Namaku Ani Wulandari, panggil saja Ani. Saat itu ketika berumur 20
tahun, saya kuliah disalah satu perguruan tinggi terkenal dengan jurusan
PRnya (Public Relations) di Jakarta yaitu THE LONDON SCHOOL. Tinggiku
160cm, berat 49 kg (saat itu) dan bra ukuran 36B. Wajahku sangat cantik
mirip artis IDA AYU. Para pembaca forumers bisa mencarinya sendiri di
google. Aku sejak kecil menyukai pakaian serba merah, baik baju atau
kaos, rok atau blouse bahkan sampai BH dan Celana Dalamnya pun berwarna
merah. Aku juga sangat menyukai kebersihan, sampai-sampai Vagina ku pun
tak lepas dari perawatan rutin dengan ramuan wangi dan dicukur tanpa
sehelai rambutpun alias gundul bening yang menambah indahnya bentuk
kemaluanku itu disamping sangat harum.
Terus terang di sekolahku tidak banyak laki-laki yang mengambil jurusan
PR itu, namun diluar kampusku, banyak laki-laki yang selalu mendekati
diriku atau menatap tajam lekuk-lekuk tubuhku saat berjalan. Disamping
kecantikan dan kemolekan tubuhku, juga karena aku senang memakai pakaian
berwarna terang dan agak transparan terutama kalau berwarna merah,
ditambah rok mini yang berada kurang lebih 15cm diatas lututku, yang
mengumbar kemolekan paha putihku. Sering aku perhatikan kalau sedang
makan di McD Thamrin, banyak sekali laki-laki yang sering mencuri
pandang paha bahkan mungkin CD ku karena aku sering duduk agak
mengangkang dan berpindah-pindah posisi kaki yang mengakibatkan CD ku
mungkin sering nampak dan aku yakin membuat batang kemaluan laki-laki
yang melihatku itu sedikit bergejolak jika matanya menikmati CD merahku.
Salah satu dosen yang aku perhatikan sangat perhatian padaku adalah Pak
Adi. Pak Adi adalah dosen bahasa Inggris lulusan sekolah ternama di
Australia, Monash University. Pak Adi sangat tampan dengan tinggi badan
sekitar 176cm dan berat 62kg, badannya terlihat sangat atletis dan
terlebih masih lajang dengan usianya yang 30 tahun. Aku tidak tahu
kenapa pria tampan dan pintar itu masih melajang diusianya yang memasuki
kepala 30 itu. Aku selalu berdebar-debar jika mata Pak Adi bertatapan
dengan mataku saat mengajar. Karena sering mata kami bertatapan, pada
suatu ketika, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Adi sambil
bercanda maksudnya. “Pak, bapak kok suka melihat saya, bapak naksir
ya,” candaku sambil tertawa. Pak Adi dengan senyum manisnya menjawab
dengan singkat; “habis kamu cantik sih Ani” sambil berlalu.
Jawaban itu kontan sering membuatku melamun, dan saat aku berada
dikantin sekolah sambil melamun tiba-tiba Pak Adi menepuk punggungku
sambil berkata, “hayo, siapa yang kamu lamunin?”. Aku terkaget dan
secara reflex tanpa sengaja tanganku memukulnya yang tanpa kuduga
terkena kemaluannya. Aduh, Ani, kamu memukul, oh…pekik Pak Adi saat itu.
Dengan muka merah aku meminta maaf, maaf-maaf Pak, aku benar-benar
tidak sengaja, sambil secara spontan aku katakan kalau aku mau
mentraktir Pak Adi atas kekhilafanku tersebut. Dan dengan tersenyum
manis Pak Adi berbisik lembut ditelingaku. “Aku memaafkan kamu ya Ani,
tetapi kamu harus mau aku ajak menonton bioskop malam minggu ini,
bagaimana?”. Karena aku merasa bersalah dan ditambah membayangkan
lamunanku jika berjalan berdua dengan Pak Adi, maka aku bersedia
menerima ajakannya itu.
