamku kepadanya,
“Silahkan berteriak Sinta dan itu gak ada gunanya...hehehe” dia mencoba mendekap tubuh polosku tapi berhasil kutepiskan,
“Rumah ini halamanya luas dan jauh dari tetangga, tidak ada yang akan
mendengar teriakanmu sayaaang” sialan! Ibu mertuaku pun sudah tertidur
setelah kuberikan makan siang tadi, harus bagaimana aku oh!
“Mengapa dirimu kau siksa dengan menggunakan sabun, akupun bisa
membantumu sayang untuk mendapatkan kepuasan yang tidak kamu dapat dari
suamimu atau sabun itu hehehe?” dia telah berusaha meraba buah dadaku
dan menggesek-gesekan penisnya yang mengeras ke daerah vaginaku yang
sensitif
“Ayolah sayang...kamu ternyata sexi sekali! aku sudah tertarik padamu
sejak pertama Sinta...bagaimana jika kita manfaatkan kesempatan ini
hemm??” dia merayuku dan menarik tubuhku kedalam pelukanya
“Jangan pakkk!! Aku ini menatumuu...” sambil aku berusaha berontak dari
pelukannya dan itu membuat handuk yang menutup tubuh polosku terlepas
“Bukan Sinta..Rido bukan anaku sendiri!, tunggu apa lagi hah?
Ayolah...aku tahu kamu juga menginginkanya sayaaaang” ternyata bandot
tua ini sudah melihat tubuh polosku sejak dikamar mandi tadi “Kurang
ajar!! Tidak lepaskan!!” aku bertahan dan mencoba menutup tubuhku, dia
berhasil mendekapku dan menggosokkan penisnya yang sudah tegang ke
selangkanganku
“Aku sudah gak sabar Sinta dan ini kesempatan terbaik...ayolahhh kamu
juga menginginkannya sayaaang!” aku terus bertahan dan menhindar dari
ciumanya
“Atau kamu menginginkan kekerasan hah?!...baik!” dia membanting tubuh
telanjangku ke kasur dan langsung menindihku, pertahananku kalah karena
badanya yang besar dan kekar, dia menahan kedua tanganku ke atas
kepalaku dan menindih tubuhku, aku meronta tapi dia malah menjilati
leherku sedangkan tangan kananya meloloskan sarung yang dia pakai
“Jaaangaaan paaak....aaaaku mohhhoonnn” isaku padanya, tenagaku seperti
hilang...dan dia benar2 beringas melumat tubuhku yang mulus dan polos
ini, aku menangis sejadi-jadinya dan dia tidak menhentikan serangan
kepadaku...di sela2 rontaanku aku merasakan benda tumpul keras dan besar
dipaksakan masuk kedalam vaginaku, beberapa kali meleset dan akhirnya
dipaksa masuk olehnya “Sleebbh”, aku merintih dan menangis ketika benda
itu berhasil masuk
“ Aachhh ..Saaakitttt paakk” tetapi dia tidak peduli dan terus
menggenjotnya “Sssudaah laah sayaaang, kammmu tadii meminta ini khaaann,
aaku ssudah berusaaahaa lembuut tapi kamuu menolak?!” bisiknya ke
telingaku pelan sambil menggenjotku
“Tidaaak paakk !?” tetapi dia terus menghujamkan penisnya dan membuatku
kuwalahan, sesekali dia menciumi bibirku tapi tidak berhasil, akhirnya
kedua bukit kembarku menjadi serangannya
“Aaahh sayaaang milikmu ternyataaa enaaakk” aku tidak menghiraukan kecuali hanya menangis sejadinya dengan tak berdaya.
Setelah beberapa menit dia mengejang “Aaahhhhh memekmu benar2 enaaakk
sayaaang...aahhh..ssst..ahhhh” dia mengatakan sambil menggelinjang
diatas tubuhku, aku sudah kehabisan tenaga dan membiarkan dia melumat
tubuhku tanpa tersisa, setelah terpuaskan dia lepas kemaluanya dari
vaginaku pelan2 dan menyeka keringatnya dengan handukku, dia melangkah
untuk menghidupkan AC, saat dia berjalan aku memperhatikan tubuh
mertuaku itu ternyata masih kekar dan atletis untuk orang seumur dia,
ukuran penisnya sangat besar dibandingkan milik suamiku
Setelah AC nyala dia menhampiriku dan berkata “Ma’af kan aku Sinta”, sambil dia tutup tubuhku dengan selimut yang sudah acak2an
“Aku sudah lama tidak mendapatkan ini dari ibu, ibu sudah lama sakit dan
tidak bisa melayaniku” aku diam saja dengan pandangan kosong
“Sudah setahun ini aku tidak pernah melakukan ini...Sinta”, dia
berbaring di sebelahku sambil mengelus rambutku dengan penuh perasaan
“Aku diam2 telah memperhatikan hubungan kalian diatas ranjang selama ini Sinta” sambungnya
“Dan aku tahu, kamu tidak mendapatkan kebahagiaan itu bukan??” aku tidak
menjawabnya meskipun itu benar, ternyata sosok yang selama ini terlihat
dari jendela kecil diatas kamar itu ternyata dia.
