Perkenalkan namaku Ratna Andani Hidayati, usiaku sekarang 27 tahun, aku
kini telah mempunyai anak buah cintaku dengan ayahku yang sekarang
berusia 5 tahun yang kuberi nama Dinda Purnama Puspitasari. Nama papaku
Irfan, beliau seorang pensiunan guru salah satu SMA swasta di kota
Malang, dan mamaku bernama Lasmi, beliau mengajar di salah satu
perguruan tinggi negeri ternama di kota Malang. Ayahku menikah dengan
ibuku pada usia yang relatif telat untuk menikah. Pada saat mereka
berdua menikah ayahku telah berusia 32 tahun, dan ibuku berusia 30
tahun, lalu setahun kemudian lahirlah aku.
Kehidupan rumah tangga ayah, dan ibuku cukup harmonis, walaupun
kadang juga diwarnai pertengkaran kecil, namun itu malah membuat mereka
terlihat semakin mesra, yaach memang dalam setiap orang berumah tangga
itu selalu diwarnai oleh pertengkaran kecil, yang mana itu malah menjadi
penyedap indahnya romantika dalam berumah tangga. Begitupun untuk
masalah ranjang mereka relatif tak ada masalah, malah aku pernah tanpa
sengaja mengintip saat mereka berdua melakukan aktifitas seksual yang
begitu hot.
Akupun seringkali tanpa sengaja mendengar suara desahan, dan
rintihan ayah juga mamaku setiap kali aku belajar tengah malam untuk
mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan di sekolah esok hari.
Kadang-kadang aku diam-diam mengendap-endap di depan kamar kedua orang
tuaku, sambil mataku mengintip ke dalam kamar orangtuaku melalui celah
sempit yang ada di pintu kamar. Aku melihat mamaku sedang menduduki
kontol ayahku yang memang kontol ayahku berukuran besar dan juga
panjang, sambil mamaku memutar-mutarkan pantatnya, lalu mendesah;"ooooh
pa, enak sekali pa tusukan kontol papa sayang, rasanya sampai menusuk
dan menujah nan dalam sampai mentok di rahim mama ini."
Mamapun meneruskan memutar-mutarkan pantatnya hingga kulihat
papakupun terasa ngilu, dan akan segera mencapai klimaksnya. Papapun
lalu berkata;"Ma, enak banget ma, semakin lama vagina mama ini semakin
legit, sekalipun kita sudah 17 tahun menikah, memek mama tetap sempit,
dan dinding vagina mama menjepit kuat banget, seperti saat malam pertama
dahulu."
Mamapun semakin mempercepat gerakannya dalam memutar-mutarkan
pantatnya, sambil mata mama terpejam, lalu mama menjawab;
"i...iya...donk pa, vagina mama ini masih tetap sempit nan legit, kan
mama rajin merawat vagina mama ini, juga tiap hari naik turun tangga di
kampus mama, jadi kan sama saja seperti mama ini berolahraga rutin pa."
Mendengar mama berkata seperti itu, papapun lalu menganggukan
kepalanya sebagai tanda papa sependapat dengan mama, sambil papa terus
menyodokkan kontol papa semakin dalam, dan tak lama kemudian kulihat
kontol papaku ini sudah sepenuhnya ditelan oleh vagina mamaku. Sejurus
kemudian papapun lalu berkata; "hmm...iya ma, oooh ma, kontol papa
hangat banget, dan vagina mama semakin berdenyut saja menjepit kontol
papa ini, ma...papa gak tahan ma, papa mau keluar nich ma, dan tak lama
kemudian... Oooh...auucch...sroot...sroot...sroot... Ma...terima sperma
papa ini...kontol papakupun menyemprotkan sperma sebanyak kira-kira 4x
ke dalam vagina mamaku ini
Mamapun lalu mengejang badannya pertanda akan segera orgasme dan mama
semakin mendesah serta mengerang, kemudian tak lama setelah itu mama
berteriak;" aaauucch...hhh...pa...ssshh...ooohh pa...mama juga keluar
nich pa...sssuurrr...serrr..sssuurrr...serr...sssuurr, aaauuuch pa, mama
keluar pa, kontol papa enak banget sayang, benar-benar memenuhi dinding
vagina mama ini, buat mama ketagihan terus, siraman sperma papa
menghangatkan rahim mama ini pa."