Sabtu sore itu aku mandi dengan bersih, semua bagian-baian tubuhku tak
luput dari sabun atau pembersih atau wewangian karena menyambut kencanku
dengan pria tampan yang tak lain adalah dosenku sendiri itu. Vaginaku
kucukur lagi agar terasa lebih halus dan mengkilat serta aku baluri
dengan minyak wewangian agar baunya harum. Semua serba merah aku
siapkan, kaos “you can see”, bh, cd dan juga rok mini ketat yang
semuanya berwarna merah telah kusiapkan. Jam menunjukkan pukul 17.00,
ketika sebuah suara klakson mobil kijang telah siap didepan kosku dan
siap membawaku berkencan. Kalau santai begini, panggil saja aku Mas,
ucap pria tampan yang saat itu mengenakan kaos ketat yang ditengahnya
bertuliskan “Fuck Me, I’m Famous” dan celana pendek selutut itu. Baik
Pak, ehmmm …Mas, sedikit ragu aku meng-iyakan panggilan tersebut. Aku
dan Mas Adi segera meluncur ke 21 Sarinah dan film yang kami pilih
adalah “The Silence Of The Lamb” salah satu film horor yang cukup
mendebarkan saat itu. Tanpa sepengetahuanku, rupanya Mas Adi sengaja
memilih bangku pojok kiri paling belakang yang tanpa aku ketahui
maksudku. Sepanjang berjalan dengan Mas Adi, aku tampak berdebar-debar
sekaligus bangga karena selain tampan juga badannya sangat atletis
sehingga banyak wanita yang mungkin iri melihatku. Tak lupa kami membeli
beberapa makanan ringan termasuk pop corn dan minuman untuk bekal di
dalam bioskop nanti.
Jam pertunjukan segera tiba, terdengar suara perintah untuk segera masuk
ke gedung bioskop. Berdegup kencang saat tiba-tiba Mas Adi memegang
tanganku untuk menuntunnya masuk. Pegangan yang sangat gagah membuat
jantungku semakin berdegup kencang. Rupanya Mas Adi mengetahui sikapku
yang gemetaran tersebut, tapi nampaknya dia bersikap santai seolah-olah
tidak tetapi aku dapat merasakannya itu.
Lampu-lampu didalam gedung bioskop mulai dimatikan dan kelihatannya
pertujukan segera dimulai, dan entah disengaja atau tidak genggaman
tangan mas Adi tidak dilepaskan sejak menuntunku masuk ke dalam tadi.
Aku juga seolah menikmati genggaman itu. Mungkin karena tidak ada
penolakan, tangan Mas Adi bergeser lebih merapat dan secara tak sengaja
menyenggol puting susunya dari luar kaosku. Jantungku semakin berdegup,
rasa enak dan nyaman mulai mengalir didalam tubuhku, tidak ada rasa
penolakan sama sekali bahkan aku kesannya sangat menikmatinya. Ditengah
gelapnya ruangan bioskop, Mas Adi berkata dengan lembut: “Ani, kamu
sangat cantik, bolehkah aku menciummu?”.
Termenung aku mendengar permintaan itu, dan belum sempat aku
menjawabnya, tiba-tiba sebuah kecupan lembut mendarat di bibirku. Ciuman
itu semakin lama semakin hangat, membuat getaran ditubuhku semakin
sulit untuk aku kendalikan, terasa sangat nikmat. Ciuman mas Adi
dibibirku membuatku lupa segalanya. Sangat romantis dan menggirahkan
sebab baru kali ini aku merasakan ciuman itu sehangat ini. Ciuman itu
terasa seperti aliran listrik yang mengurut-urut ujung bibirku, terasa
ringan dan enak sekali. Tidak butuh waktu terlalu lama untuk aku
membalas ciumannya dengan lembut…Sekali-sekali Mas Adi menggigit
bibirku, kemudian berusaha mengambil lidahku dengan kedua bibirnya. Ohhh
rasanya nyaman sekali. Mas Adi terus mengulum bibirku, sambil tangannya
mulai menyentuh lembut payudaraku dari luar kaosku. Ohhh…ohhh, mas
adi.., oh…enak mas…., hanya kalimat itu yang terucap dari mulutku.