Tetap dia mengelus rambutku dengan perasaan “Aku ingin sekali memberikan
kebahagiaan itu padamu sayang, crupp” sambil mengecup mesra rambutku,
aku tidak mengerti maksud dia, aku cuman diam seribu bahasa dan tidak
berani menjawab, dia beranjak kemudian menatapku
“Mari kita ulangi lagi sayang?...aku masih mampu memberikan lagi” akupun masih diam dan lemas untuk menjawab ajakannya.
“Tidak seperti suamimu, dan kali ini kamu yang akan meraih kenikmatan
itu sayang” dan anehnya kulihat penisnya masih tetap tegang dan tenagaku
telah habis...aku yang terdiam mungkin dianggapnya setuju, aku
merontapun akan sia2, akupun berada disimpang jalan dimana dia
menawarkan sesuatu yang aku dambakan selama ini, akan tetapi dilain
pihak hati kecilku menolaknya.
Dia singkap selimut yang menutupi tubuh polosku tapi tetap kutahan, dia
biarkan dan membelai bibirku pelan2, kemudian dia kecup keningku,
ciumanya mulai turun ke telingaku dan berbisik
“Mari kita nikmati ini sayaanghh”, lidahnya yang lembut mengalir di
tengkukku dan berakhir di leherku....aku terdiam dan tak terasa karena
cumbuanya atau karena pesona tubuhnya, selimut yang kutahan sudah
terlepas, tanganya mulai meraba pinggangku bak seperti gitar, kemudian
bibirnya mengecup bibirku tapi aku tidak memberikan balasan, dan ini
seperti perkosaan yang ku restui karena aku diam saja dengan mata
tertutup, tetapi setelah bibirnya menyentuh kedua bukit kembarku aku
merasakan desiran yang sangat menggodaku, tapi aku berusaha untuk tidak
bersuara meskipun kondisi itu merangsangku...
Serangan yang kedua ini lain, tidak ada kekerasan dan benar2 lembuut,
tanganya yang kekar telah membelai paha mulusku, dan ciumanya turun ke
jari2 kakiku naik terus senti demi senti menyusuri menuju ke lutut dan
berakhir di pangkal pahaku...oohh, apalagi ini, aku tidak pernah
mendapatkan yang ini dari suamiku, dan ketika tanganya membuka pahaku
aku tidak melakukan penolakkan dan malahan aku memberikan jalan dengan
meregangkan pahaku...ohh aku terlena atau juga ingin tahu kelanjutan
dari aksi yang belum pernah kurasakan, kemudian aku merasakan lidahnya
bermain disekitar pangkal pahaku kemudian menuju bibir vaginaku dan
dengan pelan tapi pasti lidahnya yang kasar itu memainkan bibir vaginaku
kemudian menyambar-nyambar klitorisku, dan oh rasa itu benar2 membakar
diriku, aku sama sekali belum pernah mendapatkan perlakuan ini, sampai2
dinginya AC pun tak terasa, bersamaan dengan itu tanganya yang kekar
membelai lembut buah dadaku, aku mulai mengeliat dan sesuatu yang tak
kusadari muncul, tiba2 aku bersuara pelan “Oh mmhh sssstss..” aku sudah
nggak tahan mengeluarkan suara itu tanpa sadar
“Nikmatilah sayaaaangh,” kata mertuaku pelan dan dia lanjutkan menjilati
vaginaku sampai aku merasa dibawa ke awang2, tanganku tanpa terasa
memegang tanganya yang sibuk memilin kedua pentilku, tapi kidahnya yang
kasar tetap menjilati vaginaku tanpa ada rasa jijik, kemudian jilatanya
pindah ke buah dadaku dan tanganku tanpa sadar meremas rambutnya
“Emmmhhh...ssstss..oohhh” erangku semakin jelas
Dia telah berhasil membuatku terangsang hebat tetapi dia tidak segera
memasukan penisnya kedalam vaginaku dan akupun heran kenapa tidak segera
dia masukkan padahal aku sudah benar2 mengharapkannya, kurasakan
penisnya yang tegang menempel di bibir vaginaku dan aku gak mungkin
meminta dia memasukanya..ooh tanpa sadar kuberkata “....Ehmm sssst, akuu
ngggak kuaaaat ppaak emmhhssstt” tapi dia tidak menuruti untuk
memulainya, bahkan ciumannya kembali turun ke perut, aku juga terangsang
didaerah itu...dia benar2 paham letak daerah sensitifku...ouh