Mamakupun lalu mencabut kontol papaku yang perlahan-lahan
mengecil, dan kulihat dari liang vagina mamaku ini mengalir sperma papa
yang sebagian tertumpah, sebab tak semua sperma papaku dapat tertampung
di dalam rahim mama bercampur dengan cairan kewanitaan dari memek mamaku
ini. Mamapun lalu mengambil tissue untuk mengelapi vaginanya yang masih
basah, sesudah itu mama lalu mengelapi kontol papaku. Aku yang sedari
tadi menyaksikan adegan saat papaku menyetubuhi mamaku, tanpa kusadari
kuremas-remas payudaraku ini, dan sambil kuelus-elus celana dalamku
tepat di bagian tengahnya serta kubayangkan aku tengah dientoti oleh
papaku ini. Saat aku tersadar kurasakan celana dalamku ini telah basah,
dan dapat kurasakan pula puting payudaraku ini telah mengeras, begitupun
juga dengan bibir vaginaku yang liangnya perlahan mulai merekah, lalu
akupun bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dan membilas
vaginaku ini, kemudian akupun lalu berganti celana dalam. Tak terasa aku
tadi mengintip adegan percintaan orangtuaku hampir 30 menit lamanya.
Setelah aku selesai membersihkan liang vaginaku yang becek, dan
belepotan dengan cairan kewanitaanku ini di kamar mandi, maka akupun
kemudian kembali ke kamarku untuk memulai belajar mempersiapkan
pelajaran yang akan diajarkan di sekolah keesokan harinya. Akan tetapi
aku tak dapat konsentrasi sepenuhnya karena aku selalu saja terbayang
adegan saat orangtuaku tadi sedang bercinta. Aku berharap suatu saat
nanti aku dapat mengulang kejadian 2 bulan yang lalu saat aku disetubuhi
oleh papaku, yang mana saat itu aku tak mengetahui ternyata papaku ada
di kamarku ini ketika aku sedang berganti pakaian, dan terjadilah
"kecelakaan" yang kala itu aku dapat merasakan untuk pertama kalinya
vaginaku ini dimasuki oleh kontol papaku yang besar, dan panjang, yang
mana papaku memiliki kontol berukuran panjang 15 cm, dengan diameter
sekitar 2 inchi, sehingga saat memasuki vaginaku ini maka vaginaku
terasa penuh, dan sesak oleh kontol papaku itu. Sementara mamaku Lasmi
memiliki payudara berukuran 34 B sama sepertiku, dengan tubuh yang lebih
langsing serta warna kulit yang lebih kuning langsat dariku, namun
dengan tinggi badan yang lebih pendek bila dibandingkan denganku ini,
mamaku berukuran tinggi badan 158 cm; dengan berat badan 45 kg,
sedangkan aku berukuran tinggi badan 163 cm; dengan barat badan 57 kg.
Kami berdua memiliki bentuk wajah yang mirip, selain itu kami juga
sangat akrab, dan dekat, sehingga orangpun sering mengira kami adalah
kakak-adik. Walaupun mama berusia hampir terpaut 30 tahun dariku, tetapi
mama tetap rajin melakukan perawatan terhadap tubuhnya, sehingga
mamapun tampak seperti seorang wanita yang masih berusia 30 tahunan.