Sambil terus menciumi bibirku, kemudian turun ke leherku dimana leherku
adalah salah satu titik lemahku, kembali suaraku yang parau berkicau.
Ohhh..ohhh mas, tak kupedulikan walau itu didalam ruang bioskop. Tak
ketinggalan tangan mas Adi mengelus-elus payudaraku dari luar kaosku
semakin menambah birahiku. Sedetik kemudian tampak tangan mas adi
menyelipkan tangannya ke dalam rok miniku. Aku yang sudah sangat
bernafsu karena ciuman mas Adi dileher terus menerus, segera membuka
pahaku agar mudah bagi tangan mas Adi menyentuh vaginaku dari balik cd
merahku. Sambil tersenyum manis, mas Adi berbisik di telingaku, “ Ani,
vagina kamu terasa lembut dan halus seperti bayi, aku sangat
menyukainya”. Ucapan itu serasa membuatku bertambah melayang.
Usapan-usapan lembut jari-jari mas Adi terhadap vaginaku walaupun
dilakukan dari balik cd merahku membuat tubuhku bergetar hebat.
Usapan-usapan it uterus menjelajah sepanjang bibir vaginaku dan
sekali-sekali mencolok tengah vaginaku. Aku seperti kesurupan merasakan
sentuhan-sentuhan jari mas Adi, kurang lebih 15 menit sentuhan itu terus
menerus menerjang kemaluanku, tiba-tiba seperti terasa ada yang ingin
keluar dari vaginaku. Aku berusaha menahannya, tetapi desakan itu terasa
sangat bergelora ingin keluar seiring dengan gerakan-gerakan jari-jari
mas Adi yang semakin cepat mencolok-colok klitorisku. Dan beberapa detik
kemudian, aku mengeluh lirih, “ohhh…mas…ohhh mas…ohhhh massss Adi”,
diiringi orgasme ku yang membanjiri cd merah kesayanganku.
Aku terdiam sejenak menikmati orgasmeku barusan, kemudian terdengar
suara lembut mas Adi mengajakku untuk keluar dari bioskop itu sebelum
film yang kami tonton selesai. “Ani, ayo kita lanjutkan permainan ini
dihotel sebelah, kamu maukan?”, ajaknya. Seperti kerbau dicocok
hidungnya, aku menuruti kemauan mas Adi, entah karena aku sangat
menikmati permainan tadi atau karena aku ternyata juga diam-diam
mencintainya.
Mandi dapat menyegarkan tubuhmu kembali Ani, begitu suara mas Adi
setelah kami berdua memasuki kamar hotel. Aku akan memandikamu Ani, kamu
bisa menikmatinya. Setelah tubuhku telanjang bulat dengan vagina yang
halus dan bening, segera disabuninya kulitku yang mulus itu. Tangan mas
Adi kini merasakan secara langsung bagaimana halus dan empuknya bukit
kembar yang indah punyaku. Aku hanya bisa memandang dengan penuh
perhatian. Kedua bukit kembarku disabuni, dibelai. Ooooh…nikmat!
Oohhh….enak sekali rasanya. Putingku yang merah itu jadi tegak, karena
diremas-remasnya, badanku sampai merinding dibuatnya. Lubang vaginaku
jadi terasa lembab. Tangan mas Adi ini bener-bener usil. Lereng-lereng
bukit kembar itu dielus dan ditelusuri. Aku terbuai sampai mataku aku
pejamkan sesaat.