“Kali ini kamu yang harus memulainya sayaaaang...” balasnya dan kembali
menciumi vaginaku, Oh serangan itu lagi! Aku terbawa ke awang2 lagi, aku
mengeliat sambil kuremas rambutnya, aku sudah lupa kalau dia mertuaku
dan aku bingung bagaimana car memulainya dan ketika dia puas dengan
vaginaku, dia kembali menciumi buah dadaku sambil kuremas rambutnya
“Aaahh bapaaak bennarrr..ehh” selanjutnya kutarik wajahnya
“Emmh mariii pak...kitaaa teruuushkan paaak, aku juga menginginkanyahh
emhhhh” dan kulumat bibirnya, lidah kami saling memilin satu sama lain
sedangkan tanganya yang kasar tetap meremas dan memilin pentil bukit
kembarku, akupun nggak kalah liarnya kubalik badanya kebawah, akupun
posisi diatas dengan leluasa menggesekkan vaginaku yang sudah basah ke
penis mertuaku yang tegang dari tadi, gerakanku semakin liar
“Ohhh pakkk terusss paakk...kumohonnn berikann akuu kepuasaannnhh”
lenguhanku yang mengiba disambut ciuman pada buah dadaku dan remasan2
pada pantatku sehingga alat vital kami semakin beradu dan gerakanku
semakin membuat gesekan2 yang erotis...ohhh basah sudah vaginaku terasa
dan mulai kusambar penisnya yang masih dan segera kumasukkan kedalam
vaginaku yang telah lama mendambakan dan itu inisiatifku
sendiri...mungkin itulah yang dimaksud mertuaku untuk memuali...ah gila
aku dibikin seperti cacing kepanasan olehnya
“Ooooh..ssssts” erangku sambil berusaha memimbing penisnya yang besar dan berotot itu
“Ssleeebbb...” penis itu mulai masuk dan benar2 nikmat saat itu, begitu
seluruh batang penis itu menerobos masuk kedalam vaginaku, akupun
melenguh “Ohhh...emmmhh..sssts..paaakk...engghhh” mulai kutarik naik dan
pelan oh betapa nikmat rasanya begitu pula saat kuturunkan pantatku
hingga klitorisku menyentuh bulu2 kemaluan mertuaku disana ada gesekkan
yang benar2 nikmat juga... “Ahhh..sssts pakkk eennaakk sssstts aahh” aku
mengerang kenikmatan
“Ennaakk saayyaanghh? Nikmatilaahh sayaaang” katanya dan itu membuatku
nyaman untuk meneruskan gerakan2 liarku diatas tubuh polos mertuaku,
inilah hubungan intim yang ternikmat yang pernah kurasakan.
Yang terjadi sekarang bukan lagi pemerkosaan kepadaku, aku sudah lupa diri
mertuakupun sibuk dengan kedua bukit kembarku... dan aku sibuk
menggoyangkan pantat dan pinggulku mengikuti iramanya, akupun menikmati
permainan ini dan semakin liar karena aku juga menginginkannya, meskipun
aku hanya menerima perlakuannya pada tubuhku,
“Oh sintaaa teruusss sayaaanghh” dia genjot vaginaku dari bawah “Ohhhh
nikkkmatt paaak” racauku tanpa sadar, karena seluruh penisnya telah
menyeruak masuk kedalam vaginaku dan itupun aku yang memulainya
“Iyyaahh sayaaang, sekaraaang giliranmu menikmatiiinyaaa” lanjutnya,
posisiku diatasnya dan itu belum pernah kulakukan dengan suamiku dan dia
menggenjot vaginaku dari bawah dengan penuh perasaan
“Oouh ssssstss emmhh paaakk” eranganku mulai timbul, gerakanku semakin
binal serta tanganya yang kekar meremas kedua pantatku yang bundar,
penisnya yang besar benar2 memenuhi lubang vaginaku, gerakanku semakin
gila dan akhirnya kumenjerit
“Uhhh paaak akuu...akuu...gaaak kuaaattt” tetapi dia tidak berhenti
menggerakkan penisnya tambah cepat menghujam vaginaku, sambil ciumanya
mengarah pada kedua bukit kembarku dan aku semakin dibawa kepuncak
kenikmatan “Ouuhhh paaakk, eehhhmm ahhh” aku tergelepar seperti terbang
ke awang2 seluruh persendianku lemas tetapi mertuaku mengetahui itu, dia
dekap tubuhku yang lemas ini tapi tetap memberikan kenikmatan itu pada
vaginaku dan bukit kembarku, Oh inilah yang selama ini kucari itu, dan
mertuaku tetap menggenjotku, dia benar2 membawaku ke puncak kenikmatan
yang selama ini belum kutemukan.