Haripun berganti dan waktupun berlalu, tanpa terasa hingga tiba
saatnya menjelang aku menghadapi ujian kenaikan kelas pada bulan
Nopember 2005 ini. Aku berharap dapat mengerjakan ujian dengan lancar,
dan naik ke kelas 3 SMA. Saat ujian kurang 5 hari mamaku mendapatkan
tugas dari kampusnya untuk mengikuti seminar di kota hujan Bogor. Akupun
sebenarnya merasa agak sedikit kecewa, sebab bagaimanapun aku
membutuhkan perhatian dari kedua orangtuaku manakala konsentrasiku
tercurah sepenuhnya untuk ujian. Dengan berat hati akhirnya akupun pada
pagi hari pukul 08.30 w.i.b, tanggal 8- Nopember-2005 aku beserta papaku
mengantarkan mamaku ke terminal menumpang taksi dari rumah. Akupun lalu
menunggu sebentar di ruang tunggu terminal, selang 30 menit kemudian
bus yang ditumpangi oleh mamakupun berangkat menuju Bogor.
Sepeninggal mamaku ke Bogor, akupun hanya berdua di rumah dengan
papaku ini. Awalnya tak ada masalah hingga kira-kira pada pertengahan
bulan tepatnya tanggal 21- Nopember-2005, saat itu papaku jatuh sakit
dan dirawat di salah satu Rumah Sakit Swasta milik PTPN di kota Malang
ini. Aku sebagai anak perempuan satu-satunya ingin memberikan perhatian
yang khusus kepada papaku ini karena kulihat papa begitu tertekan dengan
penyakit yang dideritanya. Nah kebetulan juga saat itu mamaku masih ada
di Bogor dalam rangka mengikuti seminar nasional. Mamaku bekerja di
salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di kota Malang, di wilayah
Jawa Timur. Jadi aku yang merawat papaku menggantikan peran mamaku ini
selama mamaku mengikuti seminar di kota hujan. Aku yang mengantarkan
ayah ke rumah sakit, dan lalu menungguinya serta menyuapinya makan, juga
meminumkannya obat selama ayah dirawat di rumah sakit. Terkadang pula
sepulang dari sekolah aku langsung menyempatkan diri menuju rumah sakit
tanpa sempat berganti pakaian, akan tetapi aku telah menyiapkan pakaian
ganti dari rumah saat aku hendak berangkat sekolah. Sehingga saat tiba
di rumah sakit, akupun dapat lekas berganti pakaian.
Kejadian yang akan kuceritakan ini terjadi saat hari ke 3 papaku
di rawat di rumah sakit, yang mana pada 2 hari sebelumnya aku hanya
sebentar saja sekitar kurang lebih cuma 2 jam dalam menemani papaku di
rumah sakit, sebab aku harus mempersiapkan diri untuk belajar menghadapi
ujian yang mana mata pelajaran yang diujikan relatif sulit. Pada hari
ke 3 ini mata pelajaran yang diujikan bukan mata pelajaran yang sulit,
sehingga selesai ujian kira-kira pukul 10.00 w.i.b, akupun lantas
berganti pakaian di toilet sekolah, lalu aku segera bergegas menuju
rumah sakit dengan menumpang kendaraan angkutan kota. Sekitar 25 menit
perjalanan dengan angkot, akupun sampai di rumah sakit tempat papaku ini
di rawat. Akupun lalu berjalan menuju kamar papaku di ruang melati A7.
Akupun lalu mengetok pintu kamarnya 3x.
Tok...tok...tok...Assalamu'alaikum wr.wb, pa, ratna datang, papa sedang
apa di dalam? Namun tak ada jawaban dari dalam kamar papaku. Akupun lalu
membuka gagang pintu kamar papaku perlahan, ternyata pintu kamar papa
tidak dikunci, dan kulihat papaku tertidur pulas di atas kasur. Akupun
lalu menutup kembali pintu kamar papaku, dan perlahan kudekati papa
sambil kukatakan kepada papaku, "pa, Ratna sedih dech melihat papa sakit dan menderita. Apakah ada yang bisa Nana lakukan agar papa lekas sembuh?"