Mas Adi lalu berjongkok, tanpa dapat aku cegah, mulut mas Adi melahap
bibir-bibir vaginaku. Karena nikmatnya, sampai aku mengangkat-angkat
sebelah kakiku. Mulut mas Adi terus menjilati vaginaku sementara kedua
tangannya meremas-remas pantatku. Aku menggelinjang-linjang dibuatnya.
Sesaat kemudian tubuhku diguyur air berkali-kali sampai bersih.
“Ani, tolong lepaskan celanaku. Gerah sekali rasanya,” mas Adi meminta
dengan sangat karena aku lihat batang kemaluannya sudah mengeras.
Perlahan Aku melepaskan celana juga CD dosen bahasa Inggrisku itu. Hah?
Rupanya benda berwarna coklat itu terasa mulai memanjang dan mengeras.
Sambil memejamkan mata dan pura-pura takut, aku mulai mengurut-urut
“burungnya” dengan sabun. Masih dengan mata terpejam dan ragu-ragu aku
terus meremas-remas penis mas Adi. Makin lama terasa makin mengembang
dan bertambah besar. Telapak tanganku terasa tak muat lagi. Rasa-rasanya
benda ini bertambah panjang terus. Aku membuka mata dan terkejut;
“…ohhh….. kok jadi segede ini?”. Aku taksir panjangnya sekitar 18cm dan
diameternya 6 cm. Penampakan itu membuatku tambah horni. Rupanya mas Adi
tak tinggal diam, segera dia mengusap-usap vaginaku. Sentuhan di
vaginaku itu menambah hebat rangsangan birahiku. Aku hanya bisa
menggigit bibir.
“Aduh, Mas, sudah Mas ohhh begitu erangku.” Ketika sampai di puncaknya
aku sudah tidak tahan lagi. Tanpa aku sadari pinggulku bergoyang seiring
jari-jari lebut mas Adi menerobos liang vaginaku. Mas Adi paham betul
kalau aku sudah “on”. Dia segera berjongkok. Lubang kemaluanku segera
dibuka dengan sapuan lidahnya. Jempol kakiku tegak ke atas, menahan
seakan bagai tersengat setrum ribuan watt dari lidah mas Adi. Matanya
tak lepas dari vaginaku yang mulus itu, dan aku melihat lidah itu
menari-nari di lubang kemaluanku. Menusuk-nusuk bagaikan jari-jari yang
basah dan hangat. Tanganku tanpa sadar meremas sabun di tanganku. Sabun
hotel yang tipis itu sampai putus dan hancur. “Kenikmatanku” semakin
bertambah ketika dua tangan mas Adi ikut meremas bukit kembarku yang
mulai membesar itu. Oohhh…gila, mengapa bisa senikmat ini. Sinyal
gelombang kenikmatan itu datang silih berganti dari dada dan vaginaku
terus menerus. “Sudaaaaahhhh Massss!” Aku merancau tak karuan sambil
merasakan gelombang nikmat tiada tara.
Mas Adi mengangkatku keluar dari kamar mandi dan menelantangkanku di
kasur. Pahaku yang putih mulus terpampang indah. Di tengah-tengah
selangkangan yang putih itu terlihat kemaluanku yang sangat mulus dan
lembut. Kemaluanku Nampak kelihatan bersih karena tanpa sehelai
rambutpun dan licin seperti bayi.. Kembali lubang kemaluanku itu
dijilatin dan digigit-gigit tipis oleh mas Adi. Aku melenguh sambil
mengangkat sedikit pantatku, jilatan-jilatan lidah mas Adi membuatku
bergelinjang hebat. Kadang vaginaku dibuka sedikit dengan kedua jarinya,
kemudian lidahnya menyusuri kulit-kulit sensitif didalam vaginaku.
“Ohhh…ohhh.oohhh mas…eee…..nak mas…ohhh enak…,” erangku nikmat. Hanya
rancauan seperti itu yang bisa aku ucapkan. Jari-jari mas Adi mulai
memainkan klitorisku…, terasa akan ada cairan yang bergerak maju untuk
keluar dari liang vaginaku. “Ohhh mas Adi…ohhh mas…oh mas aku mau….oh…,”
desakan itu semakin kuat untuk keluar tetapi aku berusaha kuat untuk
menahannya. Disaat aku hendak mengeluarkan cairan itu karena hamper
tidak tahan, mas Adi segera menghentikan permainannya.