Kemudian aku tergolek lemas diatas tubuh kekar mertuaku, dia ciumi
wajahku dengan lembut, dia membalikan badanku yang lemas, kukira saat
itu dia ingin melampiaskan hasratnya karena cuman aku saja yang
mendapatkan kepuasan, ternyata tidak, malahan dia melepaskan penisnya
perlahan dari liang vaginaku yang sudah basah oleh cairan kenikmatanku,
mungkin karena dia melihatku masih lemas, dia seka seluruh keringat di
tubuhku dan cairan kenikamatan di vaginaku dengan handuk, kemudian dia
keluar dari kamarku hanya memakai handuk tanpa berpakaian.....mengapa
perlakuan dia berbeda dengan suamiku yang biasanya langsung tidur
mendengkur setelah berhubungan intim denganku....mengapa dia kuat sekali
dan tidak egois dalam menggapai kenikmatan, yang terakhir malahan hanya
aku yang mereguk kenikmatan dan dia yang mangantarkan aku untuk
mendapatkanya.
Aku masih belum percaya bahwa kejadian barusan benar2 terjadi begitu saja dan tiba2 pintu kamarku terbuka lagi
“Sayang, kubawakan air minum, minumlah dulu biar badanmu segar”
dituangkannya air putih kedalam mulutku, kemudian dia belai rambutku dan
mengecupku, ketika aku mau bangun dilaranganya “Istirahatlah dulu, kamu
belum pulih betul...”
Dalam hatiku masih malu bercampur dengan perasaan puas telah menepis
rasa benci pada dia, tetapi aku aku diperlakukan lembut olehnya dan
setelah segar badanku diapun mengambilkan oleh2 yang tadi dibawanya
“Aku tadi membelikan baju untukmu nanti setelah kamu pulih dan segar
cobalah bajunya...yah? kamu pasti cantik memakainya” ujarnya, sambil
mengambil bungkusan oleh2 itu di meja riasku.
“Kejadian ini harus kita rahasiakan berdua, jangan sampai ada yang
tahu...nduk” akupun bingung menanggapi perkataanya barusan, karena
akupun takut jika mas Rido mengetahui ini semua, tadipun aku juga ikut
andil dalam permainan itu
“Kasihan suamimu dan ibu, mereka gak perlu tahu...apakah kamu setuju?” tanyanya dan akupun akhirnya menganggukan kepalaku
“Ya sudah, sekarang bapak mau mandi dulu...kamu aku tinggal ya?” dan dia
beranjak sambil mencium keningku, tiba2 kuberkata “Pak aku juga mau
mandi...” oh kenapa aku bisa mengatakan itu? Atau aku gak mau
ditinggalnya, atau mungkin karena perlakuannya padaku, atau apa aku
sudah terpesona pada dirinya...oh gila! Kenapa aku ini
“Baiklah...kamu gak usah berdiri sayang...” dia langsung membuka selimut
dan menggendong tubuhku yang polos, akupun merangkul pundaknya yang
berotot itu, oh romantis sekali dia...kenapa suamiku berbeda denganya.
“Kita mandi bersama hemm?” dan aku menganggukan kepalaku, ah kita berdua
sudah benar2 gila, mungkin ini yang sebenarnya kudambakan saat malam
pengantin dulu, dia begitu mesra dan romantis ternyata.
Langkah kaki mertuaku belum sampai kamar mandi, akupun memberikan kecupan pada pipinya sehingga dia berhenti sejenak dan berkata
“Kenapa Sinta? Kamu menginginkanya lagi sayang hemm?” pertanyaan itu
tidak kujawab tetapi langsung kucium mesra bibirnya dan diapun membalas
ciumanku dan melanjutkan berjalan ke kamar mandi...benar2 kuat
tenaganya, pagutan2 kecil itu berlangsung hingga masuk ke kamar mandi.
Diturunkanya tubuh sintalku di dalam kamar mandi tanpa melepaskan ciuman
kami dengan kuremas rambut kepalanya agar tidak terlepas, aku benar2
ingin memberikan kepuasan padanya seperti dia memberikan kepadaku,
kemudian tanganku berusaha melepas lilitan handuk yang menutup batang
penisnya, kuraba pelan oh ternyata penis itu masih tegak dan
kekar...betapa bahagianya istrinya dahulu pikirku...kemudian kecupan
turun pada puting yang menempel didadanya yang bidang untuk memberikan
rangsangan “Ahhh sayanghh aaapakah kaamu suudah pulihhh ?” tanganya yang
kasar tidak mau kalah memberikan rangsangan juga di buah dadaku yang
sintal dan tangan kananya meremas-remas pantatku yang bundar, akupun
terangsang dan menjawab “Sssudahhh paakk, aakuu ingiinn lakukannnn
lagiiihh sssts ahhh” racuku manja dan genit padanya
“Baik sayaaanghh” tangan kananya tiba2 meninggalkan pantatku dan memutar
kran shower dibelakangku, kemudian gemiricik air menelan desahan2 kita
berdua, tanganku memilin dan meraba daerah2 sensitif miliknya begitu
juga dia, bibirnya pun tidak kalah ketinggalan memberikan rangasangan
pada tubuhku dan kita arungi kepuasan lagi berdua di kamar mandi itu
dibawah guyuran air shower.