Papaku lalu perlahan terbangun dari tidurnya, kemudian membuka matanya
perlahan yang tadi terpejam, dan papa lantas mengelus rambutku ini
sambil ditatapnya payudaraku ini, lalu kemudian papa berkata:"Ya,
Sayang, kamu bisa ngasih papa susu kamu itu.. Itu akan menjadi
pengobatan yang sempurna untuk mempercepat kesembuhan papa ini".
Ketika papaku mengatakan itu, tangan papa sambil membuka kancing
bajuku ini satu persatu, dan diremas-remasnya payudaraku, hingga
payudarakupun menjadi tegang, dan mengeras. Aku mempunyai ukuran
payudara dengan cup bra 34 B, dan memiliki puting berwarna coklat agak
kehitaman, serta areola(daerah melingkar yang mengelilingi puting
payudaraku ini) yang sensitif atau peka terhadap rangsangan , mungkin
ini juga yang membuat ayah jadi bernafsu tiap kali kami bercanda, karena
kami berdua sangat akrab, bahkan seperti kakak-adik. Lalu kemudian
kujawab, tanpa ragu, aku berkata, "Tentu saja pa ...kalau itu memang bisa mempercepat kesembuhan papa!"
Aku lalu melepaskan pakaianku ini yang telah terbuka kancingnya itu,
lalu kemudian akupun melepaskan pengait Braku, dan payudaraku yang telah
menegang serta mengeras pun seakan melompat keluar dari kurungannya.
Aku agak membungkuk di tempat tidur papaku, dan mendekatkan payudara
kananku hingga berada dekat dengan wajahnya. Tanpa sepatah katapun,
papaku lalu memegang payudaraku yang besar juga bundar itu dan mulai
membelai serta memijatnya. Saat papa mulai meremas puting susuku,
susukupun menjadi semakin keras. Papa pun lalu memasukan putingku ke
mulutnya yang terbuka lebar dan mulai menghisapnya
sruupp...sruupp...sluruupp... Aku bisa merasakan lidahnya menggelitik
puting ku ini. Akupun mulai mendesah...sshh...oooh pa...enak sayang,
teruus pa hisap pentil tetek ratna ini... Kebahagian disertai kehangatan
seakan menyebar ke seluruh tubuh ku dari pengalaman baruku ini.
Sehingga dalam hitungan detikpun akupun kemudian dapat merasakan bahwa
vaginaku telah gatal, dan basah. Aku mencoba untuk meraba vaginaku ini,
dan ternyata oh.. vaginaku telah benar-benar basah, dan bahkan cenderung
becek. Semua ini benar-benar mengejutkan ku karena rasanya sangat
berbeda dari yang pernah, dan sering dilakukan oleh pacarku. Hanya dalam
hitungan detik aku telah mendapati kenyataan bahwa celana dalam ku
benar-benar basah, akibat dari perlakuan ayahku ini.
Aku menggigil dan gemetar karena orgasme yang tidak pernah ku
rasakan sebelumnya. Papapun beralih kepayudaraku yang satunya dan
menghisap kuat sampai energiku terasa benar-benar terkuras. Papa
kemudian melepaskan putingku dari mulutnya dan berkata, "Enak
banget nak... - hal yang terbaik yang pernah kamu lakukan untuk papa,
dulu papa suka banget ASI mama kamu, saat dia masih menyusuimu dulu,
sekarang sudah lama papa ngga merasakan itu." Kamipun
kemudian berpelukan, dan papa pun mengisap lagi payudaraku ini untuk
waktu yang lama. Setelah hampir 1 jam papa menghisap puting payudaraku
ini papapun merasa puas, dan lalu papa kembali tertidur pulas. Aku
kemudian lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan
badanku ini. Aku yang tadi telah telanjang di bagian atas saat papaku
melepas baju, dan Bra ku ini sengaja tak kupakai lagi pakaianku ini saat
papa selesai menghisap kedua payudaraku ini, namun tetap kulipat rapi
baju beserta Bra ku lalu kutaruh di kursi, sehingga akupun hanya memakai
rok panjang, dan celana dalam saat aku berjalan ke kamar mandi itu
sambil akupun membawa handuk.
