Bianca Bowser (32), lahir sebagai seorang anak laki-laki bernama Jason,
sementara suaminya, Nick Bowser (27) lahir dengan jenis kelamin
perempuan bernama Nicole. Mereka bertemu dan jatuh cinta pada 2009 di
Atlanta. Keduanya sama-sama sudah memiliki identitas gender baru (Bianca
sebagai perempuan, Nick sebagai laki-laki), namun belum menjalani
operasi perubahan kelamin. Setelah sekian lama berhubungan, mereka
akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah keluarga.
Nick, yang
secara fisik masih perempuan (meski kemudian menjalani operasi
pengangkatan payudara), memutuskan untuk mengandung bayi Bianca -
sesuatu yang dia gambarkan kepada tabloid Mirror sebagai “pengalaman yang benar-benar mengerikan bagi saya” karena dia sudah merasa sebagai laki-laki.
“Kami
masih memiliki organnya (untuk bereproduksi) sehingga kami akan
menggunakannya,” ungkap Bianca kepada Mirror. “Jika nanti kami punya
cukup uang untuk mengubahnya (operasi), kami akan melakukannya. Tapi
kami masih belum mampu, dan saat ini anak-anak lebih utama.”
Kini
anak-anak mereka, Kai dan Pax, masing-masing berusia tiga dan satu
tahun. Pasangan ini mulai bingung dengan bagaimana menjelaskan kepada
buah hati mereka bahwa sang ibu secara teknis adalah ayah, dan sang ayah
secara teknis adalah ibu yang mengandung dan melahirkan mereka. Tapi
Bianca mengatakan kepada Yahoo Health, “keberanian kami selalu membawa
kami ke arah yang benar.”
Bianca menambahkan, ia dan Nick
berencana memberi tahu anak-anak mereka apa yang terjadi sesegera
mungkin, setelah mereka di usia yang sudah bisa memahami. Mereka yakin
Kai dan Pax akan menerima dan memahami kondisi orangtuanya yang berbeda.
“Jika
mereka sudah terbiasa dengan hal ini, dan sebelumnya tidak pernah
mendengar hal negatif tentang transgender, mereka akan baik-baik saja,”
ujarnya.
Menurut ahli parenting, penulis, dan psikolog klinis Laura Markham, itu
langkah yang tepat. “Penting untuk memberi tahu anak-anak tetang asal
usul mereka sedini mungkin. Jika tidak, mereka akan merasa dikhianati.
Apakah anak tersebut diadopsi, atau berasal dari sel telur donor maupun
donor sperma, yang terpenting adalah beri tahu mereka. ‘Kami sangat
menginginkanmu dan mencintaimu, dan beginilah cara kami untuk bisa
mendapatkanmu. Setiap keluarga punya cara yang berbeda-beda, itu bukan
masalah,’” ujar Laura.
Dalam kasus Bianca dan Nick, Laura
menganjurkan agar mereka memulai percakapan tentang masa kecil mereka.
“Ceritakan bagaimana mereka dibesarkan sebagai jenis kelamin yang
berbeda namun merasa tak nyaman dan berada dalam tubuh yang salah, dan
bagaimana mereka akhirnya bertemu, jatuh cinta, dan membentuk keluarga
sendiri.”
Selain masalah gender, Bianca dan Nick sebenarnya tak
terlalu berbeda dengan orangtua lainnya. Nick adalah manager di sebuah
bar, dan Bianca adalah seorang waria yang cukup populer sebagai seorang
entertainer panggung di Louisville. Dengan karier dan kehidupan sosial
mereka (dengan teman-teman yang sebagian besar lajang), sangat sulit
bagi mereka menyeimbangkannya setelah punya anak. Apalagi kedua
pekerjaan mereka sama-sama membutuhkan mereka bekerja di malam hari.
“Sangat
sulit membuat teman-teman kami mengerti bahwa kami harus bekerja sampai
larut malam, tidur hanya beberapa jam, dan bangun pagi-pagi sekali
untuk mengurus keperluan anak-anak,” ujar Bianca. “Namun semua orang di
“kehidupan malam” kami sangat suportif dan bahkan menganggap kami
sebagai role model.” Bahkan kedua orangtua Bianca dan Nick pun ikut
membantu mengurus cucu-cucunya dan mendukung hubungan mereka, “meskipun
memang butuh waktu lama sampai mereka bisa menerima,” aku Bianca.
Perdebatan
tentang transgender dari dulu sampai sekarang memang selalu panas.
Meski publik sepertinya baik-baik saja menghadapi komedian maupun
penghibur yang berdandan seperti lawan jenis, sebagian besar masih tak
bisa menerima saat seseorang memutuskan akan menjalani sisa hidupnya
sebagai seorang transgender. Maka caci maki dan hinaan pun sudah jadi
makanan sehari-hari bagi Bianca dan Nick.
“Aku tak mau mengatur
bagaimana seharusnya seorang transgender menunjukkan diri mereka,” ujar
Bianca. “Namun bagiku, aku tak akan menyembunyikan masa laluku. Aku tak
melihat itu sebagai sesuatu yang memalukan, karena tanpa masa lalu, aku
tak akan menjadi diriku yang sekarang.”
No comments:
Post a Comment