Pada permainan di kamar mandi itu kita berdua sama2 terpuaskan, bahkan
aku sampai dua kali merasakan orgasme...gila!, padahal dalam kondisi
berdiri mertuaku menuntaskan permainan itu, memang benar2 hebat tenaga
dia. Setelah itu kita pun selesai dan keluar dari kamar mandi bersama
dengan wajah yang sama2 ceria dalam kepuasan, akupun masuk ke kamarku
dengan hati yang ceria tidak ada penyesalan atau apapun, kemudian dia
selesai berpakaian dan mengatakan “Sinta aku ke rumah sebelah mau
melihat ibu...jangan lupa untuk menjaga rahasia kita berdua” ucapnya
“Baik pak, cruuppp!” kucium bibirnya dan diapun membalas secepat kilat ciumanku kemudian meninggalkanku.
Kubersihkan seluruh kamarku dan kuganti sprei yang acak2an bekas tempat
kami berdua menenggak kepuasan tadi, kemudian kuperiksa oleh2 dari
mertuaku, aku heran kenapa dari dia lagi kudapatkan bukanya dari mas
Rido suamiku, kubuka bungkusan itu ternyata berisi baju2 tidur yang
seksi tanpa lengan dengan bahan kain yang tipis, lingeri yang seksi dan
kucoba semuanya....kenapa semua baju2 itu begitu pas dan kelihatan cocok
padaku, aku semakin seksi dan cantik mengenakannya, kurasa harganyapun
sangat mahal kulihat dari bahan dan mereknya...
”Ah kusimpan saja baju2 ini, pasti ada pertanyaan besar kalau kupakai
saat ada mas Rido” pikirankupun sudah ingin menjaga rahasia hubungan itu
agar ini semua bisa tersimpan dengan baik, inilah awal dari kegilaan
itu semua.
Hari2 berikutnya kujalani dengan ceria daripada sebelumnya, entah kenapa aku menjadi periang...sampai2 ibu mertuakupun bertanya
“Kamu kelihatan beda beberapa hari ini Sinta...kamu lebih ceria dan
cantik kenapa? Apa ada kabar dari suamimu?” tanyanya saat kusuapi dia
“I iya bu, mas Rido menelepon tadi malam...katanya dia mau pulang”
jawabku berbohong, padahal aku tidak mendapatkan kabar apapun dari
dia...uh aku jadi kesal karenanya, kok suamiku gak ada kasih kabar juga
kepadaku, apa dia sudah lupa telah memiliki istri
“Sinta kok melamun?” tegur ibu mertuaku membuyarkan lamunanku
“Maaf bu, aku tadi lupa belum membersihkan rumah” jawabku seadanya
“Bu saya balik dulu yah, setelah makan ibu tiduran saja yah?” cepat2 aku berpamitan sebelum dia tanya2 hal lain
“Nanti obat ini diminum ya bu, sudah Sinta siapkan di sebelah ibu”
kataku “Iya Sin, terimakasih yah” jawab mertuaku, akupun keluar dari
kamarnya kemudian kucoba kucari ayah mertua ternyata dia belum kembali
dari berolah raga, dia rajin untuk berolah raga lari2 dipagi hari.
Entah rasanya diriku ada rasa kangen denganya, sudah tiga hari ini dia
tidak menggodaku lagi, padahal tiap saat aku sudah berdandan cantik
untuknya supaya dia tertarik melihatku dan memulai permainan itu,
sampai2 waktu mencuci bajupun kusengaja tidak menggunakan mesin cuci dan
apabila dia bertanya akan kujawab mesinya rusak...kupakai baju yang
minim dan sexy untuk menarik perhatiannya, memang usahaku berhasil dia
mendekatiku dan menggodaku, tapi ternyata dia hanya membantuku
menimbakan air untuk mencuci saja, dan tidak ada kelanjutanya...ah sebel
jadinya, udah gak berhasil mengajaknya ke tempat tidur, malahan badanku
capek semua.
Sampai esok harinya keinginanku itu tidak terkabulkan, dalam hal ini
tidak mungkin aku yang memulai duluan untuk memintanya, aku benar2
mendambakan sentuhan itu lagi...ah aku benar2 sudah tergila2 padanya.