Sesampainya di dalam kamar mandi, akupun lantas melepas rok panjang
juga celana dalamku, dan kulihat celana dalamku ini masih basah kuyup
oleh cairan kewanitaanku yang agak lengket ini. Akupun lalu mulai
menyiram tubuhku ini dengan air, dan menyabuni badanku ini, saat
tanganku ini sampai pada bagian payudaraku kurasakan kedua payudaraku
ini pada bagian areolanya masih sedikit mengeras, sehingga akupun
teringat kembali kejadian saat papa menghisap, juga meremas payudaraku
tadi. Akupun lalu melanjutkan menyabuni daerah kewanitaanku ini dengan
memakai sabun sirih, saat aku mulai menggosokkan dan memutar-mutarkan
tanganku sengaja jariku ini kusentuhkan pada bagian klitoris vaginaku
lalu akupun mendesah perlahan...oooh...oooh mas...
oohh...mass...ssshhh...ooohhh...mas...sambil kubayangkan aku sedang
disetubuhi oleh pacarku. Hal ini kulakukan hampir selama 1 menit.
Kemudian setelah itu akupun lalu menyiram daerah kewanitaanku ini, lalu
kuakhiri mandiku yang mana aku tadi sudah 30 menit berada di kamar
mandi.
Akupun lalu memakai handukku dan keluar dari kamar mandi untuk
memakai pakaianku ini, yang mana kamar mandi itu masih berada satu
ruangan dengan kamar tidur papaku, hanya berjarak beberapa meter saja.
Setibanya di kamar tidur papaku, akupun kemudian menghanduki tubuhku
yang masih dalam keadaan telanjang bugil, sambil akupun menyiapkan
pakaian ganti, sebab tadi pakaianku sudah kotor. Untungnya tadi aku
membawa 2 setelan pakaian dari rumah. Aku terus melanjutkan kegiatanku
menghanduki tubuh telanjangku ini, tanpa kusadari ternyata papaku ini
telah terbangun dan asyik menonton pemandangan indah dimana putrinya
sedang telanjang di hadapannya. Selesai aku mengeringkan badanku ini
dengan kain handuk, akupun lekas memakai pakaianku yang baru. Aku
memakai bra berwarna coklat muda senada dengan bra yang tadi kupakai,
celana dalam berwarna putih dengan bordir motif bunga, kemeja bermotif
kotak warna biru muda, dan rok panjang berwarna putih. Setelah itu
akupun kemudian menyisir rambutku yang panjang ini lalu kuusapkan bedak
di wajahku ini. Sesudah selesai berdandan, akupun lalu menyuapi papaku
ini dengan bubur yang telah tersedia di meja, lantas meminumkannya obat
agar papaku ini lekas sembuh. Kami berduapun lalu berbincang sebentar,
sebelum kira-kira pukul 16.30 w.i.b, aku berpamitan pulang kepada
papaku, tak lupa kutanyakan kapan papa boleh pulang ke rumah?
Akupun lantas pulang ke rumah dengan menumpang taksi. Sesampainya
di rumah aku bertanya di dalam hatiku, perbuatan apa lagikah yang akan
dilakukan oleh papaku ini esok hari kepadaku. Akan tetapi aku tidak mau
ambil pusing untuk memikirkannya, aku memutuskan untuk beristirahat
sejenak sambil menonton tv. Kira-kira pukul 20.45 w.i.b akupun tertidur
di depan tv, hingga saat aku terbangun waktu telah menunjukkan pukul
24.00 w.i.b. Akupun kemudian berjalan ke kamarku untuk melanjutkan
tidur, sebab esok pagi aku akan kembali ke rumah sakit untuk menjenguk
papaku, dan lagi ujiankupun telah selesai tadi sore.