Sesaat kemudian, mas Adi membuka lebar pahaku dan memasukkan benda besar
yang ternyata penisnya itu ke liang vaginaku. Penis itu terasa pelan
sekali memasuki liang vaginaku, terasa nikmat tiada tara seiring
kedalaman penis itu menembus liang vaginaku. Pelan tapi pasti perasaanku
menjadi semakin enak, semakin menikmati permainan tersebut.
Perlahan-lahan penis mas Adi menyeruak vaginaku, yang membuat vaginaku
semakin gatal dan terus berdenyut-denyut. Penis mas Adi terasa memenuhi
seluruh liang vaginaku. Terus terang aku memang pernah berhubungan badan
sekali saat pacarku dulu mengambil keperawananku (nanti akan aku
tuliskan untuk penggemar cerita dewasa ini), namun penis pacarku dulu
rasanya tidak bisa memenuhi seluruh vaginaku seperti saat ini.
Mas…ohhhh…mas…ohhh, suara lenguhanku karena penis mas Adi terus
menggenjot-genjot liang vaginaku. Kadang pelan, kadang sedang dan
kemudian cepat gerakannya membuat tubuhku terus bergelinjang, tak lupa
mulut mas Adi terus menyerbu payudaraku sehingga aku hampir-hampir
melayang karena keenakan permainan mas Adi ini. Genjotan-genjotan itu
membuat vaginaku semakin lama semakin mengeras dan menjepit penis mas
Adi. Vaginaku seakan-akan menyedot-nyedot ujung kepala penisnya, membuat
gerakan mas Adi semakin cepat dan bertenaga. Gerakan penis mas Adi yang
menggenjot vaginaku semakin lama semakin cepat membuat reaksi tubuhku
tak terkendali. Bergerak kekiri-kekanan, diselingi rancauanku yang tak
karuan. “Ohhh…mas,.. ohhhh mas, ohhhh….mas a…di…, mas aku mau…ohhhh mas,
aku tidak kuat ohhh mas…oh mas….aku mau sam…pai mas oh, erangku menahan
sesuatu yang akan keluar dari liang vaginaku. Seolah tanpa
memperdulikan eranganku, mas Adi terus memacu gerakannya, membuat aku
semakin tidak kuat dan “oh….masss…ohhhhhhhhhh, masss…. “.
Tiba-tiba terdengar suara mas Adi, tahan sebentar Ani, saya juga mau
keluar habis vaginamu sangat peret dan menyedot-nyedot ujung kepala
penisku. “Ohhh Ani…ohhhh,” ayo Ani kita keluarkan bersamaan ya. Vaginaku
semakin berdenyut-denyut, mengeras dan terus bertambah gatal terasa
terus menyedot-nyedot kepala penis mas, sementara mas Adi merasa
penisnya menyentuh liang-liang rahim kemaluanku. Vaginaku terasa semakin
geli dibuatnya. Juga vaginaku terasa semakin kuat menyedot-nyedot ujung
kepala penis mas Adi. Dan beberapa saat kemudian mas Adi merancau
hebat: “oohhhh Ani..Ohhhhh Ani, Mas Adi… mau ohhhhhh mau keluar ohhhh”.
Sesaat kemudian “crott…crot..crottttt, suara peju dari kemaluan mas Adi
beradu dengan cairan yang keluar dari kemaluanku. Kami berdua berpelukan
erat kemudian melenguh panjang bersamaan, seiring cairan peju putih
kami berdua mengalir seperti air yang tak tertahan dari bendungan. Kami
berdua mengalami orgasme yang bersamaan dan ini adalah kenikmatan tiada
tara.
No comments:
Post a Comment