Akupun berusaha melupakan rasa itu dengan menyibukkan diri membersihkan
seluruh isi rumah, kemudian aku mandi dengan pintu kamar mandi terbuka
sedangkan pintu belakang sengaja tidak kukunci dengan harapan dia masuk
seperti dulu, ternyata itu tidak terjadi...ah sudahlah tepisku, akupun
masuk kekamar untuk berganti baju, belum sempat selesai ternyata pintu
depan ada yang mengetuk akupun mengambil handuk untuk menutup tubuhku
yang telanjang, entah waktu itu aku kok merasa ayah mertuaku yang
datang, karena jam segitu dia biasanya selesai untuk joging keliling
kampung, kemudian kuberlari ke pintu depan ternyata benar, akupun segera
membuka pintu
“Oh bapak...kok tumben kesini?”matakupun berbinar-binar melihatnya
“Iya nih aku bawain kamu sesuatu...” jawabnya sambil memberikan padaku bungkusan
“Apa ini pak?” tanyaku
“Cuman makanan kecil tadi kubelikan waktu dijalan” jawabnya
“Masuk dulu pak ?” pintaku dengan genit padanya dan kuberanikan tanganku
menggandengnya masuk, ah menantu yang kurang ajar dalam hatiku
“Aku barusan mandi habis bersihin rumah jadi belon sempet pake baju” godaku padanya
“Baik kalau begitu...bapak juga pengen kopi buatanmu nih” hatikupun berbunga-bunga melihat dia memasuki rumahku
“Aku mau numpang mandi disini ya Sin? Gak apa2 kan?” kilahnya padaku
“Ya gak apa2 to pak...lagian inikan juga rumah bapak...aku ganti baju
dulu pak” jawabku sambil kedua tanganku pura2 membetulkan ikatan
rambutku membuat buah dadaku menonjol sehingga handuk yang melilit
tubuhku terangkat keatas yang akhirnya tubuh polosku bagian bawah
terlihat sedikit, memang gerakan itu sengaja kulakukan, kulihat matanya
memandangiku berbinar melihat sekelebat belahan pangkal pahaku tanpa
penutup apapun berlalu dengan langkah sexi yang kusengaja untuk menarik
libidonya, kemudian diapun langsung berjalan ke kamar mandi sambil
melepaskan kausnya...dia juga tak mau kalah memamerkan kekekaran
tubuhnya didepanku, akupun tertegun melihat tubuhnya yang masih menawan,
begitu kekar dan jantan.
Akupun dikamar bingung memakai baju yang mana...ini adalah saat yang di
tunggu2 olehku dan dia juga, akhirnya kupakai baju pemberianya, daster
tipis yang sexi serta celana dalam yang menerawang, kukenakan tanpa
memakai bra didalamnya untuk merangsang dirinya agar berbuat semaunya
padaku, tidak lupa kupakai parfum sehingga membuat tubuhku wangi dan
segar, kemudian baru kumasak air untuk membuatkan kopi untuknya.
Dari dapur kulihat dia telah selesai mandi “Kok cepet pak mandinya ?” sergahku padanya, karena kopi yang kusiapkan belum selesai
“Iya Sin...habis gak ada yang nemenin sih...” kelakarnya saat keluar dari kamar mandi
“Iih bapak bisa aja...yaudah bapak tunggu saja di ruang tamu nanti Sinta
temenin minum kopinya gimana ?” jawabku genit, aku pun bingung
blingsatan dengan keadaan itu, entah rasanya aku takut kehilangan
kesempatan lagi denganya.
Setelah selesai kuantarkan kopi ke ruang tamu kulihat dia hanya menggunakan sarung saja sambil duduk di sofa
“Ini pak kopinya, silahkan diminum...” kataku sambil aku membungkukan
badan agar terlihat belahan buah dadaku di hadapanya, diapun tersenyum
lebar
“Loh kok kopi yang ini sih Sint?” katanya, akupun bingung dibuatnya
“Maksud bapak kopi apa ? Sinta gak ngerti pak” jawabku padanya, akupun
masih berdiri merunduk dan bingung, aku yakin dia melihat buah dadaku
tanpa berkedip karena kusengaja gak pake bra dan memang itu yang
kuharapkan
“Duduklah sini manis akan kuberitahu kopi yang mana” tanganya pun
membelai tanganku sambil menuntunku duduk disampingnya, ketika ku duduk
disofa dasterku yang minim itu jadi terangkat sehingga pahaku yang mulus
terlihat jelas dan kuregangkan sedikit sehingga terlihat menantang
“Pak, nanti dilihat orang loh, pintunya masih terbuka”, ingatku padanya
“Oh iya sebentar ya kututup dulu biar aman...” diapun melepaskan
pelukannya dan tidak hanya ditutup tapi sekalian dikunciny pintu
rumahku...ah berarti dia kesini memang untuku, kemudian dia duduk
kembali disampingku
“Kopi yang kuminta adalah kopi milikmu manis” katanya, akupun bingung
“Bapak memang suka bikin aku bingung, katanya mau ngasih tau apa sih?”