Sekitar pukul 04.00 w.i.b akupun terbangun saat adzan subuh
berkumandang. Akupun lantas mempersiapkan pakaianku, dan pakaian milik
papaku ini sebab hari ini papa sudah boleh pulang ke rumah. Sengaja aku
hanya mencuci mukaku ini, dan berganti pakaian dikarenakan udara di pagi
hari yang begitu dingin menusuk kulit, sedangkan aku pikir lebih baik
nanti mandi di rumah sakit saja. Akupun segera menelepon taksi setelah
segala perlengkapan yang akan kubawa ke rumah sakit ini siap. Sekitar 15
menit kemudian taksipun datang, dan aku lantas melanjutkan perjalanan
menuju rumah sakit. Setibanya di rumah sakit waktu menunjukkan pukul
05.00 w.i.b tepat. Akupun bergegas menuju ke kamar papaku, dan
sesampainya di depan kamar aku buka kenop/gagang pintu kamar perlahan,
tak lupa kuucapkan salam "Assalamu'alaikum wr.wb pa". Ternyata papaku
sudah terbangun dan duduk di pinggir ranjangnya. Akupun lalu menanyakan
keadaan papa; "pa, bagaimana keadaan papa sekarang? Sudah merasa sehatkah pa?". Papakupun menjawab pertanyaanku ini; "alhamdulillah nduk, papa sekarang sudah merasa baikan sayang". Akupun lalu berkata;"oooh syukur dech kalau papa sudah baikan. Ratna senang banget rasanya pa!" Akupun lantas berpamitan kepada papa untuk mandi dulu sebab badanku sudah agak gatal, sambil kuucapkan;"pa, ratna mau mandi dulu iya sayang". Papapun lalu menyahutiku; "iya nduk, jangan dikunci iya pintunya, nanti kalau sewaktu-waktu papa butuh kamu, biar mudah manggilnya!"
Aku tidak menjawab seruan papa itu, dan segera bergegas ke kamar mandi
untuk mandi pagi. Saat aku sedang asyik mandi, tiba-tiba ada yang
mengetuk pintu kamar mandi, tanpa pikir panjang lalu kubukakanlah pintu
kamar mandi, dan ternyata kulihat ayahku sudah berada di depan pintu
kamar mandi. Akupun tentu saja kaget setengah mati, dan berusaha
menutupi payudara, dan vaginaku ini dengan kedua tanganku.
Tiba-tiba papa mendekapku dari belakang, lalu berbisik di telingaku, "nduk, kamu maukan menolong papa, Na, putriku yang cantik?".
Lalu akupun menjawab, " menolong apa nich papaku sayang, cintaku?"
Ayah tidak menjawab, hanya saja beliau berkata, "nanti saja ya sayang, papa akan katakan saat kita sudah tiba di rumah, sekarang kamu teruskan dulu mandinya, nduk."
Terus-terang hatikupun menjadi dag-dig dug tidak menentu menanti apa
yang akan terjadi nanti, namun aku tetap meneruskan kegiatan mandiku ini
sampai selesai, walaupun pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka, dan
papaku masih tetap berdiri di depan pintu sambil pandangan mata papaku
tak lepas dan terus memperhatikan tubuh telanjangku ini. Selesai mandi
akupun lalu berdandan yang cantik dengan memakai gaun terusan berwarna
merah muda bermotifkan bunga, kemudian kusisir rambutku yang panjang
ini. Sementara papaku sendiri kini mandi, dan bersiap untuk pulang ke
rumah. Setelah aku selesai berdandan, dan papa juga selesai mandi serta
berpakaian kamipun lalu berjalan berdua meninggalkan kamar menuju loket
administrasi untuk membayar semua biaya administrasi termasuk juga
membayar biaya obat yang dikonsumsi oleh papaku selama 4 hari dirawat di
rumah sakit, yang mana total biayanya mencapai Rp 5.750.000,-.
Mana terusan ya nih??
ReplyDelete