tanyaku dengan genit, kubarengi dengan menurunkan paha kanaku, sehingga
dudukupun semakin terbuka dan CD ku sedikit terlihat olehnya
“Kamu cantik sekali Sinta pakai baju ini” dia melihat seluruh tubuhku
dari atas sampai kebawah seperti ingin melucuti semua yang kukenakan
“Pak yang tadi apa kok belum dijawab...bapak memang suka bikin aku
penasaran” tanyaku manja sambil kutempelkan buah dadaku ke bahunya dan
mencubit mesra pinggangnya, membuat dia jadi berani meletakkan tanganya
yang kasar di atas pahaku dan aku diam saja membiarkan apa yang akan
terjadi, berarti aku memberikan lampu hijau kepadanya untuk berbuat
semaunya padaku
“Masih penasaran sayang hemm?” bisiknya ditelingaku tanganya mulai naik
ke pangkal pahaku sehingga dasterku tersingkap semakin keatas, terlihat
menerawang vaginaku yang dibalut celana dalamku yang tipis, sentuhan itu
mulai merangsangku
“He emhh sssts...ppaak” jawabku setengah manja dan blingsatan karena tanganya yang kasar itu sudah bermain di pangkal pahaku
“Tanganku udah menyentuh kopi yang kuminta itu sayanghhh” diapun
menjawab pertanyaanku sambil mengelus2 permukaan vaginaku yang masih
tertutup CD ku yang tipis dan mulai mendaratkan ciuman di leherku
“Sssssts emhhhh...akuupun maauu punyaaa bapaaakk ennghh” tanganku
akhirnya berani juga menggerayangi pahanya dan menemukan penisnya yang
tegang dibalik sarung, ternyata didalam sarung dia tidak memakai apa2
lagi...oh jadi dia sudah siap juga berhubungan intim denganku
“Milikilah Sinntaa...kapanpuunnhh kammu mauu sayaanghh” bisiknya sambil
mencium daerah buah dadaku, akupun memberikan jalan kepada bibirnya
untuk menciumi buah dadaku dengan menarik bagian atas dasterku yang
elastis kebawah sehingga kedua bukit kembar ku bisa leluasa menerima
ciuman ganasnya, tanganya sudah mulai menyusup kedalam CDku dan meraba
lembut vaginaku, aku memberikan jalan padanya dengan meloloskan Cdku
hingga terlepas tanpa sadar, tangan kananku meremas-remas rambut
kepalanya sedang tangan kiriku mengelus tangan dia yang bergerilya di
memeku
“Ohhh paakkk kitaaa pindah ke kaamar Sinntaa saajaa hemmhh” ajaku manja
padanya “Kenapa gak disini aja shhayanghh” jawabnya menengadah padaku
“Ntarr kalau ada yang tahu gimana sayanngh? Aku gak mau hubungan kita
terganggu...kalau dikamar kan aman” jelasku padanya sambil mengelus
tanganya yang masih sibuk di permukaan vaginaku
“Baiklahhh...kamu benar sayang” diapun berdiri maka terlepaslah
sarungnya dan dibiarkanya, melihat itu aku juga berdiri dan kulolosi
dasterku ketika melihatku sudah polos dia memeluku dan mencium bibirku
akupun membalas dengan binalnya, tubuhku yang tak tertutup sehelai
benang itu di gendong nya menuju ke kamar tanpa melepaskan ciuman kami
Begitu memasuki kamar saat itulah kudikenalkan permainan baru untuku,
tubuh polosku diletakan dikasur terlentang kemudian dia naik ke ranjang
dengan arah berlawanan dari atas kepalaku jadi posisi kita saling
berbalikan, kemudian kami berhadapan dan dia berkata
“Kukenalkan permainan baru padamu sayaang...kamu tinggal mengikuti apa
yang kulakukan” katanya akupun heran mengapa posisinya seperti itu ?
ditengah keheranan ciumanya langsung melumat bibirku, akupun menerima
apapun itu dan percaya kepadanya untuk membawaku kepuncak kenikmatan.
Ketika berciuman kedua tanganya meraba kedua bukit kembarku dari atas
kepalaku dan beberapa saat memilin puntingnya, akupun mengikuti
gerakanya dengan gerakan yang sama...Ohhh ternyata benar, aku
menikmatnya “Ssssttss emhh” erangku sambil ciuman kami semakin liar
Kemudian dia melepaskan ciumanya dan bibirnya menuju ke dua bukit
kembarku, awalnya dicium lembut tapi lama kelamaan dia lumat habis
pentilku
“Ouuhhh...sssstts enaaakk paaakkhh” lenguhanku terdengar jelas, kemudian
didepanku terpampang dadanya yang bidang, maka kulakukan apa yang dia
lakukan kepadaku yaitu menciumi kedua puntingnya
“Emmhhh...yahh beeggiiituuu saayaangghh” diapun mengerang kenikmatan,
dan tanganku mengikuti gerakan tanganya yang meraba perutku turun kepaha
dan pantatku yang bahenol kemudian meraba pangkal paha kami masing2 dan
berakhir pada sentuhan2 lembut di vaginaku, oh benar2 permainan baru
dan imbang karena kita sama2 merasakan apa yang dilakukan pasangan intim
kita saat itu juga...aku menggelinjang kenikmatan dan tanpa berhenti
memberikan rangsangan yang sama padanya
“Ahhhmmmhh ennaaak saayaaanghh?” tanyanya padaku
“Emmmhh ssssstttss iyyaaahh paaakk emmmhh ssssts” jawabku seadanya
Ciuman2 kami masih pada puting susu dan itu memberikan rangsangan hebat
kepadaku sedangkan tangan kami saling meraba pada daerah sensitif kami
masing2, ini benar2 permainan yang sangat membakar birahiku
Kemudian ciumanya bergerak kebawah pusarku, terus turun didaerah pangkal
pahaku dan dijilati dengan lembut bibir vaginaku...ah awalnya aku tidak
bisa mengimbanginya, ketika dia lumati dan membelah vaginaku...aku
terangsang hebat, aku mengeliat seperti cacing kepanasan, kucengkeram
tubuhnya erat2 dan pantatku berputar-putar mengikuti jilatan lidahnya
yang kasar pada klitorisku
“Ooouhhhmmmhh ssst paaakkhh ennnaakkhh...” erangku gak karuan, setelah
beberapa saat baru kubisa menguasai diri dan tanpa jijik lagi langsung
kukulum kepala penisnya, kumasukan kedalam mulutku
“Oouuuhh yaaahhh teeeruusss ssayaaaanghh..”erangnya, dia juga terangsang
ketika kulakukan itu dan membuatku bersemangat untuk memberikan
rangsangan pada penisnya seperti apa yang dia lakukan pada vaginaku...
Bergantian kita memberikan rangsangan pada bagian alat vital kami yang
paling membawa kita pada puncak rasa nikmat...oh benar2 permainan baru
yang fantastis....dan aku bisa dua kali orgasme saat itu
Ketika vaginaku mula berdenyut-denyut kali ketiga kuinginkan permainan yang sesungguhnya
“Ssssstt paaak dimasukin yah punya bapak ?” pintaku padanya
“Baaik saayangh kamu sudah nggak tahaann ?” katanya sambil menciumi vaginaku yang sudah basah, diapun pindah kesampingku
“He ehhh...bapak pinter sekali...aku boleh diatas pak ?” pintaku sambil kugenggam penisya yang tegang dan kukocok lembut
“Tentu sayaaang” jawabnya, pahaku yang jenjang langsung melangkahi
tubuhnya yang polos tepat diatas kemaluanya...penisnya kusambar dan
kuarahkan pada vaginaku
Ku gesek2 kan penisnya pada bibir vaginaku dan kucium bibirnya, kitapun
berciuman liar sembari tangannya meremas remas kedua bukit kembarku dan
penisnya semakin tegang siap untuk menerobos masuk vaginaku
“Sssleebb...” penisnya memasuki vaginaku
“Ooouhh ssstss eenaaakk pakk” racauku sambil kuturunkan pelan2 pantatku
sehingga penis yang besar itu masuk semua kedalam vaginaku
Tubuh kitapun bersatu, kamipun mulai memacu dan memompa kelamin kita...
dan aku dibawanya kembali ke awang2...kadang aku diatas dan terkadang
dibawah
Ketika aku diatas, aku benar2 menikmati penisnya yang bisa memenuhi vaginaku...goyangan pantatku pun liar...oh nikmatnya
Dan ketika vaginaku mulai berdenyut2 hebat akupun melenguh panjang “Aaaaahhkuu mmaauuu kelluaaar paaakk...”
Dia langsung membalikan tubuhku dibawah dan menghentakkan penisnya cepat “Kiiitaa saamaa2 yaaanngghh...” racaunya ketika diatas
“Baaaiikkhh paaak eemmmhh” lenguhku dan aku gak kuat
menahannya...kurasakan sesuatu yang sangat nikmat menyerangku dan tanpa
sadar kugigit dadanya...desiran yang benar2 nikmat bertubi2 menyerangku
“Aaaahhh akkuuu jugaaa saaayaaanghh...aaaahhh” dia pun tersentak hebat
beberapa kali diatas tubuhku, setelah itu pantatnya bergoyang memutar
sehingga desiran itu datang lagi menyerangku
“Oooouhhh ppaaaakk” erangku yang kedua kali, penisnya tetap memberikan
gesekan2 erotis didalam vaginaku sampai kita berdua terkulai lemas
Bibirnya mencium mesra bibirku, akupun membalasnya sebagai rasa
terimakasih padanya...lama kita saling berciuman untuk menuntaskan rasa
kangen padanya akupun menahanya ketika penisnya mau dicabut
“Enntaar ajaaa paaakk, Sinta masih kangen” pintaku sambil menahan pantatnya agar penisnya gak tercabut
“Iyaa Sint, bapak juga” jawabnya sambil menusuk nusukan perlahan lahan ke dalam vaginaku yang masih ada sisa denyutan kenikmatan
Sejak kejadian itu kami sering mengulangi perbuatan itu secara
sembunyi2, terkadang dia yang datang kekamarku sewaktu suamiku tidak ada
dirumah, bahkan akupun sering mendatangi kekamarnya atau kita lakukan
dikebun belakang rumah apabila suamiku berada dirumah
No comments:
Post a Comment